Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang wanita bernama Rania tengah bersiap untuk pergi, ia akan menjemput suaminya di bandara, satu minggu yang lalu suaminya melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Ia membaca kembali pesan singkat yang dikirimkan oleh suaminya.
"Aku akan pulang hari ini. Apa kau mau menjemputku?" Begitulah isi pesan singkat yang di kirimkan suaminya, Adipati Zainuri.
Rania tersenyum mendapati pesan itu dari suaminya lantas langsung membalas, "Iya, aku akan menjemputmu. Aku juga punya sesuatu untukmu. Kembali lah dengan selamat," balas Rania. Tapi Adi tak lagi membalas karena terlanjur mematikan ponselnya karena harus segera masuk ke dalam pesawat dan lepas landas.
Dua jam sudah ia menunggu, wanita yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah menengah atas itu pun berulang kali mencoba menghubungi nomor yang tertera di layar ponselnya yang ia beri nama 'suamiku', tapi tak dapat di hubungi. Ia pun berpikir jika suaminya masih belum menyalakan ponselnya, karena mungkin baru saja sampai di bandara.
Terlepas dari pekerjaannya sebagai seorang guru, ia juga tak jarang membantu suaminya mengurus perusahaan. Meski tak banyak yang bisa ia lakukan, tapi ia harus bisa ikut andil dalam kemajuan perusahaan yang telah dirintis oleh ayah mertuanya.
Wanita berusia 27 tahun itu berdandan secantik mungkin untuk menjemput suaminya, tak lupa ia membawa seikat bunga lily putih kesukaan suaminya dan alat pendeteksi kehamilan untuk memberikan Adi sebuah kejutan bahwa ia tengah mengandung anak pertama mereka.
Namun sebelum ia pergi, tiba-tiba sebuah bingkai foto pernikahannya terjatuh dan membuatnya pecah. Ibu mertuanya terkejut saat mendengar suara benda pecah dari dalam kamar Rania, ia pun segera berlari dan masuk ke kamar anaknya khawatir jika terjadi sesuatu pada menantunya.
"Rania, apa kau baik-baik saja?" tanya Sarah, ibu mertuanya dan memastikan jika Rania tak terluka.
"Aku tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba saja benda itu jatuh." Rania dan Sarah segera membersihkan pecahan kaca dari bingkai tersebut. Rania merasa tak enak hati, tapi ia berusaha menepis rasa itu.
"Apa Adi pulang hari ini?" tanya Sarah.
"Iya. Aku akan menjemputnya sekarang," jawab Rania yang terlihat tak sabar ingin bertemu dengan pria yang telah menikahinya 10 bulan yang lalu dan memberitahukan kehamilannya.
"Kau harus hati-hati. Kau sedang hamil. Apa perlu ibu menemanimu?"
"Tidak apa. Aku akan pergi sendiri. Kalau begitu aku pergi dulu." Rania berpamit pergi menuju bandara dengan memakai dress bermotif bunga berwarna merah muda yang semakin menambah kecantikannya.
Sarah lalu membantu Rania berdiri dan mengantarnya ke depan rumah. Sarah sangat menyayangi Rania, ia adalah menantu satu-satunya di keluarga Zainuri, karena Adipati Zainuri atau Adi terlahir sebagai anak tunggal.
***
Sepanjang perjalanan menuju bandara hari itu, sangat macet. Rania tampak sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya, ia berpikir bahwa ia sudah sangat terlambat.
Setelah cukup lama dalam perjalanan, akhirnya Rania sampai, Rania pun sedikit berlari saat memasuki bandara, ia sudah tak sabar untuk memberikan kejutan tentang kehamilannya pada Adi, sang suami. Tapi sesampainya di sana, Rania kebingungan mendapati semua orang yang sedang menunggu penumpang pesawat dari Singapura yang sampai di bandara hari itu tengah menangis histeris dan beberapa dari mereka ada yang sampai tak sadarkan diri.
Rania hanya mematung melihat kehisterisan orang-orang yang berada di sana. Rania melihat siaran televisi di bandara yang menyiarkan berita tentang kecelakaan pesawat yang jatuh ke laut pun, hanya bisa terdiam. Rania pun menghampiri salah seorang pekerja bandara yang ada di sana.
"Maaf, ada apa ini?" tanya Rania yang terlihat kebingungan dengan situasi yang ia lihat sekarang.
"Pesawat dari Singapura mengalami kecelakaan."
"Singapura?" tanya Rania lirih. Rania berharap jika pesawat yang jatuh itu bukan pesawat yang membawa Adi dari Singapura.
"Benar. Pesawat yang jatuh hari ini adalah pesawat dari Singapura. Apa ada keluarga anda yang juga berangkat dari Singapura?" tanya petugas itu. Rania menjatuhkan bucket bunga yang ia bawa untuk Adi dan juga alat pendeteksi kehamilan yang akan ia tunjukkan pada suaminya itu.