Kristal Cinta Adelia
lang dalam keluarga mereka. Dimana dirinya, adalah layaknya sebutir permata yang senantiasa siap untuk berkerlip ceria saat diterpa oleh cahaya sang mentar
a, tenyata usianya barulah menginjak lima belas tahun. Gadis itu belum
ma dan Papa di rumah. Karena kakak laki-lakinya yang tengah menempuh kuliah di luar
an serta sifat manja dan rasa ingin tahu si gadis, tetaplah merupakan sebuah kemeriahan yang cukup membuat hati mereka jadi tak s
milik Dea. Dan semua tabiat itu, adalah segala racikan rasa nikmat yang dapat dijadikan bumbu penyedap bagi pelipur kelelahan kedua orangt
-
, Dea terlihat seperti wajarnya seorang anak baik yang cukup medapa
yang ditunjukkan pada sikap Dea, bukanlah merupakan sebuah tabiat buruk. Karena apa yang ia perbuat di hadapan kedua orangtuanya, adalah sebuah ekspresi r
a dirinya, Dea segera saja mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi namun tak s
g jajannya?" sesaat setelah membuka ponselnya, sang gadis langsung mengak
dah habis?" tanya Mir
i kan Dea nggak minta uang tambahan apapun." Sambil memeluk sang Mama untuk berpamitan, si
ruuusss ..." gurau
arin. Hihihi ... tiap har
bil tertawa geli. Tentu saja demikian, karena ia memang b
sang Mama kembali setelah mereka s
diambilin dompetnya di kamar ... hihihi." Si bocah manis tap
emang mau kemana?" sang ayah langsung saja menyahuti sambi
" sekarang, giliran sang Papa ya
kan sekutu," sahut Sad
ngasih uang j
ah sambil celingukan, layaknya mereka memang
sung saja, penawa
bisik sang Papa yang berlagak hal t
penasaran, langsung saja si boca
ran," bisik D
g si ayah yang pura-pura belum men
, langsung saja si gadis mengulang perkataannya
caran sama anak kecil?" kini, suara sang aya
s! Nanti Mama dengar." Dengan sediki
, Mira Sadewo sudah berjalan melewatinya untuk kembali mendekat ke arah meja makan. "Siapa
eledek melulu!" dengan gemas
ukan buat dihabisin untuk pacaran hari ini." Dengan ber
ku berangkaaaattt ...." kumat kembali selebornya, si gadis langsung saja teriak-
unya ikut berteriak, namun hal itu hanya mendapa
-
apun segera bergegas untuk menyusul teman-temannya yang sudah berkumpul di lapangan. Walaupun dari rumahnya menuju alun-alun
iapun melangkah dengan ringan dan gembira sambil menuntun sepedanya. Tapi belum juga sam
pulang, nggak usah nunggu sampai siang juga." Demik
a main deket s
hati
iak si gadis sambil membuka p
*
idupnya pagi itu. Sementara, Papa dan Mamanya mengawasi anak gadis mereka dari balik kaca jendela sambil tersenyum bahagia. Karena juju
-
diatas sadel sepedanya, mendadak saja te
mana?" merdu, suara itu langsung saja
alun. Tante mau gabung?" langsung saja, si gadis belia menjawab pertanya
abung dengan anak gowes yang berseragam dinas begitu?" jawab sang Tante mengg
epatu, dong. Kalau perlu, kacamata item juga." Ramai, si gadis sedikit lupa
er bagus di sebuah kantor pajak, wanita tiga puluh tahunan itu juga terlihat sangat ca
Tante yang rewel itu persis seperti yang kamu kat
ng paham, si gadis bertanya sa
. Makanya, Tante akalin buat diajak sepedaan di depan rumah aja. Padahal, hihihi ... dia udah pakai baju serius buat naik se
sini?" barulah si gadis paham situas
anget minta ditemenin gowes. Eh, sebentar...." sesaat setelah mengucap it
ada apa,
gowes bareng kamu, ya? Sekalian, biar dia tahu jalan sekitar kota?" l
*