Cinta Gadis Biasa
apa kali, aku hanya menggeleng-gelengkan kep
uat seseorang sebegitu terobsesinya denganku?" g
a satu persatu
mualaik
i ng
p kamu ng
h kamu
dak ingin mener
anya ingin mengut
aku seperti ini, karena baru kali ini aku merasa yak
ar
angkat t
ss R
ri mengingat sesuatu yang mungkin terl
emang benar-benar cowok yang aneh." celotehku panjang
k bergabung dengan teman-temanku y
m dan meninggalkan ponselku di dalam laci
enghindari cowok aneh yang tidak jelas tersebut, kemudian mengabaikan
nampakkan rasa sukanya, aku akan terus menghindar darinya sa
berprinsip, bahwa jika memang aku harus pacaran, maka aku ingin pacarku tersebut menjad
ka aku akan langsung menerimanya. Ya, aku tidak peduli siapapun orang
enjak aku masih remaja, kurang lebih saat usiaku sekitar 14 tahun. A
saat itu aku tidak ingin lagi mengurusi yang namanya percintaan dan tetap fokus de
n sifatku tersebut. Bahkan dari sekian orang yang pernah men
apa remaja laki-laki dan perempuan yang
an ponselnya, ada yang sedang bernyanyi, dan ada
kemudian meminjam gitar dari salah
ia laki-laki, perempuan, masih remaja atau sudah dewasa, b
agiaan diantara kami. Meskipun begitu, aku orang yang sangat tertutup jika
mi, jika ada yang berani menyindir atau memercikka
al yang lain sebagainya. Mungkin karena hal it
a penampilanku tomboy karena setiap hari aku akan mengenakan celana dengan potongan tiga perempat yang dipadukan dengan kaos o
percaya sepenuhnya kepadaku. Buktinya sangat jelas, sampai sa
i desa kami, hanya ada 3 orang yang sempat mengenyam bangku kuliah, salah satunya aku sendiri, kakak
aan, dan kakak kelasku yang bernama Taufik sudah bekerja
reka, aku sarjana Administrasi Negara, dimana te
tan saja, kurang lebih baru dua Minggu aku mendapatkan gelar it
am, ayahku memberikan sebuah kode dengan menutup sebag
asa sangat mengantuk dan memilih untuk
.
u sembari memanggil namaku. Orang tuaku sudah mengetahui kebiasaan mereka yan
mengajakku ke rumahnya setelah kami melakukan aktifitas
t akrab, bahkan kami terbiasa makan sepiring berdua, tidur
malam ada seseorang yang telah 'Menembaknya', "Waah... Be
k," jawabn
aa
atku sendiri. Aku menyukainya bukan karena kita memiliki gelar yang sama, tapi karena sikap tanggung ja
tersenyum di hadapannya
terlalu menyukainya,
nap
u yang lalu se
n menerimanya se
tahu bahwa aku bis
kamu terla
ohon rahasiakan hal
saat itu menyetujui pe
eka akan saling mencintai mes
odoh nggak akan kema
aku berpamitan un