Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dikejar Oleh Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Jangan Main-Main Dengan Dia
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sudah hampir dua tahun ini, Rio tidak menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun. Sejak kejadian kekasihnya yang ditikung secara licik oleh pria lain, membuatnya hingga kini masih menutup rapat hatinya. Belum ada satu pun wanita yang berhasil mengetuk dinding pertahanannya.
Orang tua Rio sudah mencoba membantu mencarikan wanita dengan mengenalkan hampir semua anak dari teman-teman sekolah dan sosialitanya. Namun, semuanya berakhir sama, dicampakkan oleh seorang pria bernama Rio Darmawan yang kini berusia dua puluh tujuh tahun.
Entah apa kriteria pasangan yang diinginkan oleh pria itu, hingga membuat orang tuanya pusing memikirkan jodoh Rio yang tak kunjung kelihatan tanda-tandanya.
Setiap hari, Rio menghabiskan waktunya untuk bekerja di perusahaan DR Group. Selain untuk melupakan kenangan bersama mantan kekasihnya, kesibukannya juga bisa dimanfaatkan sebagai alasan ketika meninggalkan para wanita yang sengaja disiapkan oleh mamanya pada saat kencan buta.
Saat ini, pria itu tengah menghempaskan tubuhnya ke atas kursi kerja yang sangat nyaman. Ia baru saja selesai rapat dan memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat sebelum melanjutkan pekerjaannya.
Namun, suara pintu yang diketuk dari luar membuatnya harus terjaga. "Masuk!" serunya sedikit meninggikan suara.
Seorang pria yang selalu setia mengikuti Rio itu masuk ke dalam. Dia adalah Gilang, asisten pribadi CEO DR Group. "Tuan, orang tua Anda baru saja mengirimkan pesan," ujarnya seraya menyodorkan ponsel ke atasannya untuk dilihat oleh Rio.
Rio menolak mengambil benda canggih itu. "Tolong bacakan saja, siapa lagi wanita yang harus kutemui?" tanyanya.
Rio sampai hafal kebiasaan ibunya yang setiap hari mengirimkan pesan kepada asistennya tentang kencan buta.
"Dita Andini, putri dari teman sekolah Nyonya Anggi," jawab Gilang sambil memperlihatkan foto wanita yang nanti sore harus ditemui oleh Rio.
Rio terlihat tak tertarik dengan wanita di dalam ponsel tersebut. Tak ada yang menggugah hatinya sedikit pun. Atau mungkin belum. "Biarkan saja, tak perlu dibalas," pintanya.
"Baik." Gilang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya lalu menatap atasannya lagi. "Anda ingin makan siang di mana, Tuan? Restaurant seperti biasanya?" tawarnya.
"Tidak, aku mau makan di kantin perusahaan saja. Terlalu banyak kenangan bersama Anita di Restaurant itu," tolak Rio. Selama menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya, dia sering makan di restoran tersebut.
Lebih baik Rio mencoba untuk melupakan semua peristiwa bersama orang yang pernah dia inginkan menjadi istrinya, daripada mengganggu rumah tangga Anita demi memaksakan kehendaknya.
"Baik, aku akan sampaikan pada chef untuk menyiapkan hidangan." Gilang berpamitan untuk keluar. Namun getaran dari ponselnya membuatnya berhenti sejenak mengecek penelepon yang seperti tak sabaran.
Gilang berbalik untuk berbicara dengan atasannya lagi. "Tuan, Nyonya Anggi menelepon," jelasnya.
Rio terlihat menghela napasnya. "Angkat saja," titahnya seperti tak bertenaga. Ia sudah tahu apa yang akan disampaikan oleh mamanya.
"Gilang!" seru Mommy Anggi setelah panggilan diangkat.
"Ya, Nyonya, ada yang bisa dibantu?" tanya Gilang.
"Di mana Rio? Kenapa dia mematikan ponselnya?" tanya Mommy Anggi tak sabaran.
"Di hadapanku."
"Berikan ponselnya padanya!"
"Baik."
Gilang menyodorkan benda pipih canggih itu ke atasannya. "Nyonya ingin berbicara dengan Anda."