Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
“Aku ... aku memang menyukaimu!”
Natasha tersentak, “Kamu serius?”
Gadis manis nan rupawan itu terkejut saat mendengar ungkapan dari Mesha, laki-laki dengan sebutan mahasiswa terbaik di kampus tempatnya kuliah. Butuh waktu tiga tahun bagi Natasha untuk dapat mengungkap perasaan hati laki-laki yang didambakannya.
“Sebenarnya, aku sudah lama memendam perasaan ini ke kamu, Na. Namun, tak ada satu pun alasan yang membenarkanku untuk mendapatkanmu!”
Mesha menundukkan wajah tampannya di depan seorang gadis. Dia merasa pilu bercampur malu dengan keadaan hidupnya yang sarat akan duka dan lara.
Laki-laki itu menunjuk ke segala penjuru arah rumahnya yang hanya tertutup anyaman bambu. Lubang cukup besar terlihat menganga yang memaksa air akan masuk di kala langit menurunkan hujan.
Sang gadis mengangkat kepalanya menghadap Mesha. Keadaan hidup laki-laki itu membuat hatinya serasa pilu. Dia pun terdiam, tak dapat menyangkal satu pun perkataan Mesha karena memang benar adanya.
“Bukankah semua ini sangat jauh berbeda denganmu? Kamu orang kaya dan memiliki segalanya! Bahkan tempat ini tidak terlihat seperti rumah bagimu. Iya, kan? Apa kamu pikir aku pantas untuk ....”
“Cukup, Mes ... cukup! Please ... jangan kamu lanjutkan ucapanmu!”
Natasha mendekap erat tubuh Mesha. Indah matanya kini mulai berkaca-kaca. Walaupun berharap menikmati suasana ini dengan suka cita, dia terlihat cukup bahagia karena dapat mengetahui kebenaran yang selalu dinantikannya sejak lama.
Mesha pun semakin terbawa suasana. Dia melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Natasha tanpa sedikit pun keraguan. Dihirupnya wangi rambut lurus terurai gadis itu, menghadirkan hawa sarat kasih yang membawa mereka mengarungi luasnya semesta hati. Meluluh-lantakkan tekanan perasaan yang mereka rasakan selama ini.
“Dengarkan aku baik-baik, Mesha! Memang benar anggapanmu tentangku. Namun, aku bukan orang yang memiliki segalanya. Aku memang mempunyai banyak harta, tetapi bukan menjadi alasan bagi seseorang untuk menjauhiku. Camkan hal itu!”
Natasha menyandarkan kepalanya ke tubuh Mesha, menambatkan kembali sebuah pelukan yang sempat terlepas.
“Jika aku memilikimu, kamu boleh menyebut aku sebagai orang yang memiliki segalanya.”
Perkataan Natasha begitu mengena di hati Mesha. Dia merasakan ketulusan dari setiap kata yang diucapkan gadis itu bukanlah omong kosong belaka.
“Sejak kapan kamu mulai menyukaiku?” tanya Mesha.
“Sejak kamu mulai menyukaiku,” jawab Natasha singkat.
Mesha mengerutkan dahi. Dia tidak menyangka bahwa Natasha juga menyukai dirinya sejak awal bersua.
Detak jantung semakin berdetak lebih cepat saat sebuah kecupan menyatukan bibir mereka. Hela napas pun kian menggebu seirama dengan meningkatnya ritme permainan keduanya.
Sepasang tangan kekar mulai berani menelusuri tiap lekuk tubuh memikat sang gadis. Dia terlihat menggeliat, merasakan sensasi di setiap sentuhan jari.
“Apa aku boleh ....”
Natasha hanya mengangguk setelah setengah pakaiannya ditanggalkan. Mesha pun semakin leluasa setelah mendapat persetujuan dari sang gadis. Dia merebahkan tubuh berkulit putih itu untuk memulai petualangan baru. Petualangan yang membawa mereka merasakan kenikmatan tiada tara dalam balutan asmara.
“Jangan pernah kamu berani meninggalkan aku setelah ini!” tegas Natasha sembari mengecup bibir pujaan hati.
“Setelah kamu memberikan semua ini? Bagaimana aku berani?!”