Kehidupan baru adalah Mimpi besar bagi Ayeesha Lateef. kehidupan layaknya gadis di usianya yang masih sangat belia, Ayeesha yang saat itu terpaksa menikah dengan lelaki 20 tahun lebih tua pun berusaha untuk terlepas dari kehidupan yang menurutnya begitu menyakitkan. Apa Ayeesha akan mendapatkan kehidupan baru dengan berjuta cara yang ia miliki? Dan yakinkah ia akan mendapatkan kehidupan baru yang penuh kebebasan dan kebahagiaan. NewlYFE since, 2021, Ayeesha Lateef.
JAKARTA, 10 OKTOBER 2011
Hari itu pertengkaran terjadi diantara sepasang suami dan istri di sebuah rumah besar di sebuah Kota Jakarta, rumah itu terasa panas. bahkan saat ini beberapa Vas bunga, Bingkai lukisan dan beberapa barang lainnya terlihat sudah berantakan. seorang anak lelaki bertanya pada kakaknya, "Kakak, Apakah selamanya Papa dan Mama bertengkar seperti itu?" Anak perempuan itu hanya mampu mengangkat kedua bahunya, air matanya tak henti menetes. ia hanya mampu memeluk dan mencoba menenangkan adik lelaki satu-satunya.
"Bersembunyilah dan tolong jangan ikut campur dengan urusan Mama Papa," Hanya itu yang ia ingat, kalimat itu selalu terngiang manakala pertengkaran diantara ibu dan Ayahnya terjadi.
teriakan demi teriakan tak mampu ia dengar kembali, ia pun memutuskan untuk berlari dan berniat untuk menghentikan pertengkaran diantara kedua orang tuanya.
"Mama....." Teriak anak gadis berusia 15 Tahun itu, Ia berlari dan segera memeluk tubuh kaku ibunya. ibunya terlihat sudah tidak berdaya, ia hanya mencoba untuk membuat sang ibu kembali mendengar suaranya. ia tak mampu menatap wajah Monster menakutkan yang lain adalah Ayah kandungnya sendiri, tangisan adiknya begitu kencang, ia sendiri menangis dan terus menerus mencoba untuk membuat ibunya tersadar kembali.
Beberapa menit kemudian, Ia mendengar Ayahnya menghubungi seseorang. entah siapa, namun kalimat yang diucapkan sang Ayah terdengar sebuah kalimat pengakuan akan kesalahan yang sudah Ayahnya lakukan.
"Halo Pak Polisi, telah terjadi pembunuhan di Jalan Kencana Nomor 11. bisakah Anda segera kesini?" Tanya Ayah dari Anak perempuan itu, Anak itu menoleh dan menatap lekat wajah Ayahnya.
"Papa, mengapa Papa melakukan ini?" Tanya Anak perempuan itu.
Ayahnya hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya, "Apa Papa sadar dengan Apa yang Papa lakukan?" Tanya anak itu kembali.
"Apa Papa yakin dengan semua pengakuan itu akan membuat Mama hidup kembali?" Tanya nya sembari berjalan menghampiri Ayahnya, "Apa jika Papa mengakui semua ini, Papa akan meninggalkan kami disini?" Tanya Anak itu kembali dengan polos.
"karena kata ibu guru, seseorang yang melakukan tindak kejahatan lalu ia mengakui nya di hadapan Polisi. ia akan di tahan, dan ia akan kehilangan anggota keluarga terdekatnya. ia tidak bisa bertemu dengan sanak saudara begitupun dengan anak kandungnya, Apakah Papa akan meninggalkan kamu?" Tanya Anak perempuan itu.
Ayah nya menatap mata indah anak itu, "Papa bukan orang baik, Papa bukan orang yang bisa mendidik kamu!"
"Lalu mengapa Papa membuat Mama meninggalkan kami? sedangkan Papa tahu Bahwa Mama lah yang selama ini selalu mendidik kami?" Tanya anak itu kembali.
Lelaki berusia 38 Tahun itu seakan tidak mampu menjawab, ia adalah Barik Lateef. seorang lelaki tampan yang terkenal dengan kejahatan yang selalu ia lakukan, Lateef juga terkenal dengan sikap keras serta Angkuhnya. Tak hanya ringan tangan, Lateef selalu berucap kasar pada siapapun termasuk istri dan anaknya.
