searchIcon closeIcon
Batalkan
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

kapten mto

Gairah Nikmat Kopi Susu

Gairah Nikmat Kopi Susu

Juliana
21+ "Pantas belum jalan, ada maunya ternyata" Ujar Fany "hehehehe... Yuk..." Ujar Alvin sambil mencium tengkuk istrinya. Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam langsung muncul. Alvin segera memeluk Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus. "Pintu sudah dikunci? " Tanya Fany "Sudah...." Jawab Alvin disela mulatnya sedang mengenyot puting pink milik Fany "nyalain Ac dulu" suruh Fany lagi Sambil melepas sedotannya, Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON. Kembali dia melumat buah dada Fany bergantian kiri dan kanan, buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada putihnya, membuat Alvin makin rakus melumatnya. Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, dia membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Fany, ujung kontolnya yang belum tegak sempurna diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala, lalu menggosok gosok pelan di bibir vagina Fany. Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya, lalu tiba-tiba masuk batang berurat milik Alvin di vagina Fany yg belum begitu siap dan basah, pelan2 lelehan cairan membasahi dinding vaginanya, Alvin mulai menggoyang dan naik turun, Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, pahanya dibuka lebar. Tidak lama kemudian.....
Romantis R18+Role PlayFantasiCinta pertamaCinta segitigaBudak seksualPlayboyBeruntungUrban
Unduh Buku di App

Suara roda koper yang beradu dengan lantai marmer bandara itu rasanya seperti musik paling sumbang malam itu. Dara berjalan cepat, sepatunya yang mengilap memantul di lantai, dan dia berusaha keras agar langkahnya tidak berubah jadi lari histeris. Rambutnya yang disanggul rapi-ciri khas seorang pramugari-sedikit longgar, seolah ikut merasakan betapa hancurnya kepala Dara sekarang.

Dia baru saja menyelesaikan penerbangan jarak jauh, penerbangan yang seharusnya membuatnya lelah dan ingin segera tidur, tapi semua rasa lelah itu hilang. Yang ada cuma rasa panas, seperti ada api yang membakar habis isi dadanya.

Enam bulan. Baru enam bulan Dara bergabung dengan Skyward Airlines. Enam bulan dia merasa hidupnya sempurna. Seragam baru, pekerjaan impian, dan yang paling penting, Arga. Kapten Arga Wira Bhakti, pilot tertampan di maskapai itu, pacarnya.

Arga janji malam ini dia akan menjemput Dara di apartemennya setelah Dara selesai tugas. Tapi, janji itu cuma jadi debu.

Pukul 23.45. Dara sudah sampai di lobi apartemen Arga, bukan apartemennya sendiri. Tangan Dara gemetar saat menekan bel intercom. Tidak ada jawaban. Sejak tadi siang, pesan-pesan Dara di WhatsApp hanya centang biru tanpa balasan. Sibuk di kokpit, pikir Dara. Ia selalu mencoba jadi pacar yang pengertian.

Tapi malam ini, dia tidak bisa lagi jadi 'pengertian.'

Dara mengeluarkan kartu akses yang diberikan Arga dulu-kartu yang Arga bilang "simpan saja, Sayang, anggap saja ini rumahmu juga." Hatinya mencelos. Seharusnya dia senang melihat kartu itu masih berfungsi. Seharusnya.

Pintu apartemen itu terbuka dengan bunyi klik yang pelan. Dara melangkah masuk. Gelap. Hanya ada sedikit cahaya remang-remang dari lampu nakas di ruang tamu. Udara di dalam apartemen terasa pengap dan berbau parfum yang asing. Bukan parfum Arga yang maskulin. Ini bau manis, bau murahan.

"Arga?" panggil Dara pelan. Suaranya serak. Dia tidak tahu apakah dia berharap Arga menjawab atau tidak.

Tidak ada jawaban. Dara meletakkan koper kecilnya di dekat pintu, melepas high heels hitamnya. Kakinya yang pegal sekarang tidak terasa apa-apa. Ia berjalan pelan ke arah kamar tidur utama.

Jantung Dara mulai berdebar kencang, menabuh genderang kematian. Firasat buruk ini sudah muncul sejak dia melihat unggahan story Instagram dari salah satu pramugari senior, yang menunjukkan Arga sedang dinner di sebuah restoran mewah, padahal Arga bilang dia standby di rumah.

Dara berdiri di depan pintu kamar tidur yang sedikit terbuka. Di sana, dari celah tipis itu, Dara bisa melihatnya.

Arga. Kekasihnya, yang baru dua hari lalu menciumnya seolah tidak ada hari esok, sedang tertawa. Tawa yang Dara kenal betul. Tawa yang dulu ditujukan hanya untuknya.

