/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Mata para lelaki haus lendir melotot dengan mulut terbuka lebar..
Begitu Lisna menjatuhkan jubah merahnya, seketika kedua mata para pelanggan Cafe terkunci menatap penampilan luar biasa provokatif.
Dada sekal dengan penutup puting terlihat ranum menggairahkan dari balik kostum jaring-jaring keemasan.
Tidak terlalu besar, yang justru semakin membuat penasaran jemari para lelaki untuk meremas nya.
Bulat, padat, kencang bagai tidak tersentuh gravitasi Bumi.
Tatapan mereka tidak bisa berhenti menyusuri perut tipis dan kecil Lisna, hingga berhenti pada muara kenikmatan dunia di balik G-string berenda.
Budi pria yang malam itu khusus membayar Lisna untuk menari dihadapannya dan koleganya bagai sesak napas saat Lisna berputar di atas tiang dan memamerkan bokong putih kencang dengan gerakan kelewat sensual. Mendadak kepalanya pusing akibat menahan gejolak kuat yang tiba-tiba muncul. Jantungnya berlarian dan kedua matanya tertahan pada tiang, sampai-sampai tidak menyadari di kanan dan kirinya telah duduk gadis-gadis berpakaian serupa.
Budi tidak bisa menyembunyikan tatap takjub saat Lisna terbalik dengan tungkai menjepit tiang. Topi pesulap entah terlempar ke mana. Ujung rambut panjang menyentuh lantai. Lisna sempat tersenyum dan melirik ke arahnya.
Budi tenggelam sepenuhnya dalam aksi totalitas Lisna.Tersaji sensual memanjakan sisi liar dirinya. Hal seperti ini, tidak akan ia dapatkan di rumah.
Selangkangan putih dan mulus terbuka lebar, berputar-putar di hadapannya. Hanya kain tipis yang membatasi pandangannya. Sesuatu di bawah perut menekan kuat. Dengusan napas makin kentara, saat kejantanannya bereaksi.
Budi tertegun sejenak saat dua orang gadis yang sedari tadi berada di sisi kanan dan kirinya membelai lembut pahanya dan menuangkan minuman untuknya.
Seorang gadis menekan kepalanya dan memaksanya minum. Budi memilih pasrah demi mengembalikan tatapan dengan cepat ke atas panggung.
Masih menatap Lisna dengan tercengang-cengang, kedua matanya terkunci, setia mengamati tiap gerakan yang menjelma candu.
Tanpa sadar sudut bibir tertarik saat Lisna menyajikan gerakan yang sensual, menuruti imajinasi cabul yang mulai berhamburan dari kepalanya.
Lisna kembali melirik dan tersenyum kepadanya seolah bertanya apa kamu suka? Budi menjilat bibirnya sebagai jawaban.
Tatapannya semakin terjerat. Penari cantik dan ranum sedang berakrobat bak bersetubuh dengan tiang.
Sungguh tiang dingin yang beruntung karena berkali-kali bergesekan dengan selangkangan hangat Dara. Thian tidak bisa tidak berpikir cabul.
Budi sudah tidak peduli seberapa sering minuman disodorkan padanya. Bokong padat Lisna bergerak naik turun dan ia menenggak minuman dari sloki dengan frustasi hingga kepalanya berat. Musik berganti, menyajikan desahan wanita yang menjelma intro berulang.
Kepala Budi sudah sangat berat, tetapi ia bertahan tidak ambruk demi melihat Lisna yang sedang menari liar di hadapannya. Gadis di kanan kirinya entah sejak kapan sudah berpelukan dengan kolega nya duduk di sofa mengelilingi meja dimana Lisna menari.
Lisna dengan gerakan sensual menuruni meja yang sekaligus panggung pertunjukannya.
Tatapannya terjerat kedua mata Lisna yang seperti pemburu.
Budi yang sudah mabuk hanya bisa melongo saat Lisna naik ke atas pangkuannya.
Punggung bersandar pasrah pada sofa, ketika Lisna kini meliuk-liuk di atas tubuhnya. Kedua lengan ramping bagai memenjara kewarasannya.
Budi sudah tidak peduli dengan kolega bisnisnya ada di mana dan sedang berbuat apa. Seluruh waktu seperti hanya sedang menampilkan Lisna.
Ujung hidung mereka bersinggungan. Jemari Lisna meremas lembut rambutnya sebelum pagutan mesra menenggelamkan bibirnya dalam lumatan penuh gairah.
Hanya ada rasa senang meski kepala luar biasa pusing.
Kedua tangan Budi dengan sadar menangkap payudara ranum Lisna, merasakan kekenyalannya sebelum beralih meremas bokong gadis itu kuat-kuat.
"Biarkan aku memanjakan mu malam ini" bisik Lisna sebelum menggigiti bibir sendiri kuat-kuat.
Budi tidak kuasa menolak saat Lisna menyuguhkan botol minuman. Ia menenggak dengan rakus, tidak peduli kepalanya sudah sangat pusing.
Berikutnya gadis itu berlutut di antara kedua kakinya. Jemari berkuku merah membuka pengait celana dan menurunkan resletingnya.
/0/21453/coverorgin.jpg?v=b8ae0b83d90e3522b1847f652b1e4dac&imageMogr2/format/webp)
/0/8621/coverorgin.jpg?v=ccdb2d6e7422899231639ff291a569ee&imageMogr2/format/webp)