Binar di Mata Arga
sembunyik
gup sembun
u sembunyik
ntur tak kuasa s
*
m. Namun, rupanya aku tertidur sungguhan. Untung saja sudah memasang alarm di telepon g
abu-abu. Aku memang bukan penggemar bahan jeans. Risih karena tidak biasa dan mungkin m
di televisi. Para gadis langsung jatuh cinta karena keharuman pewangi ini.
hon doanya," kataku sambil mera
s ya, Ga." Ibu menjawa
eraya memajukan bibir. Das
Ambara Plaza. Untung saja tidak hujan. Cuaca hari ini sedikit mendu
aku menuju lantai paling atas dari mal ini. Ja
Hanya ada beberapa orang saja di lobi bioskop. Fiuh
rus menelepon Melia, memastikan dia jadi nonton atau tidak sore ini. Kalau ya, sudah sam
h nyampe, ya?" Suara gadis pujaan di seberang s
" Gadis it
oskop, Mel. Kamu mau minum apa?
r. Tunggu aja gue nyampe,
ilan." Aku masih berusaha berargumen. Malu dong, seorang
lang. Kita nggak jadi nonton!" Suara gadis itu ter
gilan. Daripada Melia marah dan membatalkan kencan pertama kami,
n dari kejauhan dan gelap gulita pun aku pasti bisa mengenali. Ya, karen
ek dari bahan jeans. Dia terlihat gaul, lucu, sekaligus imut. Rambutnya yang
unggu?" tanya Melia b
nonton sekarang atau makan
tanganku, lalu menarik dengan santai. Dia tidak tahu kalau apa yang d
Kita ngobrol sambil makan
guk. Buatku ... apa pun dan ke mana pu
untuk jadi tempat nongkrong anak muda. Kulihat tempat itu cukup padat pengunjung. Penampilan mereka terlihat menyolo
ntara untuk camilan, kami memesan barbeque potato chips beserta seafood pizza ukuran kecil. Sudah cukup meng
ng hanya memiliki dua kursi saja. Biar terasa lebih privat
sanya susah buat dapet tempat duduk loh
g, Mel. Diridhoi Tuhan
lo, ustaz banget."
ia tertawakan. Bukankah ya
onton?" Melia kembali bertanya tentang
i kan masih bisa." Ya, bagiku memang tidak masalah. Justru, tidak jadi nonton sore ini malah lebih
endiri. Masih waras, kan?"
a, Mel, bisa keluar sama
ng. Kami terus ngobrol sembari makan. Memang, Melia
menikmati karya Tuhan yang pasti butuh waktu sedikit lebih lama dibandingkan makhluk lain saa
, hingga akhirnya aku memberanikan diri unt
tahu sih, kamu nolak aku pas itu. Mmmhh, kalau sekarang aku nembak kamu
an. Gue nggak mau ya naik motor, kepanasan, kehujanan, kena debu. Lo tahu nggak, berapa biaya perawatan muka gue? Masih untung gue mau temenan sama lo. Jadi teman gue aja sebetulnya lo itu nggak pantes. Tau, nggak
ku jadi paham, seperti apa kriteria pria idaman dia . Aku akan bekerja keras d