A Picture of Me
ap sebagai emak-emak. Kalau secara perawakan, masih seperti gadis, sih. Tubuhku t
ngan, pembantu satu ini punya kemampuan cenayang. Da
man, Mi. Kencan dari m
inah malah mencebikkan bibir. Aku han
alau tahu alasannya, nanti bisa lebih berhati-hati agar
elana jeans, terus tiba-tiba pakai rok dengan gaya
u beberapa hari. Kenapa b
ang pakai celana jeans, Mi. Tergantung
k untuk dapat ayah baru." Minah malah mengerl
ngkat. Tanya tidak rewel ketika aku berpamitan. M
t? Yakin nggak
rnya. Bukan soal perbedaan usia. Usiaku sama dia hanya terpaut dua atau tiga tahun saja. Masih oke untuk jadi pasangan. Masalahn
temui dia, dan nanti dibahas langsung setelah nonton. Kalaupun
teman meski tidak harus banyak orang dan selalu terjebak harapan setiap ka
bu macam aku. Di tengah perjalanan, tiba-tiba aku diserang segumpal debu imajinasi, memba
ku memaki d
on berbunyi keras, membuat tubuhku berjingkat. Aku tidak boleh memba
ga tidak akan luput menjadi bahan ghibah ibu-ibu. Dia pasti akan dicap sebagai brondong matre yang suka merayu janda kaya serta kesepi
gsung menyambutku di
memanggil namaku langsung, tanpa e
dan karyawan. Tapi, kalau di luar, kita ini kan teman kencan.
ri mulutku? Mestinya aku protes. Bagaimanapun, aku ini tetap bos di
l melangkah pelan. Kami menuju tangga berjalan
, ini belum waktunya makan m
lan sama cowok ganteng." Sabil memamerkan deretan gigi rapi dan putih bersih mili
, Bil. Kamu itu karyawanku, t
Tahun ini aku dua puluh. Beda tiga tahun doang. N
mu belum
, bahkan tahu nama masing-masin
itu mak
nal dekat satu sama lain, perlu sering keluar baren
esif. Sabil cenderung santai, tenang, tetapi menghanyutkan. Kalau Regi dan Hans ibarat omba
ada rasa sama Sabil. Ini masih seb
tapi remaja putri. Dia seolah-olah mengembalikan masa yang hilang, terenggut kehamilan, melah
u telah kehilangan masa muda. Dari remaja usia belasan tahun, aku langsung melompat menjadi manusia dew
ku terlalu sibuk bergulat dengan segala masalah. Menjalani pernikahan edan, lalu p
purna? Kekosongan tahapan itu yang membuat jiwaku terus meronta, minta dipuaskan. Mun
kang. Aku memang tidak bisa memutar waktu, tetapi dahaga jiwa ini masih bisa dicukupi. Soal Tanya, sementara aku tutupi saja. Aku b
, Nya?" tanya Sabil di
g pulang dan Mama sudah m
ekarang main ke rumah kamu? Biar
laka dua belas!