Konselor Pernikahan
*
ejalan kaki di trotoar hingga keluhan terdengar. Asap masih membumbung dari mug berisikan kopi yang belum disesap pemiliknya meski si tangan terus saja mencengkram gagang mug. Telunjuk kir
nai hujan sering muncul tanpa perlu diminta. Resepnya adalah siapkan segelas ko
kas pergi, sudah setengah jam lalu urusan berbenah food truck telah berakhir, bisa saja Karenina melajukan mobiln
iri. Ada kalanya ia merindukan suasana tinggal di gedung pencakar langit seperti dua tahun lalu, saat ia memiliki posisi sebagai sekretaris CEO di kantor ayah mertua-melihat beberapa pelanggan jam mak
truction dan menjadi sekretaris Zian lagi-mengingat pria itu s
board sebelum melajukan kendaraannya menjauh dari lokasi berjualan, kali
harus belajar seperti seorang bayi yang mencoba berdiri tanpa bala bantuan hingga akhirnya mampu berlari. Karenina
anan, tak ada chat atau telepon dari suaminya, pasti sibuk sekali. Kebetulan Den
*
alkan rumah pagi tadi. Perempuan itu keluar dari mobil seraya membuka payung, ia cukup kebingungan menanggapi apa yang terjadi.
, tangannya menyentuh kenop pintu dan terbuka begitu saja tanpa embel-embel kunci menggantung di l
ng basah oleh hamparan air hujan di halaman sebelum berganti kenakan sendal jepit yang tersedia di dekat pintu. I
njang kamar, mungkin sebab lelah atau hujan deras yang membuat atmosfer sekitar te
ambang pintu, setidaknya siapa pun yang membuat gerbang rumah terbuka bukanlah sosok yang m
pun mampu ia kuasai seorang diri dengan posisi yang cukup mengundang tawa-di mana sepasang kakinya m
arsa sang suami yang memperdengarkan sebuah musik klasik dari bibir terbukanya. Ia mengusap kening Denial
ya dan memeluk perempuan itu bak sebuah guling yang begitu nyaman. Pasti posisi Denial diuntungkan, tapi
al mendekapnya lebih erat, dan bukannya menjawab-justru mendengkur keras. Alhasil Karenina
seraya menguap lebar tanpa lupa merenggangkan otot-ototnya. "Kok, kamu uda
kannya pulang besok?" Karenina turun dari r
pulang besok, tapi ternyata lancar." Ia menggaruk
gerbang aja kebuka sebelum saya sampa
a. "Habisnya pas baru sampai itu capek banget, terus hujan deras. Jadinya, manfaatkan kesempatan itu nggak salah, kan?" Tanp
al, k
nge
utnya hingga pelukan itu refleks terlepas efek seng
atau kamu?" tanya Karenina seraya memut
ita mandi berdua, a
g parkir food truck di luar. Kamu mandi kalau emang mau dibuatin kopi." Suaranya turut se
*
masih ada urusan yang belum terselesaikan, lagipula Karenina tipikal perempuan yang lebih suka menatap dapurnya sudah rapi
ok hari, tangan Denial terulur menyentuh garpu sebelum menusukannya pada s
kannya di permukaan meja, ia turut bersila di sofa ser
k juga udah mula
ngat,
adi ke temp
ebelum ke rumahnya Salma, habis itu bar
enggeleng, tapi justru mengangguk penuh semangat dan berakhir me
turut serta meraih sepotong roti ba
a mirip papanya, ya?" tanya D
aya kan lebih dominan ke siapa. Kalau
juga bakal mir
antung dari lingkungan sama cara mendidiknya." Tatapan Karen
apa, tapi sifat mirip mama. Bisa silang git
tanpa menatap lawan bicara, ia be
yang
tanya
da fotonya b
embawa ponsel dan bersila lagi di samping Denial, ia menunjukan sesuatu dari ponselnya. "Kebetulan kem
engah terlelap saat itu. Bagi sebagian pasangan memang seringkali melakukan newborn photography dari bayi mereka yang baru lahir beberapa hari, katanya-masih mudah diarahkan
elihatan mirip Salma. Senang
kat dalam dirinya, enam belas bulan menikah dan belum mendapatakan tanda-tanda. Karenina menelan ludah saat tatapannya dengan De
y my side, everything's fine. T
*