Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Janu terlihat sangat tegang di balik kemudi mobil hitam yang kini meluncur dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Malang yang sore itu terlihat sangat lengang. Memang ini bukan malam Minggu, jadi jalanan relatif sepi di sini. Kalau hari Sabtu atau Minggu, jangan harap bisa lewat dengan nyaman di jalanan kota ini menuju ke arah Utara seperti yang sedang ditempuh oleh Janu saat ini.
“Kita ini sebetulnya mau ke mana sih, Mas?” Vita memandang curiga ke arah sopir pribadi suaminya itu. Dia merasa sedikit menyesal, kenapa tadi mau saja ketika dirinya diajak pergi oleh Janu hanya karena penasaran dengan ‘rahasia besar’ yang dikatakan oleh pria bertubuh jangkung dan berkulit hitam itu. Ya, rahasia besar tentang suami Vita.
“Saya nggak bisa cerita sekarang, Bu. Biar Ibu lihat langsung saja nanti. Kalau saya cerita sekarang, Ibu juga belum tentu akan percaya,” jawab Janu yang matanya tetap fokus menatap ke depan ke arah jalanan. Wajahnya tampak sedikit tegang. Entah, apa yang sebenarnya sedang dia sembunyikan saat ini.
Rahasia besar. Rahasia besar apa, sih? gerutu Vita di dalam hati. Dia sudah merasa sangat tidak sabar, ingin tahu rahasia besar apa yang sebenarnya disimpan oleh sang suami dan sekarang ingin dibongkar oleh Janu ini.
Janu mencoba untuk tetap fokus pada jalanan di depannya, tetapi sebetulnya pikiran dia sedang tidak keruan. Dia tidak tahu, apakah keputusan yang dia ambil sekarang adalah keputusan yang tepat. Rasa bersalah telah menghantuinya selama beberapa tahun belakangan. Janu sudah tidak sanggup lagi untuk menahan. Dia merasa sangat bersalah kepada Vita yang selama ini banyak berjasa pada keluarganya. Janu bisa bekerja sebagai sopir pribadi di sana juga berkat uluran tangan Vita. Kalau tidak, mungkin dia masih tetap jadi pengangguran hingga sekarang.
Perjalanan dari kota Malang, terus mengarah ke Utara, hingga tiba di batas wilayah kotamadya. Setelah melewati gapura pembatas dan masuk ke wilayah kabupaten, Vita masih memandang tidak mengerti kepada pria yang ada di belakang kemudi itu. Ada sedikit rasa tidak nyaman, tetapi berusaha untuk dia telan. Janu adalah orang yang selama ini bisa dia percaya. Tidak mungkin kalau pria ini sampai berniat jahat atau yang aneh-aneh terhadap dirinya dengan membawa ke luar kota. Janu sudah mengabdikan dirinya pada keluarga Harris, suami Vita, sejak lama. Sudah lima tahun lebih. Ada kisah yang panjang tentang bagaimana Janu akhirnya bisa tertaut pada keluarga Harris ini.
“Nggak jauh lagi kok, Bu. Sabar, ya. Sebentar lagi kita sudah sampai, kok,” ucap Janu yang paham kalau wanita di sampingnya itu sedang merasa gelisah. Vita tidak menjawab. Dia memutuskan untuk tetap bungkam, meski masih dengan tatapan yang penuh tanda tanya.
Sebelum rel kereta api di kawasan Singosari, Janu membelokkan mobilnya ke kanan, lanjut menyusuri sungai kecil di sepanjang perjalanan. Beberapa ratus meter kemudian, Janu membelokkan mobil, masuk ke sebuah area perkampungan. Kini, laju mobil mulai melambat.
Sejurus kemudian, setelah dua kali belokan, Janu menghentikan mobil, lalu mematikan mesin. Mereka tiba di halaman sebuah rumah tanpa pagar yang tergolong besar dan mewah dibandingkan dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Janu turun, diikuti oleh Vita yang masih belum paham, apa sebenarnya mau si sopir ini.
“Rumah siapa ini, Mas?” Vita menatap kebingungan, begitu turun dari mobil dan berdiri berhadapan dengan sang sopir.
“Ibu masuk saja. Pak Harris ada di dalam sana bersama selingkuhannya, Bu. Maafkan saya karena baru membongkar rahasia ini sekarang,” ucap Janu sambil menunduk lesu.
Kalimat yang keluar dari mulut sopir itu, terasa seperti ribuan anak panah yang melesat tiba-tiba dan menancap ke seluruh tubuh Vita. Antara cemas dan lemas, marah juga sedih, semua rasa bercampur menjadi satu. Tanpa banyak bicara lagi, Vita bergegas melangkah, menuju ke bangunan mewah tersebut.
Tak bisa dilukiskan lagi perasaan Vita saat itu. Suami yang selama ini dia kenal sebagai suami sempurna. Suami yang sangat perhatian dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga. Seorang ayah yang sangat baik, perhatian, dan lembut, mungkinkah berselingkuh? Dia menekan tombol bel di samping pintu besar itu berkali-kali hingga muncul seraut wajah yang sangat terkejut melihat kedatangan dia.