Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Getaran Cinta CEO Tanpa Modal

Getaran Cinta CEO Tanpa Modal

Dwiyanti

3.5
Komentar
11
Penayangan
6
Bab

Tae seorang CEO yang dingin tapi prihatin, bertetangga dengan Chae seorang pengangguran yang pendiam. Mereka satu sekolah dasar hingga kuliah orang lain akan berpikir mereka memiliki hubungan spesial namun kenyataannya tidak sama sekali. Semua berubah ketika orang tua mereka diam-diam selingkuh, mereka mulai akrab satu sama lain untuk menghentikan perselingkuhan itu, tapi kekasih Chae yang menggantung dirinya selama ini agak cemburu dan maju satu langkah menuju pelaminan hal itu membuat rencana Tae berantakan, dapatkah Tae menghentikan perselingkuhan orang tuanya dan menikahi Chae dalam sebuah kontrak? ataukah Tae diam-diam memiliki getaran Cinta pada Chae. cover diambil dari unsplash dan diedit di pixelab.

Bab 1 Satu

"Kurang ajar, geser sedikit sana," umpat Chae pelan agar tak ketahuan sedang bersembunyi di sebuah lemari.

"Lagian ngapain kamu bisa disini coba?" tanya Tae terengah-engah menahan napas karena bau badan Chae bisa mengendalikan emosi bernafsu.

"Ya jelaslah mata-matain tu Bapak-bapak selingkuh, kau jangan nyari kesempatan dalam kesempitan ya awas aja," kesal Chae merasakan sesuatu yang tidak nyaman ketika badannya berimpitan dengan Tae ditambah bau kulit Tae yang elegant dapat menghanyutkan suasana jantung berdegup kencang.

"Hais, aku pikir kamu yang sengaja ngambil kesempatan dalam kesempitan ini, dada kecil aja sok jual mahal," cetus Tae.

"Shiit, Ibu lo tu kok gatel banget ya ama bapak gue?" tanya Chae mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin membalas perkataan jorok lainnya padahal Chae sudah sadar diri banget pria di depannya itu sedang berereksi apalagi kalo Chae balas dengan milik Tae juga kecil akan baku hantam deh dimana kemungkinan Bapak Chae sadar ada orang di lemari itu.

"Tahan Chae, tahan," benak Chae hanya bisa merasakan kegelian luar biasa di sekujur tubuhnya bak di raba oleh Tae.

Keringat bercucur di seluruh tubuh dua orang yang sedang bersembunyi akan panasnya isi lemari, karena sudah terlanjur Chae pun tergiur dan membiarkan bibirnya menari-nari terhanyut dalam sensasi palsu.

"Aku tak bisa mencintaimu Tae, detik ini aku melakukannya hanya untuk bersenang-senang karena kesempatan dalam kesempitan kecelakaan kecil ini," benak Chae menghisap balik.

Drrt.. Drrt... Drrrt...

"Argh, Apaan sih hp lo yang getar juga," kejut Chae lidahnya tergigit.

Tae merogoh saku celananya mengambil telepon genggamnya untuk mematikan total sebelum terjadi panggilan telepon yang tak terduga ketika mereka bersesembunyi.

"Telepon lo udah mati daya kan?" tanya Tae agak gagap.

"Bentar, Bapak gue kemana?" tanya Chae melihat ke kasur itu yang tak melihat keberadaan Bapak Ibu yang bercengkrama selingkuh.

Chae pun mencoba keluar dari lemari tetapi di cegat Tae dengan pelukannya yang sangat erat.

"Mereka ke kamar mandi jangan ngada-ngada deh, tunggu aja dulu di sini sebentar," ucap Tae dengan wajahnya yang memerah.

"Tae pengap," kesal Chae tak bisa terima ternyata Tae masih menginginkan kesempatan dalam kesempitan itu lebih lama.

"Tae kau tahu kan aku udah punya kekasih, begitu juga dengan dirimu kan, aku nggak mau ya kau ngungkit kejadian ini di depan kekasihku nanti,"

"Hery kekasihmu dia cuma batu lompatan doang kan biar nggak ada yang dekatin kamu padahal kamunya di gantung, aku mah tau isunya, lagian kenapa kamu menerima sensasi kecil ini, dari awal kamu juga berniat berselingkuh," ejek Tae.

"Yaamsong aku baru tahu, jadi aku ni selingkuhanmu yang ke berapa?" tanya Chae.

Tae hanya menggelengkan kepalanya dan menikmati suasana itu penuh gairah sedangkan Chae yang mati rasa tak merasakan suasana itu hanya bisa santai sewajarnya dan tak takut akan sesuatu berkepala dua karena bagi chae itu hanya sebuah pelukan bukan adegan dua puluh satu plus dengan tusukan yang mengerikan yang dibacanya di sebuah novel berjudul gelap shades.

