/0/23599/coverorgin.jpg?v=ed918f85207337f1a3fe2e5fd61a4091&imageMogr2/format/webp)
Amora duduk sendirian di sudut kafe, matanya terpaku pada layar laptop yang menampilkan desain arsitektur canggih. Rambut panjangnya yang tergerai menambah kesan serius pada wajahnya yang cantik. Di usianya Amora Carolline yang baru menginjak 28 tahun, Amora telah membangun nama di dunia arsitektur dengan karya-karyanya yang inovatif.
Di seberang meja, temannya Berlin menghampiri sambil membawa dua cangkir kopi. "Serius amat lu Amora, apa yang membuatmu terlihat serius gitu?" tanya Berlin dengan senyuman ramah.
Amora mengembangkan senyuman tipis. "Oh ini Ber, gue cuma terjebak dalam mimpi arsitekturku lagi. Ada proyek besar yang pengen gue garap, tapi sepertinya akan menjadi tantangan besar."
Berlin meletakkan cangkir kopi di depan Amora. "Lu pasti bisa mengatasi tantangan itu, Mor. Semua karyamu selama ini luar biasa."
Amora mengangguk sambil meneguk kopi. "Lu tau ga sih Ber, gue tuh kadang merasa ada something yang kurang di hidupku. Lu kalo liat temen-temen pada nikah ngerasa iri ga?"
Berlin mengangguk mengerti, "Gue tau banget, Mor. Tapi liat, setiap orang punya jalannya sendiri. Lu kan udah sukses di bidang arsitektur. Mungkin sekarang saatnya lu fokus sama kebahagiaan pribadi, siapa tau ada yang lagi nungguin lu di luar sana."
Amora menatap Berlin dengan pandangan penuh pertemanan. "Lu selalu tau cara bikin gue mikir positif, Ber. Tapi kadang gue bener-bener bingung, pengen punya karir yang sukses tapi juga pengen punya kehidupan pribadi yang bahagia."
“Gue pengen tiap abis pulang kerja ada yang nanyain ‘how was ur day sayang’ terus kalo mau tidur ada yang ngucapin ‘good night sayang’ sweet banget kan, Ber” lanjut Amora sambil mengkhayal.
Berlin tersenyum melihat Amora yang tengah melayangkan impian romantisnya. "Iya Mor, sweet banget. Tapi lu juga tau, nggak semua orang bisa bikin hari-hari lu jadi kayak gitu."
Amora mengangguk setuju, "Gue tau sih, Ber. Tapi kadang-kadang, ngebayangin hal-hal kecil kayak gitu aja bisa bikin hati ini hangat, kan?"
Berlin tertawa, "Emang bener. Lu punya rencana apa nih, Mor? Lagi ada yang bikin hati lu berbunga-bunga?"
Amora memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan senyuman malu. "Ah, gak ada apa-apa lah. Cuma lagi ngayal-ngayal aja. Siapa tau suatu hari nanti ...."
Berlin menggoda, "Siapa tau suatu hari nanti lu nemu seseorang yang bisa ngerangkul lu tiap malam dan bilang, 'Good night, Sayang'."
Amora tertawa, "Siapa tau, Ber. Siapa tau." Tatapan matanya melayang jauh, membayangkan kemungkinan-kemungkinan indah yang mungkin saja menanti di depan sana.
Dalam lamunan dan tawa bersama Berlin, Amora merasa semakin yakin bahwa kebahagiaan dan romansa masih bisa menjadi bagian dari hidupnya yang sibuk sebagai seorang arsitek sukses. Seiring malam tiba, Amora pulang dengan harapan di hatinya. Meskipun hanya sebatas khayalan dan percakapan ringan, ia merasa semakin termotivasi untuk menciptakan keseimbangan antara kesuksesan karir dan kehidupan pribadi yang bahagia.
Saat tiba di apartemen, Amora melihat pemandangan indah matahari terbenam dari jendela apartemennya. Ia merenung sejenak, memikirkan kata-kata yang baru saja diucapkan. "How was ur day sayang" dan "good night sayang" terdengar seperti melodi yang indah di telinganya.
Dengan langkah hati-hati, Amora meraih ponselnya dan mengecek pesan-pesan yang masuk. Meskipun belum menemui pesan romantis yang ia bayangkan, ia tak bisa menahan senyum ketika melihat ucapan terima kasih dari salah satu klien atas desain briliannya hari itu.
/0/16366/coverorgin.jpg?v=ed3cd92b48b52b04968e892b3c1dc209&imageMogr2/format/webp)
/0/16858/coverorgin.jpg?v=55e57d0c3fbbbe72391c0a97e4415700&imageMogr2/format/webp)
/0/21489/coverorgin.jpg?v=20250117155253&imageMogr2/format/webp)
/0/6491/coverorgin.jpg?v=9b9a74ef3e806f8f1f820037e0dbf6e2&imageMogr2/format/webp)
/0/3814/coverorgin.jpg?v=8c8dae14a1538084f32c8f3bfa1c8415&imageMogr2/format/webp)
/0/16511/coverorgin.jpg?v=d4dc22f9d688777e77ddddb634b06488&imageMogr2/format/webp)
/0/12930/coverorgin.jpg?v=f1d178d85c4e24b2cfcbcc8d6f43c9ae&imageMogr2/format/webp)
/0/26320/coverorgin.jpg?v=72709ea82d6b43347f5a9612b7ca8019&imageMogr2/format/webp)
/0/29679/coverorgin.jpg?v=3ce2b19260a523e3b9a35975a260c831&imageMogr2/format/webp)
/0/17164/coverorgin.jpg?v=5399f2d9a3016cf695306f21f6d38fe9&imageMogr2/format/webp)
/0/2865/coverorgin.jpg?v=148b7c0297ea539ab197a845457d933d&imageMogr2/format/webp)
/0/6595/coverorgin.jpg?v=36080175ef3c9e6d890c9db59d2148c9&imageMogr2/format/webp)
/0/6637/coverorgin.jpg?v=a530a5398bc61eb694f5ea42202f4e80&imageMogr2/format/webp)
/0/23825/coverorgin.jpg?v=626b269729f3f72697f5d6c0d0a61b07&imageMogr2/format/webp)
/0/23335/coverorgin.jpg?v=449cea810c5ef59b88cedb2b49dc88c2&imageMogr2/format/webp)
/0/17282/coverorgin.jpg?v=a34e9b4d14493b1290fca4ee43eafa69&imageMogr2/format/webp)
/0/5840/coverorgin.jpg?v=e0d48589c7f96689ca30a2081c767f7f&imageMogr2/format/webp)
/0/16548/coverorgin.jpg?v=20240306140844&imageMogr2/format/webp)
/0/17969/coverorgin.jpg?v=3e9172146b3859fb54fd204ae1ca2074&imageMogr2/format/webp)
/0/17216/coverorgin.jpg?v=8de1de39814150b2a34ec36544991dd7&imageMogr2/format/webp)