/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
"Mas, kenapa sikapmu begitu dingin padaku?" tanya Mosa pada suaminya. Mereka baru saja menikah tetapi entah apa yang membuat Roni begitu dingin kepada Mosa.
Roni meninggal kan istrinya begitu saja. Hanya menoleh tanpa menjawab sepatah kata pun.
Netra Mosa berembun. Hendak menangis tetapi dia tak sanggup. Baru saja kemarin mereka melangsungkan pernikahan tetapi sikap dingin Roni begitu nampak jelas.
Mosa bertanya seakan dia tak dianggap sebagai istri. Jangankan melakukan malam pertama menyentuh nya saja tidak.
Roni justru mendatangi rumah ibunya yang jaraknya tidak jauh dari rumah mereka.
Mosa hanya memperhatikan gerak gerik pria yang mempersuntingnya kemarin. Hati istri mana yang sanggup diperlakukan demikian.
Mosa mengira pernikahan akan menjadi kan hidup nya lebih berwarna memiliki pendamping dan hidup bersama.
Siang menjelang Roni kembali pulang. Dia melihat Mosa sedang sesenggukan di kamarnya. "Kamu kenapa?" tanya Roni seraya duduk di ranjang samping Mosa.
"Kamu harusnya menjawab pertanyaan ku Mas. Kenapa kamu bersikap dingin terhadap ku? Bukankah aku istri mu?" suara Mosa dengan mengusap air matanya yang tidak lagi terbendung.
"Aku menikahimu karena kasihan. Melihat keluarga mu yang berantakan," jawab Roni datar.
Mosa menatap tajam Roni, "Lantas, kamu memperlakukan aku seperti sekarang ini akan memberikan aku kebahagiaan. Kenapa tidak kamu batalkan saja jika kamu tidak mencintai ku?" Mosa merasa merana jawaban Roni begitu mengiris hati nya tetapi dia tidak bisa berbuat banyak.
"Karena Bapak meminta aku tidak membatalkan, kalau menurut hati aku sudah meninggalkan mu sebelum pernikahan," tambah Roni.
Jawaban Roni semakin menjadikan hati Mosa sakit. Begitu berat menjalani pernikahan hanya karena kasihan. Tetapi itu bukanlah alasan untuk mengakhiri nya begitu saja.
"Lantas bagaimana pernikahan kita ini? Kamu sudah menjadi suamiku. Dan kamu bertanggung jawab atasku," isak tangis Mosa berkurang dia hanya memastikan bahwa Roni bisa menjadi orang yang dia percaya.
"Kamu tidak perlu khawatir aku akan menafkahi kamu. Aku memang menjadi suami mu, tetapi kamu perlu ingat aku menikahimu karena kasihan. Jadi jangan berharap lebih!" Roni meninggalkan kamar lalu mengambil makan siangnya.
Mosa membuntuti Roni, dia masih ingin melayani Roni dengan baik meskipun hatinya sudah terluka oleh suaminya sendiri.
"Kamu tidak perlu repot-repot menyiapkan keperluan ku. Aku bisa sendiri," ucap Roni.
Mosa menghentikan langkah. Dia kembali ke kamar dia tidak ingin tangisnya terdengar hingga ke rumah mertuanya.
Jarak rumah Roni dan ibunya sangat dekat. Hanya berjarak sekitar 5 meter saja. Bahkan di dapur bisa saling melihat kegiatan masing-masing.
Mosa masih begitu syok. Dia tidak menyangka pernikahan nya akan menjadi seperti ini. Tetapi tidak ingin berlama-lama di kamar Mosa keluar untuk sekedar membereskan rumah yang sekarang dia tinggali bersama Roni.
Rumah itu milik Roni yang dibangun beberapa tahun yang lalu. Sehingga Mosa hanya perlu masuk saja.
Mosa mengerjakan dengan cepat tetapi setelah menyelesaikan nya dia bingung hendak melakukan apa. Melihat Roni yang dari tadi dominan di rumah ibunya menjadikan Mosa merasa benar-benar merasa kesepian.
Mosa pun akhirnya berinisiatif untuk mendatangi rumah mertuanya tersebut sekaligus melihat apa yang sedang Roni lalukan di sana.
Melalui pintu belakang Mosa mengucapkan salam "Assalamualaikum,"
"Walaikumsalam, masuk Mosa!" ucap Sarni, ibu mertua Mosa.
"Baik, Bu," tanpa banyak berkata Mosa pun masuk dan duduk di ruang tamu. Disana Roni sedang asyik rebahan. Melihat Mosa datang Roni segera duduk
/0/8482/coverorgin.jpg?v=895b3f8836708e13a7b45abf024eaa8d&imageMogr2/format/webp)
/0/16298/coverorgin.jpg?v=03367bf62e8269022f36944919d8b2a8&imageMogr2/format/webp)
/0/2709/coverorgin.jpg?v=07e5e78525664dd3080a36ee9ef3a2de&imageMogr2/format/webp)
/0/16417/coverorgin.jpg?v=acfa1c699f975e424d62fe219f50fdf8&imageMogr2/format/webp)
/0/5372/coverorgin.jpg?v=4eaf7c3a92872235760effad81f63dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/8004/coverorgin.jpg?v=571ac2712872ce049b52fca5f42c3171&imageMogr2/format/webp)
/0/3623/coverorgin.jpg?v=f54b8723bde25d7c963d0c773b7bcb3d&imageMogr2/format/webp)
/0/16304/coverorgin.jpg?v=cceec5014ad6d8da23556a1c127c9c50&imageMogr2/format/webp)
/0/16328/coverorgin.jpg?v=d621b9f745cfe09fda0812c94cb92730&imageMogr2/format/webp)
/0/9210/coverorgin.jpg?v=635725120b5e334dd24e213c953a9dc7&imageMogr2/format/webp)
/0/14949/coverorgin.jpg?v=17739a5c922082348d1a124f2c1024cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5064/coverorgin.jpg?v=452ee13c83c4b13e8f97a417724e0bd5&imageMogr2/format/webp)
/0/6005/coverorgin.jpg?v=75a354dc154877d293dfffe9ea6d2402&imageMogr2/format/webp)
/0/4331/coverorgin.jpg?v=26485793c73693ad6fb3d6d317a52d2e&imageMogr2/format/webp)
/0/18664/coverorgin.jpg?v=327f1070479f3e709a32c952a4cf3f13&imageMogr2/format/webp)
/0/2910/coverorgin.jpg?v=8484824ad50f6edeab09765db6be0df9&imageMogr2/format/webp)
/0/9012/coverorgin.jpg?v=f260db6223f210b09f9a147b67e089a0&imageMogr2/format/webp)