Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Tawaran Gila Suamiku
Pagi yang cerah untuk memulai sebuah aktivitas di luar ruangan. Seperti biasanya, Tiara harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru yaitu mengajar. Karena kondisi pagi hari yang cerah, sangat mendukung sekali kegiatan Tiara pagi ini.
Sebelum ia berangkat ke sekolah untuk mengajar, Tiara melakukan sarapan terlebih dahulu. Setiap pagi, sang mamah sudah stay di meja makan dengan berbagai masakan dimeja. Tidak lupa juga dengan sang adik kembarannya bernama Tiani. Mereka sama-sama seorang guru, tetapi tempat mereka mengajar tidak sama. Tiara bekerja di sebuah sekolah menengah akhir di kotanya, sedangkan Tiani mengajar disebuah sekolah menengah akhir di luar kota. Mereka sama-sama dibesarkan oleh sang mamah, karena papah mereka tinggal di luar kota.
"Pagi mah!, pagi Tiani!" Ujar Tiara sambil menuruni tangga.
Sontak sang mamah pun mengajaknya untuk sarapan bersama. "Sini sayang, sarapan bersama!" Ajak sang mamah.
Tiara mulai berjalan kearah meja makan. Pandangannya tertuju pada Tiani yang tengah asik memakan buah yang ada di meja. Ia pun duduk di samping Tiani.
"Ngapain kamu?" Tanya Tiara kepada adiknya.
Sontak Tiani pun menolehkan kepalanya menghadap Tiara. "Seperti yang kamu lihat ini sayang, aku sedang menikmati buah ku. Rasanya asam seperti wajah kamu yang terlihat asam terus setiap hari, karena kamu tidak memiliki pasangan hahahahhahaha....!!!" Celetuk Tiani sambil tertawa puas.
Setiap hari Tiani dan Tiara selalu berdebat, padahal yang di debatkan hanyalah hal-hal yang sangat tidak berfaedah. Contohnya ini, mereka suka saling mengejek satu sama lain. Oh iya, mereka berdua sama-sama belum menikah. Tetapi, Tiani sudah memiliki pasangan sedangkan Tiara belum memiliki pasangan.
"Idih! Gaya banget, mentang-mentang sudah punya doi!"
"Makanya buruan cari pasangan dong Tir! Nggak bosen apa lama-lama jomblo?"
"Aku mah santuy ya! Nggak pengen pacaran, pengennya langsung nikah aja, soalnya umur aku tuh bukan anak-anak lagi. Dan ini juga berlaku untuk kamu! Kamu tuh udah dewasa, ngapain mau di gantung kayak jemuran, minta dinikahin kek!" Ujar Tiara menceramahi adiknya.
Namun hal tersebut tidak di hiraukan sang adik sama sekali. Ia mengabaikan ucapan kakaknya, dan pura-pura tidak mendengar.
"Nah mah! Lihat Tiani, dia selalu kayak gitu kalau di bilangin." Adu Tiara sambil menunjuk adiknya yang pura-pura fokus makan buah.
Sang mamah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anaknya. Mereka selalu saja bersikap seperti anak kecil, seakan mereka lupa bahwa umur mereka sudah 25 tahun yang layak untuk menikah dan membangun rumah tangga.
"Yasudah kalian cepat sarapan, nanti kalian telat loh!" Ujar sang mamah.
Kemudian keadaan menjadi hening. Mereka berdua sibuk sarapan. Namun baru saja beberapa suapan Tiara sudah terburu-buru ingin segera berangkat.
"Tiara mau berangkat mah! Nanti Tiara telat, soalnya pekerjaan Tiara pagi ini sangatlah banyak." Ujar Tiara sambil mencomot roti yang ia makan tadi.
"Lah nggak makan nasi kak?"
Tiara menggelengkan kepalanya. " Enggak, kakak lagi pengen diet." Ujar Tiara sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Mah Tiara berangkat!" Pamit Tiara sambil mencium punggu tangan Mamahnya.
"Hati-hati ya sayang! Jangan lupa nanti makan siang," ucap sang mamah sambil mengelus kepala Tiara.
Tiara menganggukan kepalanya, setelah itu dengan segera ia berangkat ke parkiran rumahnya untuk mengambil motor yang biasa ia pakai untuk berangkat ke sekolah.
Tiara mulai melajukan motornya keluar dari pekarangan rumahnya. Jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan sedikit jauh. Sebelum ia melanjutkan perjalananya menuju sekolah, Tiara mampir terlebih dahulu di sebuah perpustakaan besar di kota tersebut untuk membeli sebuah buku bahan ajarnya.