A Picture of Me
uaskan diri dulu bersama Sabil. Nanti kalau sudah tiba waktunya, aku akan berterus terang. Terserah, dia mau m
serah Mbak Sonya." Minah tersenyum, tetapi j
e mal atau di kamar atas. Mau tidak mau. Aku juga belum tentu serius sama Sabil. Mung
el di kamar atas, Mbak? Bisa saja dia nangis min
aku bilang saja itu keponakan lagi dititipin. Terus, Sabil ak
Minah masih t
ata sih? Mema
. Pasti bisa," j
dia erat. Entah mengapa, k
...." Minah menepuk-n
i?" Aku mele
baiknya ... Mbak Sonya nyari pacar yang sebaya atau malah lebih tua
siapkan di pergelangan kanan. Mungkin berfungsi juga sebagai aksesoris karena tidak hany
ku. Bukan aku menganggap Sabil sebagai pelampiasan. Sama sekali tidak. Hanya saja, aku m
nya lho ini. Kan, hati Mas Sabil juga perlu dijaga. Apa Mbak Sonya nggak kepikiran soal itu?" N
mungkin serius dengan perasaan, apalag
lho, Mbak. Yang sudah tua, tapi nggak bisa seri
jalin hubungan denganku. Dia hanya memanfaatkanku. Sekarang, apa salah kalau aku ganti memanfaatk
uda yang hilang ... bersama Sabil. Aku ingin merasakan pacaran tanpa beban
ya, aku langsung daftarkan dia. Kalau tidak suka, kita coba cari sekolah lain." Lebih baik aku alihkan p
dangan lain. Siapa tahu ada bapak-bapak ganteng jem
ledekku, lalu m
" Perempuan desa yang sudah melalang buana itu coba mengelak. Kalau saja ada kesempatan un
amu belum ngantuk, toh?" Aku beranjak da
luh menit
ika tidak ada pembantu, Tanya terpaksa ti
n dia sangat cekatan. Semua pekerjaan rumah beres, bahkan taman kecil di depan juga dia
adis kecilku itu terlihat makin membulat. Itu menandakan kalau d
empurna. Selain berukuran lebih pendek, juga agak bengkok. Kedua kaki membentuk
a potensi kecerdasan yang sama dengan anak-anak lainnya. Daya saing dia h
kan di masa depan. Bukan demi diriku, tetapi untuk Tanya sendiri agar dia punya kepercayaan
terus menguatkan diri. Berpros
ah, beberapa hari setelah aku melahirkan. Entah karena benar-benar peduli atau sebatas perasaan tidak enak kalau tidak datang sama sekali. Bagaimanapun, Pap
r kalau anakku tidak normal. Di depanku mereka seolah-olah peduli dengan keadaan Tanya. Padahal,
mil duluan, kan? Pasti sambil mabok atau malah teler karena obat-obatan. T
ngar sendiri kalimat itu, terlontar dari mulut adik kandung Papa, Tant
a sesuatu, sih." Kali
uara Tante Ina terde
ggak normal