/0/24872/coverorgin.jpg?v=032e324468bb6285672c751841582adb&imageMogr2/format/webp)
Api berkobar di tengah dinginnya malam. Seorang anak lelaki muda duduk bersama ayahnya tepat di depan perapian sambil memikirkan strategi pasca hasil penerawangannya menunjukkan akan ada pertumpahan darah dalam waktu dekat ini.
“Dad, kita nggak bisa sembunyi terus menerus. Kita harus bergerak cepat,” tutur Roger kepada sang ayah.
“Turuti saja strategi ayahmu. Dia sama kuatnya dengan Corry si cenayang itu,” tutur Andersen, rekan Fred. Suara pintu digebrak hingga angin malam turut masuk membuat orang-orang yang sedang duduk berdiam diri di sana menoleh ke sumber suara. Seorang wanita dengan mengenakan jaket berlapis-lapis serta menutupi kepalanya dengan scarf tipis membuat mereka terkejut bukan main.
“Aku tidak setuju jika ada peperangan di antara kalian!”
“Rose! Sedang apa kamu di sini? Jangan kemari! Berbahaya!” Roger menghampiri kekasihnya itu dengan penuh kekhawatiran.
“Aku tidak mau kamu dan keluargamu terluka lagi. Sudah cukup kalian semua terluka. Aku akan memutuskanmu. Aku tidak ingin mengusik kaummu,” tutur Rose gelisah. Roger yang sangat cinta mati terhadap manusia cantik itu mengenggam tangannya erat.
“Kamu jangan khawatir. Kita akan memenangkan semua ini. Kita harus hidup berdampingan,” ujar Roger lembut dan menepis air mata calon istrinya itu. Sebenarnya, Fred tidak mengetahui jika Rose akan datang ke tempat berbahaya ini. Akan tetapi, ia mengetahui jika klan Donyoung akan segera menyerang mereka bersama pasukan dari klan lainnya.
“Fred. Kita batalkan semua perjanjian manusia dan vampir yang dibuat ayahku. Ini sudah tidak wajar. Aku tidak mau hidupku dipenuhi dengan rasa bersalah,” ungkap Rose memohon kepada ketua klan Oyster yang merupakan kasta tertinggi bagi kaum vampir. Pria yang memiliki paras tegas itu membantah ucapan Rose dengan gertakannya.
“Ini tidak bisa dibatalkan. Tidakkah kamu ingat tujuanku melakukan ini? Ini bukan semata-mata karena kisah cinta kalian yang konyol. Ini karena aku ingin bersama manusia saling berdampingan. Aku ingin vampir juga bisa menguasai dunia. Bayangkan saja, dengan gen di darah kami yang akan mengalir di nadi manusia jika bisa bersatu dan menciptakan orang-orang hebat. Mereka bisa menjadi pemimpin di Bumi, atau orang yang berpengaruh dalam peradaban. Ini bukan semata-mata tentang kehidupan cinta kalian, ini tentang mengukir sejarah.” Fred membuat Rose membisu dan tetap terisak di pelukan Roger.
Tujuan Fred untuk vampir dan manusia hidup berdampingan serta memiliki garis keturunan bersama inilah yang tidak disetujui oleh kebanyakan klan vampir. Vampir tidak ingin mati dan mereka ingin hidup abadi seperti kondrat yang telah digariskan. Mereka cukup hidup beranak pinak dengan sesama vampir yang memiliki usia panjang serta fisik yang tidak bisa menua. Namun, keserakahan Fred membuat murka para klan vampir sehingga terjadilah peperangan antar kelompok. Termasuk klan Donyoung, kelompok yang didominasi dengan vampir pekerja seni hidupnya terancam karena menjadi salah satu kelompok yang tidak berpihak kepada klan Oyster.
Seorang wanita yang tengah duduk di permadani dikelilingi oleh anggota vampir lainnya mendadak membuka matanya yang tadinya terpejam itu. Bola matanya yang merah membuat orang-orang di sekitarnya mengetahui jika ada sesuatu dari hasil penerawangannya.
“Hooman (manusia) itu ada di kediaman Fred. Kita harus menyusun strategi,” ungkap wanita itu kemudian mengumpulkan orang-orang yang dibutuhkannya.
“Aku akan menangkap Fred dengan tanganku sendiri. Rexi, kamu menetap di ujung gerbang bersama lainnya. Gery, hadang semua klan Jubles dengan pasukanmu. Louis, kamu tetap harus melindungiku. Ayah, ibu, kalian bukakan jalan untuk kami. Dan Julian, kamu harus dapatkan hooman itu,” ungkap Corry, sang cenayang andal dari klan Donyoung yang menyusun strategi sebelum menyerang Oyster.
“Bagaimana denganku?” tanya Livia, seorang wanita yang duduk di samping Julian menawarkan diri. Corry menyunggingkan sudut bibirnya , “Lakukan sesuai yang ada di pikiranmu.”
Livia tersenyum tajam dan tidak perlu banyak menjelaskan kepada Corry karena ia ingin bersama Julian, putranya untuk menyerang Oyster. Livia berasal dari klan Varmous, kelompok vampir yang juga menentang kebijakan klan Oyster. Namun sayangnya, klan Varmous telah kehilangan banyak penduduknya sehingga hanya tersisa sebagian vampir saja. Karena itu, ia bersekutu dengan klan kekasihnya sendiri untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya yang mati dibunuh Oyster. Adiknya menghilang, dan kakek neneknya kini kabur hingga Livia tidak tahu harus apa.
Julian melirik Livia yang tersenyum nakal padanya. Pria itu tidak bisa membayangkan betapa hampa hidupnya tanpa Livia. Mereka akan mati jika waktunya, bukan karena panjang pendeknya usia atau wabah. Jika menyetujui peraturan Oyster yang memperbolehkan menikah dengan manusia, kehidupan vampir tidak akan abadi.
Julian dan Livia sama-sama pergi dan bergabung bersama keluarga Julian untuk menyerang Oyster. Saat sudah berada di depan kediaman klan berkasta tinggi itu, Fred dan lainnya tengah bersiap menghadang Donyoung bersama klan bersekutu.
Waktu pertempuran itu tiba, Vincent, sang ketua kelompok Donyoung menyerukan serentak pasukannya untuk menyerang sesuai dengan yang dikatakan putrinya Corry. “Semuanya, lempar!” Dengan ganasnya, pasukan Oyster bermunculan dan sebagian terbakar, sisanya saling menyerang satu sama lain.
Para vampir itu tidak saling menggigit karena akan sama-sama mati jika melakukannya. Namun, mereka saling memukul, menyerang dengan kuku-kuku tajam mereka hingga memenggal kepala dengan kapak. Vampir-vampir itu bergeletakan hingga meledak setiap kali mereka saling merenggangkan nyawa. Pertumpahan darah itu membuat Roger, Rose dan Fred mencari persembunyian di tempat yang aman. Namun sayang, Julian dan Corry telah mengepung mereka bersama yang lain.
/0/2926/coverorgin.jpg?v=9178f859240c5be0a1c9ada91e88ae1c&imageMogr2/format/webp)