Second Marriage With The Perfect Husband
ipar a ...
m tubuh mas rahendra tanpa ampun. Untuk
n sangat menyayangiku, bahkan lebih dari nyawanya sendir
kulan, suamiku am
hawatir seraya ber
u lakukan, lelaki s
ohon, cuku
anggil kak
da kak Devan. Memang terdengar kasar, tetapi aku tak punya cara lain. Aku takut kakak
kakakku tersentak. Tanpa bic
rgi, aku menangi
anggilku. Sekejap aku tersadar dari tangisku. Saat melihat
menolongnya d
lukanya. Mas Rahendra ma
kamu katakan ta
t campur masalah r
ngat so
an dia san
kau harus berha
entang kakakku. Aku bahkan menyesal karena berbicara sekasar itu pada kak Dev
an cuman a
...." Ucapan kasar mas Rahendra masih tak berhenti juga, dia
potongku de
apa kau senang melihatk
u, dan kakak bahkan menghargaiku lebih dari nyawanya sendiri, lalu kamu?" Ucapanku terhenti. Dan aku
pergi," ucapnya berusah
Rintihnnya. Karena tangannya terluka, barulah aku bisa d
!" Panggilnya
pun kukunci dengan cepat. Aku tak paham mengapa aku mencintai orang seperti mas Rahend
percaya kepadaku. Apa yang harus kulakukan. Dia bahkan Kasar kepadaku.
n marah kepa
dra masih memanggilku ta
ng memar. Mas rahendra tak pernah kasar kepadaku sekali
ya tak seperti mas Rahendra yang aku kenal dulu. Perubahanya sangat besar. Aku mungkin bisa memahaminya,
. Tak ada lagi yang bisa kulakukan sekarang. Meski a
ar, mas Rahendra yang kesal
ak
kan itu, tak terdengar lagi suaranya yang memanggil na
engapa kau tak percaya kepadaku, kak devan maafkan aku, ibu ... Ayah ... Maafkan Naina.
hari
Di mana sang mentari membawa cahaya untuk semua makhluk hidup di dunia. Hari ini
sang mentari pagi. Hangatnya sinar matahari menyentuh kulitku.
dan menenangkan hati juga jiwaku.
i sebagian orang lagi pagi hari adalah awal dari pertarungan. Bertarung unt
tuk diriku. Kuharap pagi i
ie
a. "Sepertinya mas Rahendra tidak ada di rumah," ucapku seraya berjalan ke arah garasi mobil. H
na, aku malah melihat mobil suamiku. "Bukankah
ama Wina. "Apa? Wina? Apa yang
ng suamiku lakukan. Aku memutuska
h restoran besar, apa yang mer
gan tangan. Dua orang itu bagai sepasang kekas
kanku seperti itu. Melihatnya tubuhku gemetar, kutahan diriku agar
gambil tempat yang tak dekat, namun juga tak jauh dari mereka. Tempat duduk yang memungkinkanku unt
ma dengan Wina. Mataku kembali berkaca, lautan kesedihan di dalam hatiku tak dapa
kau lakukan di
, orang itu adalah lelaki tampan yang aku temui di pa