/0/20687/coverorgin.jpg?v=cd1175ed73971d72d14a9d65cc1c01ff&imageMogr2/format/webp)
Erina bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket, jaraknya sekitar dua kilo meter dari rumahnya. Dia baru saja pulang kerja setelah lembur selama dua jam di tempat kerjanya. Saat ini dia sedang berdiri di depan rumahnya dengan pandangan lurus. Sudah lima tahun sejak seluruh keluarganya pergi meninggalkannya seorang diri. Erina yang memiliki kemampuan istimewa tidak sekali pun pernah melihat keberadaan orang tuanya ataupun adik kesayangannya itu. Mereka sepertinya tidak ingin melihat Erina lagi bahkan tidak sekali pun mereka datang ke mimpi Erina.
Erina menghela napasnya berat lalu membuka pintu rumahnya. Seperti biasa, dia disambut keheningan dan ruangan gelap. Hal yang tidak asing lagi baginya. Erina meraba dinding untuk menemukan saklar. Dia kemudian menutup matanya ketika cahaya penerangan ruangan itu menyala. Ada harapan agar dia melihat keluarganya walaupun hanya sedetik. Erina mendesah kecewa ketika dia membuka matanya. Hal yang dia harapkan tidak pernah terwujud.
Erina melirik wanita dengan wajah pucat berpakaian putih melalui sudut matanya. Ini pertama kalinya dia melihat wanita itu di rumahnya. Sebenarnya dia bukanlah satu-satunya yang menumpang di rumahnya. Ada dua lagi orang lagi yang menjadi penghuni rumahnya hanya saja mereka tidak pernah menampakkan diri secara sengaja cenderung menghiraukan keberadaan Erina. Ah ... bukan orang, sih. Mereka adalah makhluk yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa. Dan wanita yang satu ini adalah penghuni baru. Ini pertama kali Erina melihatnya.
Erina mengabaikan keberadaan penghuni baru di rumahnya lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia bersikap seolah-olah dia tidak melihat wanita itu. Erina langsung masuk ke dalam kamar mandinya dan membersihkan tubuhnya. Tidak butuh waktu lama untuk berada di dalam kamar mandi, Erina keluar dari sana dengan piyama andalannya yang berbahan katun lembut. Erina menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu menarik selimut menutupi tubuhnya hingga sebatas dada.
"Selamat malam," ucap Erina pada dirinya sendiri. Dia lalu menutup matanya bersiap menuju alam mimpi yang bisa membuatnya lupa dengan kesepian yang dia alami selama lima tahun terakhir. Sejak kepergian keluarganya dia tidak lagi memiliki teman. Hanya ada dirinya sendiri yang terkurung dalam rindu untuk keluarganya.
***
Pagi menyapa Erina dengan langit yang menurunkan hujan gerimis. Berhubung hari ini dia libur, jadilah Erina menarik selimutnya kembali dan menutupi tubuhnya dari angin hujan yang berhembus melalui celah jendela kamarnya. Ketika Erina berbalik badan dia menemukan lagi wanita itu yang sedang duduk manis di meja riasnya. Erina menutup matanya mencoba tidur kembali.
Setelah bermalas-malasan selama satu jam, Erina turun dari ranjangnya. Masuk ke dalam kamar mandi lalu membasuh wajahnya. Erina keluar dari rumahnya untuk mencari sarapan. Kalau lagi libur atau dia kebagian shift Erina biasanya masak agak siang. Satu kali memasak dan itu sudah cukup sampai makan malam.
Erina kembali setelah mendapatkan sarapan yang dia inginkan. Erina menyalakan televisi lalu membuka bungkusan makanannya. Dia mulai makan dan mengabaikan makhluk yang duduk tidak jauh dari tempatnya duduk.
Hari-hari berikutnya hantu wanita itu selalu mengikutinya kemana pun dia pergi. Bahkan ke tempat kerja sekalipun. Erina mulai kesal namun, dia menahan diri. Dia tetap bersikap seolah dia tidak melihat wanita itu.
"Selamat datang, selamat berbelanja di Nine Market," sapa Erina pada calon pembeli yang baru saja masuk ke dalam minimarket. Pria itu hanya mengangguk tanpa melihat Erina. Dia lalu berjalan menuju rak minuman dingin. Tidak lama kemudian pria itu berdiri di depan meja kasir. Meletakkan dua minuman dingin beserta sebungkus roti tawar.
"Ini aja, Mas?" Erina bertanya seraya men-scan minuman yang pria itu beli.
"Iya," jawab pria itu pendek.
"Rokoknya, Mas? Lagi promo beli dua gratis satu." Erina menawarkan. Pria itu menatap Erina datar.
"Saya tidak merokok." Erina tersenyum masam.
"Totalnya dua puluh dua ribu, Mas." Pria itu mengeluarkan uang lima puluh ribu lalu memberikannya pada Erina.
/0/2816/coverorgin.jpg?v=2ed09aa055dd5fd6f7e3ce84946236ff&imageMogr2/format/webp)
/0/21808/coverorgin.jpg?v=a27e59dfdfa7428e1907847d1fffdca9&imageMogr2/format/webp)