Waktupun berlalu dua orang tua itu sudah pergi dari kamar hotel tersebut.

"Akhirnya bisa menghirup udara AC juga," ucap Chae mendekat ke arah kasur.

"Etdah jangan duduk sembarangan nanti kalo air Anu bapak lo nempel di celana lo kan berabe, sono-sono," ucap Tae menarik Chae untuk tak duduk di kasur itu.

"Eh Lo ngapain?" tanya Chae melihat Tae membuka benda perekam lalu mengeluarkan kartu memory.

"Gue kesini punya rencana lah, bukannya kek elo pengen ngelabrak eh malah sembunyi," sahut Tae menggelengkan kepalanya.

"Lantas rekamannya itu lo apakan?" tanya Chae penasaran.

"Buat ngancam lah," sahutnya.

"Eh, Ngancam bapak gue buat apa bukannya lo udah kaya raya? Kalo ngancam my mother berarti lo setuju dong hubungan nyokap lo, ntar my mother kalo lihat rekamannya bisa bisa auto bercerai kan? Ihh dasar perusak rumah tangga orang," julit Chae.

Tae agak sinis menatap Chae, "Bagaimana jika ceritanya gini, Chae jalur orang dalam dengan cara Bapaknya selingkuh dengan istri direktur, heh gue pastikan hidup lo nggak tenang," ancam Tae menatap tajam Chae.

Chae hampir lupa perihal itu pantas saja dia di suruh bapaknya melamar pekerjaan di perusahaan almarhum Pak Arta tetangganya yang dimana istri Pak Arta adalah Bu Mega ibundanya Tae dan perselingkuhan itu disaksikan oleh anak-anaknya.

Dengan penuh kepanikan Chae mencoba kabur berjalan ke arah pintu untuk keluar dari kamar itu.

"Loh ancaman gue nggak di respon dia malah kabur," benak Tae mencegat Chae dan mendorongnya ke dinding.

"Kamu pikir di dalam lemari tadi aku tak merekam sesuatu juga?" tanya Tae.

"Jadi lo mau apa?" tanya Chae balik.

Tae agak bingung dengan mimik muka Chae yang merespon tak sesuai yang di harapkannya tak seperti drama sinetron pada umumnya yang harus ketakutan akan ancaman itu, bahkan akan melakukan apapun gitu.

"Yang pertama pastikan Bapak lo nggak dekat-dekat lagi ama nyokap gue, Kedua," ucap Tae memancing agar Chae mengeluarkan respon yang seharusnya.

"Hmm itu agak sulit sih, asalkan nyokap lu nggak gatel aja," ejek Chae memancing emosi Tae.

"Apaan sih nyokap gue nggak gatel bapak elo yang menggoda janda, dasar buaya darat," cetus Tae memukul tembok itu dia agak bingung kemauannya nomor dua apa dia belum bisa memikirkan apapun.

"Yang Kedua tadi apa?" tanya Chae yang tak masalah bapaknya dikata-katain buaya karena kenyataannya begitu mau bagaimana lagi.

Deg...

Deg...

Jantung Tae tiba-tiba berasa sakit ketika dia hendak mengungkapkan sesuatu yang seharusnya tak di ucapkannya karena dia tahu kekurangan Chae dia bukan tipe orang yang memanfaatkan kekurangan seseorang tetapi dia juga merasa terpojok emosi ibundanya dikata-katain.

"Kedua, sebaiknya kamu mengundurkan diri dari perusahaanku, jika kamu punya harga diri tak pantas kamu masuk jalur orang dalam dengan cara bullshit macam ini," umpat Tae.

"Oh, sudah jam segini, aku telat ketemuan ama teman, aku duluan ya," ucap Chae bergegas pergi dari hadapannya ketika Tae agak lengah dengan tembok itu.

Deg...

Deg...

"Hah bentar mengapa aku mengkhawatirkan hal lain, dan mengapa dia tak merespon malah kabur gitu aja sih, ih kesal banget," benak Tae ikut berlari keluar kamar itu mencari keberadaan Chae karena merasa urusannya belum selesai, tapi tak dapat menemukan punggung Chae lagi, melainkan tangan Tae gemetaran tak terkira pikirannya yang campur aduk membuat dirinya tergeletak lemah di lorong itu mencoba memanggil asisten pribadinya.

Asisten pribadinya yang cepat tanggap membawa Tae kembali ke rumah untuk di kompres, karena setelah gemetaran dia langsung demam.

"Tuan muda apa sebenarnya yang terjadi? Apakah sekarang tuan sudah merasa mendingan, saya sudah menyalin rekaman itu," lapor asisten pribadi Tae.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku