Takdir Cinta Sejati
rti matahari yang mer
*
an kota metropolitan, dengan berbagai perasaan yang be
wanya pada kena
arna ke orengan dari ufuk timur hingga mengenai dinding kaca kamarnya. Sejuknya ud
Wanita itu terperanjat kaget saat Sintia
pan nampan makanan dan minum
h besok, Bu," balasnya, kembali m
udian menggenggam tangan sang anak dengan lembut d
k, tersenyum."
kan apa pun untukmu saat ini." Airah men
ak dari yang Maha Kuasa, Bu. InsyaAllah
n shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah be
i ib
ahkan saja pada Allah." Airah membawa tubuh Sintia y
rasakan. Tetesan-tetesan air matanya terus berjatuhan
natap hamparan rerumputan yang bergoyang akibat tertiup angin malam di depan kaca kamarnya. Airah
keyboard laptop di pangkuannya. Sesekali jari-jemari i
hwa seseorang ditakdirkan untuk ada
dar, huruf demi huruf terus diuntai menjadi bait kalimat yang indah. Hing
. Ia kembali fokus pada layar laptop di depannya. Tapi lagi-lagi terhenti saat b
n Umminya, Ra] Itu
ada tembok. Wanita itu kembali menoleh menatap pepohonan y
*
nyata. Ia membangunkan tubuhnya secara perlahan. Enta
ngan laptop yang s
amar mandi, berwudhu kemudian melaksana
os dedaunan, Ia pun telah bersiap. Melangkah turun menuju dapur di
u, dan celotehan anak ibu itu meme
Sintia saat Airah menghampirinya yang l
i rumah sakit dulu, Bu. B
bekal itu." Sintia menunjuk dengan dagun
enuju rumah sakit. Hanya memakan waktu sekitar 30 menit k
gil yang tengah terlelap di atas pembaringan. Malai
ukmu, " sesalnya disertai dengan bulir bening yan
a itu menghapus jejak air matanya
hat siapa yang datang. Sosok pria dengan tubuh tinggi atletis diba
erti itu?" tanya Adnan sambil meletakk
Apa salahnya menc
an ciuman pada pipi chubby putih mulus bak bak
nya kalau kamu terus me
dulikan ucapan pria yang ten
sampai mulutnya berbusa pun wanit
tik yang tengah tertidur pulas. Wa
rusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang. Airah berharap kelak bayi kecilnya dap
gumamnya. Tak melepas panda
anjang sambil menyilangkan kaki dan bersed
aneh pada lu
orang, Airah menoleh dengan
menatapku
mpul kemudian men
angkat bahu
anya wanita itu sambil melihat bin
okter A
yang menempel di dinding sudah menun
gkat kulia
i mengangguk
nya kemudian menghampiri
ak Abdul, beliau yang ak
ek aja," tolak Airah halus sam
rjadi sesuatu pada bundanya anakku,
tatapan, sebelum Airah memutus
nti bunda ke sini lagi." Ia mengecup pucuk kepala san
ang. Ada kehampaan mengir
?" gumamnya. Melihat pintu ka