/0/22021/coverorgin.jpg?v=40ba8dce77cf7c4da1bd8af23dfd3d9b&imageMogr2/format/webp)
"Waah, alhamdulillah Asih sudah hamil ya. Topcer banget itu si Ragil. Menikah baru sebulan, eh sudah hamil lima bulan." Suara Bulek Yayah terdengar melengking.
"Bagus lhooh, Nduk. Daripada istrinya masmu itu, istri si Yanto. Si Izza itu sudah menikah lima tahun, tapi belum juga ada tanda-tanda hamil lho ya. Mandul tuh pasti," lanjutnya.
Suara Bulek Yayah semakin dikeraskan, seakan sengaja menyinggung Izza yang berada di ruangan itu.
Mendengar hal itu, hati Izza tiba-tiba menciut. Ada rasa sakit di dalam dadanya, yang ia rasakan semakin sesak. Di kala kabar kehamilan Asih, istri adik iparnya yang merupakan menantu baru di keluarga ini, tengah hamil lima bulan. Padahal resepsi pernikahan mereka sepertinya baru dilaksanakan tiga minggu yang lalu.
Izza menyeka bulir di sudut matanya. Ia menahan matanya untuk tidak berkedip. Ia khawatir jika bulir-bulir itu akan menetes. Akan sangat menyedihkan sekali, ketika sakit itu dilihat oleh banyak orang. Terlebih lagi, di ruangan itu berkumpul saudara-saudara Yanto.
Sore itu, Izza dan Yanto sepulang dari kerja mampir ke rumah Bu Ami. Meraka sering mampir. Sekedar membawakan martabak kesukaan mertuanya, atau jajanan kesukaan Bu ami. Apalagi selepas gajian, Izza selalu menyempatkan kesana, sekedar memberi uang jatah bulanan mertuanya yang janda itu.
"Gimana Zah? Kapan nih kamu hamil? Rugi lhoh, kalian berdua itu sudah bekerja dan membanting tulang, tapi gak ada anak yang dinafkahi. Buat apa uang banyak? Lihat tuh si Asih udah hamil. Lha kamu kok kalah sama adik iparmu?" Bulek Yayah terus memburu Izza. Seakan ini adalah sebuah moment yang tepat untuk menyudutkan wanita 30 tahun itu.
"Resign aja lah dari kerjaanmu Zah. Ada tuh teman mas Udin, yang sama kayak kamu. Dia menikah sudah 12 tahun tapi gak hamil-hamil. Terus mengundurkan diri dari tempat ia bekerja, eehhh...langsung hamil lhoh," timpal Mbak Ina, menantu nomer 3 di keluarga itu.
Izza yang sedari tadi diam dan mengalihkan perhatian ke handphonenya, tiba-tiba ada dorongan untuk berbicara.
"Bulek, bisa gak sih Bulek itu ada rasa simpati sedikit kepada sesama wanita? Daritadi bulek memburu saya yang dicap mandul ini dan bulek terus saja mengompor mengecilkan saya." Izza terlihat mulai tersinggung.
Wajah Izza menegang, suaranya berat, tapi ia tunjukkan ketegaran di setiap ucapannya.
"Lhoo saya ini cuma kasian sama kamu. Dan kasian sama yanto juga. Masak dari 8 bersuadara, hanya Yanto yang belum punya anak lho. Malu lah itu sama si Ragil yang anak bungsu dan baru menikah, eh sudah hamil tuh istrinya," timpal bulek yaya dengan lantang. Logatnya memang tak pernah berubah. gaya bicaranya juga dari dulu begitu, ceplas ceplos.
"Lhoo bulek gak perlu kasian sama kami, kami baik-baik saja kok. Sejauh ini kami hidup mandiri tanpa merepotkan kalian-kalian. Kami program hamil pun kesana kemari habis puluhan juta juga kalian mana tahu?" Suara izza mulai meninggi.
Izza tak peduli jika di ruangan itu ada mertuanya, Bu Ami. Mungkin dia mulai lelah dan kesal. Kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kalinya. Ini adalah untuk yang kesekian kalinya dia dikecilkan karena sudah 5 tahun tidak memiliki momongan.
Sementara Asih, dia merasa sangat menang. Sebagai menantu baru, ia menang telak karena bisa hamil mendahului kakak iparnya yang sudah menikah lama. Terlihat dari wajahnya, ia begitu bangga dan sumringah sambil mengelus perutnya yang mulai buncit.
Dia sesekali melirik ke arah Izza dengan tatapan puas.
/0/10812/coverorgin.jpg?v=198d370c74eb96f286a5bfcb5000632b&imageMogr2/format/webp)
/0/28246/coverorgin.jpg?v=69fbceda06bc1129f3e6418c397952ca&imageMogr2/format/webp)
/0/18016/coverorgin.jpg?v=c433198e5cf2153ea10bac61cea62a83&imageMogr2/format/webp)
/0/16944/coverorgin.jpg?v=060a845495c96644c28b2058802d384c&imageMogr2/format/webp)
/0/17290/coverorgin.jpg?v=7ccbd0cb91087b216bf988ef50b95682&imageMogr2/format/webp)
/0/21448/coverorgin.jpg?v=2da3699e0441bf95c1b7cb8c9d116469&imageMogr2/format/webp)
/0/8054/coverorgin.jpg?v=6150d9a9449774c2451ea4b3a210dbc2&imageMogr2/format/webp)
/0/9067/coverorgin.jpg?v=c97c160b1f7e5de936fe89beed03c9f0&imageMogr2/format/webp)
/0/23725/coverorgin.jpg?v=0c3e9dab454f8a22d8c98ca9859435f0&imageMogr2/format/webp)
/0/13355/coverorgin.jpg?v=6ae1f5fdd0ce82ee6942cf82fd62eb3b&imageMogr2/format/webp)
/0/16835/coverorgin.jpg?v=e4fb7f2d306934fd883fb8ff2f2e9fc3&imageMogr2/format/webp)
/0/9746/coverorgin.jpg?v=db34e59f7bbe3b65b95e24f5d6ed818f&imageMogr2/format/webp)