Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Vera kaget, langsung memekik tertahan, ketika secara tiba tiba dia merasakan ada tangan seseorang yang memeluknya dari belakang disusul dengan dengusan nafas berat menyapu seputar tengkuk dan telinganya. Sementara kedua asset gemoyna sudah dalam kekuasan jemari jemari nakal, meremasnya lembut, “ sah… jangan..,” Vera mendesia.
Pagi itu, Vera yang hanya berbalut daster, sama sekali tidak menduga jika akan ada serangan gerilya ke tubuhnya secara tiba tiba ketika dia sedang bersibuk ria di meja dapurnya. Tubuhnya menggeliat berusaha menepis perlakuan Damar. Kedua tangannya masih memegang spatula
“Jangan Mas, nanti suamiku lihat,” bisik Vera Yuniar berusaha melepaskan pelukan Damar, tatapan matanya nanar menyapu pintu kamar mandi, Penuh kehawatiran.
“Maafkan aku Mbak, aku benar benar gak tahan,” bisik suara berat dengan nafas tersengal berhembus pendek-pendek di seputar telinga dan tengkuknya.
“Ta, tapi,..” Vera tak bisa meneruskan ucapannya, dia hanya menelan salivanya, merasakan hasrat yang mulai terbentuk di lembah nafsunya. Kepalanya reflek menggeliat mendongak ketika dia merasakan sentuhan basah dan hangat dari lidah Damar bermain di telinganya, “aku takut,..” desis Vera, menikmati sentuhan sentuhan Damar.
Tanpa menggubris perkataan Vera, Damar terus saja menciumi tengkuk Vera. Bias mentari menerobos masuk menerpa leher jenjang Vera yang terbuka membuat semakin tergugahnya gairah kelelakian Damar.
Vera merasakan gelombang kejut merambati seluruh aliran darahnya, reaksi tubuhnya tak bisa menangkal efek remasan lembut di kedua aset vera yang super gemoy. Aktifitas masaknya sontak berhenti, menyambut badai nafsu yang merambahi dirinya, mengisi ruang ruang dadanya, membuat nafasnya tersengal pendek dan mulai terasa berat.
“sudah mas, please,.” Pinta Vera gelisah, kedua manik matanya tetap mengawasi pintu kamar mandi, khawatir suaminya keluar dari sana. “sebentar lagi suamiku keluar dari kamar mandi, sudah, sudah,” bisik Vera penuh tekanan. Meski Vera sendiri menikmatnya. Hasrat untuk bercintanya mulai merebak bangkit dengan perlakuan Damar.
Damar yang sudah diliputi nafsu yang menggunung, terpaksa menghentikan serangannya. Dengan cepat dia berjingkat keluar dari dapur menuju ruang tamu. Sementara Vera buru buru merapikan rambut dan dasternya, melanjutkan kembali pekerjaannya seperti tidak pernah terjadi apa apa.
Beberapa detik kemudian, di sebelah kiri beberapa meter dari meja dapur seorang lelaki dengan tampang tambun memakai handuk warna biru tua keluar dari kamar mandi. Dialah Toni Gumulung, suami Vera.
Vera langsung menyibukkan diri dengan aktivitas memasaknya. Bongkahan hasrat yang tadi mulai terbentuk kini tergantung tanpa kepastian.
“Damar mana Ver?” ucap Toni, mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah dengan kedua tangannya, menanyakan kebeeradaan tamunya, Damar.
“Tahu,” jawab Vera seolah tidak begitu tertarik dengan pertanyaan suaminya, padahal Vera sedang berusaha meredam hasrat biologisnya yang terbangun liar atas perlakuan Damar yang notabenenya adalah tamu di rumahnya, Perlakuan Damar benar benar tak pernah dipikrkan sebelumnya oleh Vera, Dicumbu seseorang ketika suaminya berada di kamar mandi yang hanya beberapa meter dari tempatnya. Sungguh sesuatu yang enggak bisa dibeli. Was was dan penuh ketegangan. Sungguh mendebarkan.
Damar Kurusetra sudah dua hari menginap di rumah Toni atas permintaan Toni sendiri.