/0/24873/coverorgin.jpg?v=3bb5d9f52074eb9898689abd6ad7c196&imageMogr2/format/webp)
Daffin Al-Aziz, terlahir sebagai anak sultan yang penuh gelimangan harta. Tidak ada saudara yang harus membuat nya berbagi, karena ia anak tunggal. Semua kasih sayang hanya tercurah untuk dirinya seorang. Hal itu membuat kepribadian nya buruk. Egois, pemarah, dan keras kepala.
Beranjak dewasa, semua sifat buruk nya pun menjadi-jadi. Pergaulan bebas, minuman keras adalah teman setia. Seperti malam ini, dini hari baru pulang dari pesta minuman keras dengan teman-temannya di luar.
Dengan jalan yang sempoyongan ia pulang kerumah. Pintu kamar yang pertama di temukan nya adalah kamar Sang Ayah.
"Kenapa kunci dari dalam? ah mungkin ini kamar Papa. Untung saja, kalau tidak tamatlah riwayatku," celoteh Daffin meninggalkan kamar itu. Lalu ia berpindah ke kamar yang lain. Ketika ia meraih gagang pintu pun terbuka. Yakin ini adalah kamar nya, Dengan cepat ia masuk, lalu menutup pintu kembali. Ia menghempaskan tubuh di atas ranjang. Namun hal yang tidak terduga terjadi, bukan merebahkan diri di atas ranjang melainkan di atas tubuh seseorang.
"Aaaaaaa,siapa kamu?" pekik seseorang yang tidak lain adalah Zalfa, pembantu baru di rumah Tuan Aziz.
Dengan cepat Zalfa mendorong tubuh Daffin yang menghimpitnya, lalu berusaha untuk berdiri. Namun belum sepenuhnya berdiri, lelaki ini menarik tangannya sehingga Zalfa terjatuh di dalam pelukan Daffin.
"Siapa kamu? dan apa yang sedang kau lakukan di kamar ku?" tanya Daffin menyadari ada seorang gadis di dalam kamar nya.
"AAA TOLONG, TOLONG." Zalfa lebih memilih berteriak dari pada menjawab pertanyaan Daffin. Sehingga seisi rumah terjaga dan berlari menuju kamar Zalfa.
Ketika pintu kamar di buka semua orang di buat terkejut, karena posisi Daffin sedang berada di atas Zalfa.
Tiba-tiba tuan Aziz merengkuh tubuh Daffin. Tangannya gemetar karena menahan emosi. Dengan perasaan marah ia menampar Daffin sehingga Saidah ikut menjerit melihat nya.
"PA!" pekik Saidah memeluk Daffin.
"Lepaskan dia Ma!" bentak Tuan Aziz.
"Udah lah Pa, udah lah! Bawa istighfar!" anjur Saidah untuk menyadarkan Tuan Aziz.
"Astagfirullah," Tuan Aziz tersadar sambil mengusap wajahnya dan pergi berjalan menuju ruang tamu diikuti oleh semuanya.
"Apa yang kau lakukan pada gadis ini?" Mata tuan Aziz melihat kepada Daffin. Setelah semuanya duduk pada posisi masing-masing.
"Dia siapa sih? bukan aku yang salah, dia yang tidur di dalam kamarku," oceh Daffin ngawur.
"Kamu mabuk Daffin? ya Allah nak, sampai hati kamu membuat Mama mu ini sedih," keluh Saidah menyadari putra nya itu dalam keadaan mabuk dan ngelantur.
"Kapan kamu mulai selalu pulang larut seperti ini?" tanya Tuan Aziz mencoba bertenang hati.
"Baru malam ini Pa."
"Mbok tolong panggilkan security!" perintah Tuan Aziz.
"Baik, Tuan." jawab si Mbok berjalan keluar guna memanggil Sukri sang security di kediaman Tuan Aziz.
Tak berselang lama si Mbok dan Sukri tiba di ruang keluarga.
"Ada apa Tuan?" tanya Sukri cemas.
"Duduk kamu!"
"Baik, Tuan." Sukri pun duduk dengan perasaan gelisah dan takut.
"Jelaskan semuanya!" pinta Tuan Aziz marah.
"Maksud Tuan?" Sukri gugup dan berlagak tidak tahu. Namun karena tatapan tajam dari Tuan Aziz, akhirnya ia berkata jujur.
"Maaf Tuan, sebenarnya saya selalu ingin memberitahu Tuan, tapi Den Daffin melarang dan mengancam saya. Jadi saya diam saja," jelas Sukri pada akhirnya.
"Baiklah keluar!" perintah Tuan Aziz dan Sukri pun keluar dengan perasaan bersalah.
Kini tuan Aziz kembali menatap Daffin.
/0/3076/coverorgin.jpg?v=e8fb93b5a73bb08d10faa1cde0eab451&imageMogr2/format/webp)