Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bab 1
Hati Hesti terasa hampa meski harus ia akui rumah tangganya berlangsung harmonis dan mesra terus. Ia juga selalu menikmati percintaan yang penuh gairah dengan suaminya tapi setelah dua minggu ia harus merasakan perasaan kecewa saat mendapat hasil tes kehamilannya hanya bergaris satu. Ia akan kembali merasa bersalah kepada suaminya, mas Haris.
Sudah beberapa tahun ini, meski mereka sangat rutin dan aktif melakukan hubungan intim, tetap saja ia tidak kunjung hamil! Apa masalahnya! keluh Hesti merasa sangat sedih dan kecewa pada dirinya sendiri kalau mengingat hal itu.
Beruntung selama ini mas Haris tidak pernah menyalahkannya sedikitpun. Ia malah selalu menyemangati dan selalu membela saat keluarga besarnya menanyakan hal itu kepada mereka. Ia akan menyela kalau dia masih belum menginginkan anak dan menanggung semua kesalahan. Secara pribadi dia mengatakan kalau hal itu akan terjadi sendiri bila sudah waktunya. Dia tidak pernah keberatan dengan situasi pernikahan mereka saat ini meski sampai saat ini mereka masih belum dikaruniai anak.
Saat mas Haris mengatakan hal itu memang beban yang ia rasakan agak terangkat sedikit tapi karena terlalu cinta perasaan bersalah belum bisa memberikan keturunan kepada mas Haris kembali datang dan membuat Hesti selalu mencari cara agar ia bisa segera hamil.
Ia sudah menjalani berbagai teknik bercinta yang bisa membuka peluang kemungkinan untuknya hamil dari menaikkan kedua kakinya ke atas tembok setelah mas Haris membanjiri rahimnya dengan benih cinta, sampai ia harus menahan diri untuk tidak bergerak terlalu aktif setelah mas Haris mencapai klimaksnya, ia menerima benih cinta mas Haris dengan senyuman penuh harapan agar sel sperma mas Haris bisa bekerja lebih maksimal lagi agar bisa bertemu dengan indung telurnya.
Berbagai hal yang meski terdengar janggal dan konyol ia telan bulat-bulat dan lakukan! Belum lagi ia selalu meminum obat penyubur kandungan dan berbagai ramuan rekomendasi dari para karyawannya agar bisa segera hamil dan memberikan anak untuk suaminya.
Semua sudah dilakukan tapi saat semuanya tidak berhasil, ia malah merasa geram dan frustasi, kenapa hal itu bisa berhasil kepada orang lain tapi tidak berhasil pada dirinya sendiri! keluhnya sambil terisak di atas bantalnya dengan frustasi.
Mas Haris hanya bisa memeluk dan menenangkannya bisa dia meluapkan perasaannya.
Ia sudah memeriksakan diri ke dokter kandungan dan dari hasil tes juga pemeriksaan semuanya baik-baik saja. Dokter berasumsi mungkin saja karena Hesti kelelahan bekerja. Hesti merasa asumsi dokter memang benar adanya. Selama ini dia selalu aktif bekerja tapi di hari Sabtu dan Minggu, mereka selalu mengkhususkan diri untuk melepas kesibukan mereka dan menikmati masa bulan madu singkat.
Hubungan mereka selalu harmonis dan mesra selama ini, tidak pernah ada masalah apa lagi mereka sampai bertengkar. Hanya saja Hesti sangat merindukan kehadiran seorang anak!
Pernah beberapa kali ia meminta mas Haris untuk ikut bersamanya ke panti asuhan dengan tujuannya untuk mengirimkan donasi berupa sembako dan alat-alat tulis untuk seluruh anak panti kemudian dengan sengaja, ia akan mengajak mas Haris ke ruang bayi dan melihat bayi-bayi yang lucu-lucu di sana tapi sayangnya mas Haris seakan sudah mengerti maksudnya. Ia hanya tersenyum dan menggenggam tangannya keluar dari ruangan bayi tanpa mengatakan apapun juga.
Ketika ia mengungkit mengenai adopsi anak, mas Haris langsung menenangkannya dan memberinya semangat kalau mereka pasti bisa memiliki darah daging mereka sendiri kalau waktunya memang sudah tiba kalau sekarang ia hanya ingin menikmati kebersamaan dengannya berdua saja.
Hesti merasa bersyukur memiliki suami seperti mas Haris yang sangat penyayang dan pengertian terhadapnya tapi rasa syukurnya langsung berubah menjadi emosi dan penuh rasa kecewa, saat ini dia benar-benar kaget saat membenahi berkas-berkas lama, ia menemukan surat kontrol suaminya. Surat kontrol pasca operasi vasektomi!
Ia mengingat-ingat tanggalnya dan tanggal itu beberapa minggu sebelum dia menikah dengan mas Haris! Tubuhnya lemas dan gemetar. Ia menelan air ludahnya dengan susah payah sambil menangis pilu.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya pada dirinya sendiri. Kalau mereka tidak berbenah untuk pindah ke mansion yang baru mana mungkin ia akan mengetahui kenyataan ini! Berapa lama mas Haris akan membohonginya!
“Apa kau sudah selesai, Sayang? …” tanya Haris dengan senyuman menghilang dari bibirnya saat menyadari kertas dalam genggaman istrinya yang tampak memandanginya dengan tatapan kecewa.
“Ini apa maksudnya?” tanya Hesti dengan menahan kecewanya.
“Apa?” tanya Haris berusaha untuk tetap tenang meski dalam hati ia takut kalau Hesti akan meradang.
“Ini!” seru Hesti sambil melemparkan lembaran kertas pemicu emosinya.
Haris melihat salinan surat kontrol yang lupa ia buang! Ia mengumpat dalam hati kenapa waktu itu bisa melupakan melenyapkan hal sepenting ini! keluhnya lagi dalam hati. Ia mendekati dengan tujuan menenangkan kemarahan istrinya.
Hesti mendorong dan menepis saat mas Haris ingin menenangkannya. Ia berteriak dan mengumpat dengan kesal! Perasaan bersalah yang menumpuk dalam hatinya berubah menjadi rasa muak saat mengetahui apa yang telah dilakukan suaminya sendiri.
“Kau tahu dari awal pernikahan, aku sangat mendambakan untuk bisa memiliki bayi, Mas! Bayi kita! Tapi kenapa Mas Haris malah melakukan vasektomi?" serunya sambil memukuli mas Haris dengan perasaan kesal. Air matanya berderai merasa sangat sedih dengan tindakan suaminya. "Yah Tuhan! Dosa apa aku ini!” ratapnya dengan sikap menyalahkan nasibnya.