Dara menempelkan tangannya ke pintu. Dingin. Dan dari celah itu, ia melihat sosok lain.

Seorang wanita. Bukan pramugari senior yang kemarin dinner sama Arga, tapi wanita lain. Rambutnya pirang, gaun tidurnya sutra merah yang sangat minim. Wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu Arga, dan Arga? Arga mengusap rambut wanita itu dengan penuh kasih sayang.

"Jadi, kamu serius mau putusin dia, Bro?" tanya wanita itu, suaranya manja, terdengar jelas oleh Dara.

Arga tersenyum miring. "Dia cuma cewek innocent yang terlalu clingy, Sasha. Aku bosan. Lagipula, dia cuma pramugari baru. Enggak selevel sama Kapten sepertiku."

Tidak selevel.

Dua kata itu menghantam Dara lebih keras dari tamparan. Bukan kata-kata 'selingkuh' atau 'putus', tapi 'tidak selevel.'

Dara mundur perlahan, seolah ada dinding tak terlihat yang mendorongnya. Matanya memanas, tapi anehnya, air matanya tidak mau keluar. Dia merasa kosong, mati rasa. Ia menunduk, melihat seragamnya. Seragam yang ia banggakan. Seragam yang Arga bilang membuatnya terlihat 'elegan.' Sekarang, seragam itu terasa seperti kain hinaan.

Dara mengambil napas panjang, sangat panjang, dan memutuskan. Dia tidak akan membuat keributan. Bukan sekarang. Dia tidak akan memberinya kepuasan melihatnya hancur.

Dia berbalik. Mengambil koper dan sepatunya, dan keluar dari apartemen itu secepat mungkin, menutup pintu tanpa suara.

Di dalam lift, Dara akhirnya menangis. Bukan air mata sedih, tapi air mata marah. Marah pada dirinya sendiri karena sebodoh itu percaya. Marah pada Arga karena berani-beraninya dia menginjak-injak harga dirinya.

"Aku akan buat kamu menyesal, Arga," bisik Dara, menggenggam erat kartu akses Arga di tangannya, yang sekarang terasa seperti senjata. "Aku akan tunjukkan padamu bahwa aku, si pramugari baru yang innocent ini, bisa melakukan hal yang lebih kotor dari kamu."

Satu jam kemudian, Dara ada di sebuah bar mewah yang sama sekali tidak sesuai dengan gajinya. Bar di puncak gedung pencakar langit Jakarta, tempat para eksekutif dan orang-orang kaya membuang uang. Dara, masih dengan riasan mata sisa penerbangan dan gaun kasualnya yang kusut, terlihat mencolok.

Ia duduk di sudut, memesan cocktail termahal, meminumnya cepat-cepat. Tujuannya cuma satu: mabuk. Hilang kendali. Melakukan sesuatu yang gila.

Dia ingin melakukan sesuatu yang akan membuat Arga-dan harga dirinya-sama-sama tercemar. Balas dendamnya bukan soal membalas dengan selingkuh, tapi soal menghancurkan kemurnian yang Arga cibir. Arga bilang dia innocent? Baik, dia akan membuktikan Arga salah.

Baca Sekarang
Kontrak Ranjang Sang Kapten

Kontrak Ranjang Sang Kapten

Rahmadhani
Dara, seorang pramugari baru yang mempesona dan baru enam bulan mengabdi di Skyward Airlines, sedang dilanda kehancuran hati. Ia baru saja mendapati kekasihnya seorang pilot tampan dari maskapai yang sama berselingkuh dan mengkhianatinya. Merasa sakit hati dan ingin membalas dendam dengan cara terg
Romantis MisteriMenegangkanCinta yang dipaksakanBalas dendamCEOKesempatan KeduaTugas IstimewaSombong
Unduh Buku di App
Gadis Rahasia Kapten

Gadis Rahasia Kapten

bypaulinasigit
Apa artinya cinta jika tidak bisa memiliki? Cinta itu terkadang bukan tentang memiliki, tapi cinta itu tentang menikmati hari-hari bersamanya. Tak pernah Kapten Anatoly sangka jika cinta pertamanya bukanlah wanita biasa. Helen, turis wanita Jerman itu, disembunyikannya dalam rumahnya karena Rusia s
Romantis R18+Cerita MenegangkanCinta pertamaCinta pada pandangan pertamaPolisiTampan
Unduh Buku di App
Yuk, baca di Bakisah!
Buka
close button

kapten mto

Temukan buku-buku yang berkaitan dengan kapten mto di Bakisah