WIBU VS KPOPER
kir ke arah yang lebih istimewa, karena-well, sebenarnya siapa yang coba dia tipu se
mun, karena keseriusannya akan pekerjaan sendiri. Nara bisa mengaku suka, sekalipun yang dia lakukan kemarin hanya bekerja di meja dan pulan
ang memik
kantin sendirian dengan segelas kopi di tangan. Barangkali merasa heran melihat seseorang terbengong di depan laptop yang ter
meminum sejenak cairan pekat tersebut. Tina tanpa banyak cakap langsung duduk di depann
bersangkutan. Bahkan sebelum gadis cerewet di depannya menelurkan tanya atau sederet jawaban mengenai apa yang dia ucap barusan, Nara sudah menambahkan, antisipasi kala
t pendeknya agak bergoyang kala bergerak ke depan, menggebrak meja dengan ekspresi
yai Tina, hanya saja terkadang respons atau tanggapan yang diberikan oleh gadis itu malah di luar dugaannya. Mau tidak mau, tentu saja Nara jadi harus ekstra an
lebih dalam mengenai dunia pribadinya, "jadi? Bagaim
a." Tina menopang dagu, sejenak mengerucutkan bibir kala melihat gadis dengan jas biru tua di depannya cuma mengangguk saja guna menanggapi. "Tapi," ujarnya, menghela napas sebelum melanjutkan, "Jika pria yang di
an napas, diikuti tatapan penasaran Tina yang tak kunjung lepas dari
pipi gadis yang lebih tau seraya menambahkan dengan nada gemas, "Lagi pula aku 'kan sudah menikah, sudah diikat dengan janji
saran. Tina memang orang yang paling gencar menjodohkannya dengan berbagai pria di kantor, semata karena memang in
kin memang ada sedikit harapan. Nara me
*
memutus
di depan pintu, Nara bahkan perlu meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap tenang saat nada berbumbu tuntu
ra sendiri bukannya tidak tahu bahwa sang mama memendam lebih dari sekedar banyak harapan untuk ke depannya nanti. Dia bahkan beranggapan bahwa wanita yang telah d
titasnya hanya dia ingat setiap hari Minggu, bahwa mungkin saja dia dan Ezr
ah saat tatapan mereka bertemu, "Aku sedikit lelah, bisa tolong biarkan aku
ini tahu, apa pertemuan p
memberikan jawaban 'ya' dengan mantap, mungkin beban ini bisa sedikit terangkat. Tapi, alih-alih berdiri menghadap
asa getir serta pahit setelahnya, mengecewakan sang mama adalah hal t
raguan di ujung kerongkongan, Nara hanya meng
ingi sebuah pekik kecil, nyaris terli
ya bisa menjawab, "B
ya ada yang Mama lewatkan." Mamanya tidak segera berhenti bertanya, barangkali b
ma tak kuasa menahan haru, pun saat gadis di sana men
ui sedikit dusta yang langsung membuat N