Takdir Cinta Sejati
sha'bi an tukhmidaha. (Cinta itu laksana sebuah perang, amat
*
eka, akhirnya terbuka. Tiga orang yang tengah duduk di kursi panjang depan rua
" Kekhawatiran tampak jelas di ke
terlalu dalam, " balas pria ber-snelli putih
t anak saya, Do
amit diri, kalau ada apa-apa B
tak lupa mengucap
i sosok yang tengah tergeletak tak sad
mbut legam sang anak. Bulir bening ke
istri seraya mengelus lem
ar,
angat mengenal Bagas. Dia tidak akan melakukan hal sepe
un tak mendapat jawaban da
badannya, mengha
angkut pautnya
Bu. Kita tunggu saja
ang di angk
l nama seseorang. Menyadari adanya pergerakan wan
gguncang pela
us bergumam memang
Panggil Nay
nya, sontak membuat kedua orang tu
." Nia mengelus lemb
enjaya. "Bagas ban
, Pak, " titah
bar, mengurungkan kaki sang Ayah y
ia bergegas memelu
embalas peluk
ngannya tapi pada hatinya. Dalam dekapan hangat
as, Bu, " uc
ik orang lain laksana sayat sembilu yang
emberinya banyak kenangan indah itu? Hany
ng sama tengah terbaring di atas Brankar rumah sakit. Di
siap
ahnya sembari tersenyum l
ruang operasi. Airah menghela napas pelan saa
wanita yang tengah terba
sa." Ia selalu
n Aira
Mas selalu
*
lan telah b
iliknya, Bagas melangkahkan
am. Diterangi hanya dengan lampu disko berbentuk bulat yang berkelip-kelip memutar di at
itu. Menaiki anak tangga. Berbelok, memasuki private room. Di depan sana sudah
nya, mendekat ke arah mereka
ikut balap m
vakum dari balap motor, kini ia kembali memut
mikirin mat
atu gelas, menuangkan jus orange ke dalamnya,
emulai hidup
andalan lagi?" tuka
annya. Menatap hampa langit yang membungkus malam bersama dengan wanita yang ju
aktu lama hingga gerimis berjatuhan, perlahan membungkus ibu kota dengan derasnya air hujan yang mengguyur semesta alam.
urtain wall jendela kamarnya. Ia kemudian melangkah pelan
a bersamaan dengan bulir bening yan
i chubby bak bakpao yang tengah tertidur
yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi
nama-Nya, sesuatu apapun itu tidak berbahaya di bum
membuat Airah ters
sangat buah hati. Tersenyum menatap
katanya, tersenyum lembut ke arah
ngangguk kemudian beranja
dengar bunyi suara guyuran
tnya, tatapannya fokus kepada bayi mungil di tempat
i terbuka. Airah tak menanggapi, Ia berbal
l di depannya. Perlahan tapi past
erakan. Dia tidak mungkin terus berada dalam kuba
bih baik. " Ia membalikkan badannya, menatap para sahabatnya
ibarat kaca yang pecah, meski di satukan