2 Tahun sudah Lateef hidup dengan kesengsaraan, ia bangkrut dan ia tidak memiliki pekerjaan yang baik. bahkan sudah 2 Tahun lamanya Lateef menjadi seseorang yang di sewa untuk melakukan tindak kejahatan, dan rumah Mewah peninggalan sang Ayah sudah ia jaminkan sebagai pelunas hutang dirinya. Lateef menikah dengan seorang wanita muda dan memiliki dua orang anak, satu anak perempuan dan satu lagi anak lelaki.
Kedua anaknya tumbuh dengan sikap Mandiri sesuai yang di ajarkan sang Ibu, namun saat Lateef merasa kesal, merekalah yang menjadi pemuas amarah dirinya. Dan saat ini petugas sudah datang untuk melihat kejahatan apa yang sedang terjadi, dan saat petugas itu datang, Lateef segera menyodorkan kedua tangan nya, lalu mengakui kesalahan yang telah ia lakukan.
"Saya sudah menghilangkan Nyawa Istri saya, dan saya siap menerima hukuman. Tak hanya itu, Perampokan di Jalan Kenanga beberapa bulan lalu adalah kejatan lain yang saya lakukan!" Ucap Lateef denga tegas, Anak perempuan itu hanya menunduk kesal. ia terlihat menangis dan kembali menghampiri tubuh kaku ibunya.
Ayeesha Lateef namanya, Anak perempuan yang sangat kuat ini berusia 15 Tahun. di usia yang sangat belia, Ayeesha dan adiknya harus menelan pahit kehidupan. Ayeesha harus kehilangan sosok Ibu tercinta di tangan Ayah kandungnya sendiri, Ayeesha seakan tak menyangka hal ini telah terjadi pada dirinya. Ayeesha menangis dan memeluk tubuh adiknya, Jenazah ibunya kini sudah terbungkus plastik berwarna kuning.
Seorang polisi pun mulai meminta keterangan dari Ayeesha sebagai satu-satunya saksi yang bisa di mintai keterangan kejadian tersebut, dengan suara terbata-bata Ayeesha mulai menceritakan keadaan di dalam rumah tersebut.
"Kami hanya tinggal bersama Papa dan Mama, tidak ada Kakek dan tidak ada Tante." Ucap Ayeesha dengan air mata yang tak kunjung berhenti menetes.
Pertanyaan dan pertanyaan di jawab dengan sangat detail oleh Ayeesha, bahkan keadaan malam tadi begitu jelas di ceritakan anak berusia lima belas tahun tersebut.
"Baiklah Ayeesha, sementara waktu rumah ini biar kosong terlebih dahulu. kalian boleh tinggal bersama saya di dalam rumah dinas. dan besok setelah autopsi Jenazah ibu mu selesai, kita bersama-sama memakam kan Jenazah beliau." Ucap seorang polisi wanita, "Kamu anak kuat, kamu pasti bisa melalui hal ini dengan baik." Susulnya kembali, Ayeesha mengangguk dan memilih untuk menuruti kata-kata yang di anjurkan oleh Polisi wanita tersebut.
Beberapa bulan pun berlalu. Semenjak ibunya meninggal, Ayeesha tinggal di dalam rumah dinas seorang perempuan bernama Atikah. Perempuan itu sangat menyayangi Ayeesha juga adiknya, tak hanya menyayangi Ayeesha juga Adiknya, Atikah berniat untuk mengurus hak asuh Ayeesha ada Askara. akan tetapi, semua menolak keinginan Atikah. Atikah hanya boleh membimbing Ayeesha dan Askara sebagai ibu pengganti sementara sampai sebuah panti Asuhan sosial menerima mereka berdua.
Atikah merasa bersedih, Atikah tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi kepada gadis manis seperti Ayeesha.
Hingga hari itu tiba, beberapa orang dari dinas Panti sosial datang untuk menjemput Ayeesha juga Askara.
"Bu Atikah, Ayeesha tidak mau pergi.'" ucap Lirih gadis berusia lima belas tahun itu, tangisan nya terisak. sambil memeluk Atikah, Ayeesha tak henti memintanya untuk tidak membiarkan orang-orang membawanya pergi.
"Pak Solihin," Panggil Atikah saat itu, "Apa saya bisa mengajukan surat banding kepada pengadilan?" Lanjut Atikah bertanya, Pak Solihin hanya terdiam.
