Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Belajar yang bener ya? Jangan sampe bolos," laki-laki perawakan jangkung sedang menasehati sang adik yang baru menginjakkan kakinya di masa putih abu-abu.
"Kakak! Kakak kaya orang yang baru kenal aku kemarin deh, padahal kan kakak kenal aku dari orok! Lagian mana mungkin aku bolos," mengerucutkan bibir mungilnya yang berwarna pink baby.
"Yaelah Ra, kakak kan cuma pengen kaya seorang kakak laki-laki yang bijak. Kamu mah ga seru!"
"Gausah banyak nonton drama romantisnya Mom deh, atau sok-sok an ikutin saran Dad buat baca artikel cara menjadi kakak yang baik buat aku. Basi tau," laki-laki itu memutar bola matanya malas.
"Kamu mata-matain kakak?"
"Anara terlalu sibuk buat ngepoin kak Arya,"
"Dah lah, debat sama kakak gaakan ada abisnya. Aku masuk dulu ya!!" Perempuan itu memasuki gerbang sambil sedikit berlari, meninggalkan kakak kesayangannya begitu saja.
****
Pandangannya mengedar keseluruh penjuru koridor utama yang sedang di lewatinya. Ramai, hingga tanpa sengaja ia menabrak seseorang di depannya.
"Um sorry," ucapnya dengan tulus.
"Iya gapapa kok, gue juga tadi jalannya agak lambat,"
"Murid baru juga?" Lanjutnya saat melihat pita biru di tali kuncir Anara. Pihak sekolah menitah seluruh murid baru memakai pita di ikat kuncir dengan warna yang sudah di beritahukan.
"Iya, kamu juga? Tapi kok pita kita warnanya beda? Apa jangan-jangan aku salah beli warna pitanya?" Paniknya saat melihat warna yang berbeda pada pita tali kuncir gadis di depannya yang berwarna hijau.
"Aku anak IPS, mungkin warna pitanya di bedain buat anak IPA dan IPS,"
Anara tersenyum kiku, "kayanya emang kaya gitu,"
Tanpa di sangka-sangka gadis itu mengulurkan tangannya pada Anara. "Kenalin nama gue Ersya permata putri yuasgar," tanpa ragu, Anara membalas uluran tangan itu dan memperkenalkan dirinya. "Aku Anara yusrin nadyaz," senyuman mengembang di sana, menunjukan mata bulan sabit milik Anara juga lesung pipi di sebelah kanannya yang ikut tercetak dengan jelas.
"Teman?"
"Teman!"
Ersya memberikan sebuah kartu yang berbentuk seperti KTP, bedanya di sana tak ada data diri mengenai gadis itu. "Nomor gue ada di sana, kita kekantin bareng oke? Chat gue! Gue udah janjian mau ketemu kakak gue di sana," ucapnya sambil menunjuk kearah koridor lain.
"Um okay, see you again,"
"Ya see you!"
Setelah berpisah dengan Ersya, Anara kembali menyusuri lorong itu untuk mencari kelasnya.
****
Anara duduk di bangku paling depan dari barisan kedua. Terkejut saat tiba-tiba orang lain menempati bangku kosong di sebelahnya. "Hai kenalin nama gue Arsya, nama lo?"
"Anara,"
"Kita teman satu bangku sekarang," Anara hanya tersenyum untuk menanggapinya.
Guru yang masuk adalah guru yang akan menjadi wali kelasnya selama 1 tahun ini. Tak banyak pembahasan, hanya perkenalan dan pembagian organisasi saja. Anara dan Arsya sangat bersyukur karna tak menjabat sebagai apapun, akan sangat merepotkan jika wali kelasnya menunjuk mereka menjadi salah satu pengatur orang-orang di kelas.
Bel istirahat berbunyi, ia menghubungi Ersya yang ternyata sudah berada di kantin duluan. Arsya terlihat sangat antusias saat Anara mengajaknya ke kantin dan mengatakan jika temannya sudah menempatkan meja untuk ketiganya.
"Anara jalannya agak cepetan dong," Arsya terus menarik tangannya sedari keluar dari kelas tadi.
"Sabar dong, langkah aku ga selebar kamu Arsya," Arsya memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Anara, kaki ramping nan panjangnya membuat Arsya mempunyai langkah yang lebih lebar dari Anara.
"Ih nanti kita ngantri buat beli makanannya!" Arsya terus menariknya. Dalam hati Anara kesal sendiri, hingga tanpa sengaja ia melirik kearah segerombolan laki-laki yang sedang meminum-minuman kalengnya, ada juga yang sibuk dengan ponselnya, atau yang hanya menatap kosong pun ada, contohnya seperti laki-laki bermanik biru muda yang kini malah menatapnya. Kontak mata keduanya terputus oleh jarak, mata biru itu menghilang di balik dinding yang ia lewati.
"Lo lama banget," gerutu Ersya pada teman barunya itu.
"Susah masuk kantin tadi Ersya. Oh iya kenalin ini teman sekelas Anara namanya Arsya, nama kalian cuma beda E dan A aja jadi gak susah ngafal nama kalian," Anara tentu sangat antusias.
Mengulurkan tangannya pada Arsya lalu kembali memperkenalkan diri. "Eh bener juga, kenalin gue Ersya permata putri yuasgar,"
"Arsyalla Abimanggala,"