/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
"Bagaimana keadaan, Nona?" Salah satu pelayan berambut merah sebahu bertanya cemas di samping ranjang merah.
Pelayan di sebelahnya yang berambut coklat tua panjang di kuncir kuda—mengorek lubang hidungnya ceroboh, "Sana, Nona tidak akan mati hanya karena kepalanya terbentur puluhan anak tangga dari lantai dua."
Sana tetap tidak bisa menahan diri untuk tidak khawatir, mata hitamnya bercucuran air mata kesedihan, "Naya! Nona juga manusia! Dia pasti merasakan sakit! Nona Sally yang malang!"
Perempuan bergaun hitam terbaring lemah di atas ranjang, setengah dari wajah mungilnya tertutupi oleh perban, rambut hitam segelap bayangan tergerai acak-acakan.
Dokter menutup tas berisi obat dan alat-alat medisnya. Pria baruh baya itu berdiri, "Nona Sallyana baik-baik saja, tidak ada luka serius. Beliau bisa bangun sore hari ini, tolong panggil saya lagi ketika Nona sudah sadar."
"Baik, Dokter! Terima kasih! Terima kasih!" Sana berseru, menurunkan tubuhnya, bersujud di lantai sebagai tanda terima kasih murni. "Kami berhutang budi pada Dokter karena telah menyelamatkan Nona kami!"
"Tidak, tidak. Saya tidak membantu banyak, beruntung Nona Sally mempunyai sihir kuat yang juga berguna sebagai pelindung diri sendiri ketika di landa bahaya. Saya permisi."
Selepas dokter keluar dari kamar. Tak lama kemudian seorang pria paruh baya berwajah rupawan datang memasuki ruangan, rambut hitam seperti milik perempuan di atas ranjang terikat menjadi kuncir kuda di belakang.
Pria paruh baya tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Baron Fedelian, Duke Fedelian. "Ceritakan bagaimana putriku bisa terjatuh dari dari lantai dua?"
Naya menundukkan kepalanya hormat, "Kami tidak tahu pasti, pelayan sedang sibuk mengurus kebun karena pesta ulang tahun Nona Muda akan di adakan minggu depan. Begitu mendengar jeritan Nona Muda, semua orang bergegas datang, lalu ketika kami sampai, Nona sudah tidak sadarkan diri."
Duke Fedelian mengambil salah satu telapak tangan putrinya, di usia lebih dari tiga puluh tahun, aura kharisma dari sosoknya tidak pernah luntur. Menjadikannya seorang Ayah yang sempurna, "Putriku, cepatlah bangun."
Perempuan di atas ranjang, Sallyana Fedelian, menggerakkan kelopak mata. Tirai bulu mata hitam panjang nan lentik bergetar, lima detik berlalu. Iris semerah darah yang terlihat mempesona terbuka.
Sallyana menginvasi ruangan dimana dia berada sekarang. Menatap pria paruh baya yang sedang memegang tangannya, beralih ke samping dan menemukan dua perempuan muda berusia dua puluh tahunan berbaju pelayan.
Wait.
Tunggu sebentar!
/0/5830/coverorgin.jpg?v=d8f75d2c907f8de2d4767cfea49bce0d&imageMogr2/format/webp)