Teacher and Her Rental Lover
sedang menikmati es pisang ijo di kantin sekolah. Hari yan
kantin. Ia lebih suka menikmati makan siangnya di kantor atau se
f. Ia bisa menikmati beberapa bab bacaan di novel onlinenya atau
rena merasa hari ini panas sekali. Ia berpikir juga membutuhka
ya yang pesan ke sana." Airin me
kasih ya, Bu. Saya es pisang ijo saja." Bu Siti
ke arah Pak Soni untuk m
mai-ramai dengan raut ceria, ada pula yang datang dengan membawa buku PR yang berusaha ia kerjakan.
jo seorang siswi. Ia mencuri dengar p
ana sih?" tanya sisw
gya." Siswi sat
t gitu sampai nggak perna
Dia kan kerja
ma
ekolah kita. Aku pernah liat di
, y
anannya sudah jadi. Ia membawa dua es pisang i
dah merasa segar karena asupan gula pun den
ya, Bu?" tanya
wabnya ce
kalau saya disuruh di dalam ruangan terus bosan, Bu. Wis keluar pas jam-jam
berpikir jika orang seperti Bu Siti ini tidak ada di sekolah ini. Alamat
asih sudah ngajaki
-sama
a juga harus segera masuk kelas k
ika bertemu dengan Dewa. Sejak semalam pula, ia juga terus meyakinkan diri bahwa Leon tidak akan data
*
i masih panas, rasanya malas akan beranjak ke arah halte. Manusia jenis dia
arainya. Ibunya yang selalu cerewet saat ia belajar mengendarai motor p
ngabdi bus kota atau an
.38. Ia harus pulang kalau tid
h dibuka. Dari kejauhan tempat itu memang sepi, tetapi Airin te
kejut menemukan laki-laki dengan sepatu warna hitam dengan
tru berbalik arah supaya tidak melihat Leon di sana. Namun, saat akan berbalik, mata Airin dan Leon ber
n berhenti, Leon men
tahu aku salah. Harus berapa kali lagi aku mem
ue lagi." Airin berusaha menekankan kalimatny
ya lupa sama semua tahun yang
i lo yang maksa gue
encekal lengan Airin berubah lembut men
g sendu, Airin tahu itu tulus. Leon merasa menyesal s
rin. Dewa yang datang di saat Airin hampir luluh dengan semua yang Leon kataka
e." Nada rendah itu akhirnya membuat Leon
o tahu, mulai sekarang, jangan datang ke sini lagi buat gangguin dia.
-sela jari Airin. Membawa gadis itu masuk lagi ke dal
uda darinya itu membawanya ke mana entah. Ia juga tidak lagi menoleh ke bel
wanya ke belakang bangunan pojok sekolahan. Banguna
nya, Airin sadar sedari tad
kali saya nolong Bu Guru berarti Bu Guru harus membayar satu tiket buat saya. Apa tiketnya, suka-suka saya a
gang pergi dan hilang di belokan. Sungguh, Airin tidak habis