SENYUM MARISSA
seketika. Otakku tiba-tiba tidak bisa diajak berpikir je
a selesai aku pakai menerima panggilan. Semoga saja itu h
k fokus, pertanyaan pak supir membuatku berusaha mengumpulkan kesadaran. Aku harus tena
mah sakit Harapan Kasih. Suami saya ... kecelakaanik. Sekarang, ibu yang tenang dulu." Bapak supir taks
datanganku. Seorang dokter terlihat sed
aktu sebentar. Karena kondisi korban yang masih belum sadar. Untuk
isi. Percuma, setiap kalimat yang diucapkannya sama sekali tidak kupahami. Piki
ta masih menjalani operasi. Malam itu, yang menjadi korban kecelakaan bukan hanya Mas Hendra. Masih ada empat korban lainnya. Namu
ak
upir itu. Kenapa mesti mengenda
berjalan dengan lancar. Tangan dan kaki Mas Hendra patah. Sehingga perlu dilakuka
as Hendra. Aku mengenal Mas Hendra, lewat Andika, teman satu
a aku sangat yakin bahwa dialah laki
n manis membuatku tak berdaya. Ak
nku te
mpiriku, membuat aku menghenti
⚜️
o
ADI N
henti. Aku berusaha pelan menarik lenganku yang terhimpit diantara kemudi. Percuma, rasa sakit membuatku sulit untuk bergerak. Kepalaku teras
eolah telah menyerah pada takdir h
ng pelan. Aku coba membayangkan istriku Marissa dan senyum nya yang
ya menanti sakra
gin. Bau amis darah bercampur bau bensin memenuhi setiap rongga dadaku. Lama kelamaan sem
nanti. Ayo bangun, sana cepetan mandi!" suara l
ana bisa, bukankah Ibu sudah meninggal 4 t
arku. Aroma nasi goreng membuatku ragu
du aku nasi go
di atas meja makan, lengkap dengan kerupuk udang dan telur mata sapi sp
oknya menghilang tiba-tiba. Aku rasanya tak rela, kalau ini h
rengnya. Keburu dingin..
u hanya tersenyum mendengar aku be
amu enggak boleh terlambat, ya." Aku
kesehatan, jangan sibuk terus
emandang wajah teduh Ibu. Beliau lagi-
s dalam segala hal. Belajar lah untuk memaafkan
ku. Sementara tangan kananku sibuk
⚜️
Romantis
Romantis
Romantis
Romantis
Romantis
Modern