365 Days Without You
begitu hanya karena emosi saja, sebab hati Reina tidak benar-benar yakin bahwa Karan s
Lalu duduk di hadapan Karan, dia menepuk tangan Karan yang sedang berbaring. A
u tidak mencintaimu lagi. Sudah tida
us mengatak
ah, kapan kamu akan pulang? Aku
menghancurkan pernikahannya sendiri. Sudah cukup bagiku orang tuaku
udahlah, sekarang terserah kamu. Aku sudah san
aha untuk memahami semua perkataannya. Bukan memperjuangkan pernikahan, atau berpikir tentang pernikahan mereka. Ka
kir tentang perasaannya saat itu saja, tidak berpikir apa yang akan terja
na, atau mungkin hanya emosi semata yang kelak akan disesalinya seumur hidup. Sebuah hubungan ya
an dari pernikahan kita. Aku ingin kita perbaiki pernikahan ini, kita perbai
perlu lagi kamu memikirkannya. Mereka bukan anak-anakmu, aku masih bisa mengurusi semua pek
, masalah kita ini ma
akan membebanimu, kamu justru menyanggupinya dan dengan alasan anak juga kamu mau menikah denganku. Kalau sekarang itu memberatmu, lebih baik kita akhiri saja
erbaiki segalanya, kita bisa memperbaiki ini. Aku tidak tahu harus
at berat untuk dilepaskan begitu saja. Pernikahan yang baru berjalan empat puluh hari itu terasa berat untuk dia
gitu marah dan bicara dengan emosi, tapi dia tahu bahwa apa yang diucapkan itu tidak benar-benar keluar
ala hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri serta seorang ibu untuk anak dan suamiku. Jangan seperti ini, kamu
api berantakan. Kamu tidak perlu melakukan segalanya, kita seperti biasa saja aku yang masak dan aku b
dangkan hubungan kita begini? Bahkan satu s
ku. Kamu masak, tapi ak
selama tiga puluh hari itu aku ingin kamu mengecup keningku sebelum aku tidur dan
bahkan untuk menatapmu saja aku sudah tidak mau. S
mua keadaan ini, hatinya sangat hancur dan kini cintanya telah memaksanya pergi. Rasanya sangat sesak, d
dia tidak lagi diinginkan dalam hidup suaminya, saat itulah Reina tidak memiliki alasa
saja dia tidak mampu mengucapkan hal itu, Reina tidak memahami kalimat suaminya. Ra
aku pergi
ergi? Ya, sudah kalau memang mau pe
pertanyaan yang sama, "kamu me
kamu yang meminta
ita sampai pada pernikahan. Terima kasih hari itu kamu sudah datang memenuhi janjimu menikahi, semua yang kamu berika
erasaan itu campur aduk. Hatinya berat untuk pergi meninggalkan anak-anaknya, sebuah janji yang pernah dia uc
an barangnya, Karan memandaikan anak bungsunya yang sudah terbangun. Lalu mengantarkannya ke rumah mertuanya. Reina menangis, dia be
tuanya. Hidup Reina hancur, dia menatap seisi rumah yang pernah disinggahinya. Semua akan dia tinggalkan ber
idak bisa menjaga dan menemani kalian lagi, maafkan Bunda karena tidak bisa memenuhi janji untuk terus membersam
untuk mempertahankan lagi pernikahan mereka. Semua yang terjadi seolah tidak berarti apapun lagi. Perjuangan Karan saat per
ana?" Suara anak sulun
AMBU