"Sebenarnya bisa saja, hanya Pak Hakim tidak menginginkan anda merawat kedua anak ini. Apalagi, Anda masih berstatus lajang." ucap Pak Solihin.
"Kalau begitu, ijinkan saya menikah terlebih dahulu. Saya akan lakukan itu agar saya bisa merawat Ayeesha juga Askara."
Pak Solihin tetap menolak, ia menggelengkan kepalanya.
"Maaf ibu, saya tetap tidak bisa. ini sudah menjadi putusan pengadilan. Saya harus tetap membawa kedua anak ini kedalam Panti Asuhan dinas Sosial," Jawab Pak Solihin kembali.
"Baiklah sebentar kalau begitu,"
Atikah membungkukkan badan nya, ia menyetarakan tubuhnya dengan tubuh Askara juga Ayeesha.
"Nak, Maafkan ibu. ibu belum berhasil membujuk mereka, tapi ibu berjanji tidak membuat kalian berpisah." ucap Atikah terhadap kedua anak remaja di hadapan nya, "Ibu akan menjenguk kalian setiap hari, membawakan makanan yang di sukai kalian. ibu janji akan segera membawa kalian." Ucap Atikah sembari bersedih.
Ayeesha dan Askara hanya mampu memeluk Atikah, mereka menuruti apa yang di ucapkan Atikah pada saat itu. Dan pada akhirnya Pak Solihin membawa kedua anak itu, Askara tak lepas menggenggam tangan kanan kakak nya.
Ia berbisik tepat di telinga Kakaknya, "Kakak, berjanjilah Kakak tidak akan pernah meninggalkan aku." Ayeesha menganggukkan kepala nya, "Kakak berjanji, Kakak tidak akan pernah meninggalkan mu!" Bisik nya membalas, Askara tersenyum dan mereka berpikir untuk tidak lagi bersedih.
Mata sayu itu hanya mampu menatap kosong ke arah orang-orang yang membawanya pergi saat ini, Ayeesha tak henti menatap wajah adiknya.
Dalam benaknya Ayeesha hanya ingin kembali, ingin kembali ke dalam pelukan ibu kandung yang selama ini sangat baik merawatnya.
"Mengapa Papa Tega, Mengapa Papa membuat kami berpisah?" Ia mengeluh, meratapi nasib buruknya. ia juga tidak dapat kembali kedalam rumah megah miliknya, ia tidak dapat melihat beberapa Foto yang menjadi kenangan antara dirinya, Askara juga kedua orang tuanya.
Ya!
Seseorang telah menyita rumah besar itu, Ayahnya memiliki hutang yang sangat banyak kepada orang tersebut. Ayahnya telah menghancurkan semuanya, Harapan, kebahagiaan juga Masa depan nya.
Ayeesha dan Askara kini harus bisa mempertahankan hidup tanpa kedua orang tua di sampingnya.
"Kakak, Mengapa kita tidak mencari Kakek?" Tanya Askara.
"Kakak sangat ingat apa kata Mama," Ucap Ayeesha.
"Iya, Mama bilang kakek Baik. hanya saja Mama dan Papa yang sangat nakal, hingga membuat Akek marah." Timpal Askara saat itu.
"Kita saja tidak tahu wajah jelas kakek, bagaimana mungkin kita mencarinya." ucap Ayeesha.
"Tapi kalau Kakek melihat berita Papa, pasti Kakek mencari kita." Jawab Askara dengan polos, Ayeesha hanya tersenyum dan segera mengusap wajah adiknya.
Tentu saja jika mereka masih hidup, bagaimana jika Kakek yang menjadi harapan mereka sudah tiada. Apalagi Lateef hanya merantau di Indonesia, mereka nikah dalam pelarian saat itu. Lateef dan Istrinya adalah keturunan Asli dari Turki, mereka memutuskan untuk menikah tanpa restu kedua orang tua mereka. Mereka juga nekat berpindah warga negara agar kedua keluarga mereka tidak dapat menemui mereka, sungguh malang nasib Ayeesha dan Askara. sudah dapat di pastikan bahwa mereka akan tinggal seorang diri sampai nanti Lateef keluar dari penjara, tapi tetap saja sosok Lateef sudah jelas-jelas tidak memperdulikan kedua anaknya.