365 Days Without You
i oleh Reina maupun Karan. Keduanya sama-sama egois dan keras kepala, karakter anak pertama melekat sangat kuat bagi keduanya. Belu
dia membaca sholawat dan istighfar. Semua masih terasa hambar, dadanya sesak dan merasa tidak sanggup melanjutkan
. Semua sudah berbeda memang, tidak ada lagi pelukan sang suami atau hanya sekadar bersalaman usai pulang sholat jamaah. Rutinitas yang Rein
" pinta Reina seraya menepu
a a
duk
m, tapi Reina sujud di kaki suaminya serta mencium telapak kaki suaminya. Sebuah upaya dilakukan R
erti kemarin, aku hanya emosi. Maafkan aku, ridhoi apa
un, jangan begini," sergah Karan berusaha mel
au memaafkan aku," c
i, egoisnya memaksa Karan untuk tetap bersikap arogan dan merasa berat untuk melanjutkan pernikahan. Hati terdalam bicara, bahw
ya Farhan yang tiba
seorang ibu bagi Reina. Di mana, dia harus tetap tersenyum pada saat hatinya sedang terluka dan bahkan mara
a-apa," jawab Reina seraya
h dalam hati kecilnya, Karan tidak ingin melihat istrinya menangis. Dia ingin melihat istrin
orang lelaki pada umumnya yang tidak bisa mengungkapkan cintanya kepada sang istri. Sedangkan Reina, teteplah seor
a mandi dulu!" ajak
anak-anak. Sementara Karan yang mengambil alih urusan dapur, dia melakukan itu agar pekerjaan di rumah segera
api Karan tetap harus berangkat ke sekolah. Usai mengurusi anak sulung, Reina juga mengurus anak bungsu
kening. Air mata Reina kembali menetes, entah cara apalagi yang harus dilakukannya untuk meluluhkan hati Karan kemb
da di bagian manapun dalam hatinya. Sadar, bahwa aku tidak memiliki temp
nya mulai menangis. Reina segera membuat susu formula, lalu membawanya ke kamar untuk tidur seperti biasanya. Ayesha kec
yang melanjutkan tanggung jawab ibumu setelah tiada. Bunda tidak ingin pergi, tapi sikap ayahmu membuat Bunda tidak sanggup bertahan. Bunda menyayangi kamu dan juga kakakmu, tapi hati ayah sepertinya sudah tidak
yang sama, bahwa secara nyata dirinya hanyalah seorang ibu sambung. Meski hatinya tidak rel
i biasanya, dia begitu sangat akrab dan dekat dengan dirinya. Setiap
pada ibunya dan menganggap bahwa Reina ini adalah Bunda terbaik baginya. Air mata ibu mana yang tid
belum menjadi ibu yang baik untuk
aafkan, tapi Bun
ana untuk Bunda, tapi percayalah bahwa apa pun yang terjadi Bunda akan se
ma Bunda, pokoknya Bunda jangan pergi," ta
a telah dikalahkan oleh keadaan yang memaksa Reina untuk pergi dan meninggalkan yang dicintainya. Meski Reina
edang menertawakan aku atas kekecauan rumah tanggaku bersebab ulahnya. T
an dalam pernikahannya. Reina berharap Karan berubah dan mau memperbaiki sega
kahan ini. Kumohon!" rin
AMBU