Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ksatria & Setangkai Bunga

Ksatria & Setangkai Bunga

sherina vellyn

5.0
Komentar
21
Penayangan
2
Bab

Setelah mengalahkan basilisk sesuai permintaan Duke Arnom, Darion mendapatkan bayarannya yakni menikahi putri Duke Arnom, Nesyval. Semudah itu bagi Duke Arnom memberikan putrinya sebagai hadiah. Akankah Darion bisa menghargai Nesyval yang semudah itu dia dapatkan?

Bab 1 Malam Pengantin

"Tuan Carlous, Nyonya Muda sudah siap di kamar pengantin."

Darion memasuki ruangan yang untuk sekarang disebut sebagai

kamar pengantin. Setelah dirinya dan istrinya mengikat diri dalam sebuah

perjanjian suci dengan Tuhan, dia menghampiri istrinya yang telah disiapkan

untuk santapannya malam ini.

Ditatapnya sosok wanita muda yang tertunduk di sisi ranjang,

dengan gaun malamnya yang berwarna putih dengan sedikit campuran oranye. Wanita

muda itu menatap Darion sesaat dan tertunduk lagi, menghindari kontak mata

dengannya.

"Jika kau tak ingin melakukannya, katakan sekarang!" Suara

dingin Darion memenuhi ruangan.

Dinginnya cukup untuk menusuk kulit sang wanita muda

itu-Nesyval. Tak menjawab dan justru membisu, Nesyval menggenggam erat

tangannya sendiri yang berada di atas pangkuannya.

"Jika kau tidak menjawabku, maka aku akan menganggap kau

menginginkannya. Kau tahu, ini kesempatan terakhirmu untuk mengusirku. Karena

begitu aku mulai, aku tak akan berhenti."

Pria berusia 24 tahun itu lantas berjalan mendekati Nesyval.

Membuat gadis itu mulai semakin gugup untuk menghadapi takdirnya sendiri. Dan

dengan tak sabar, Darion menarik satu lengan gadis itu cukup kasar untuk

bangkit. Dengan mudahnya, gadis itu tertarik, bahkan tampak terkejut dengan tenaga

Darion yang tak main-main.

Mereka berhadapan langsung di sana. Darion bisa melihat

betapa kecil dan lemahnya Nesyval di depannya. Nesyval kemudian menengadah

menatap suaminya yang tinggi besar, dia sangat takut dengan kekuatan Darion

yang bisa melukainya dalam sekali hantam.

Apalagi begitu mata Darion dengannya bertemu, Nesyval bisa

merasakan betapa tajam menusuknya mata itu. Seolah siap untuk menyakitinya

kapan pun dia mau. Dan yang Darion lihat, Nesyval ketakutan setengah mati,

sampai dia bisa merasakan getaran di tangannya.

"Ck!" Pria itu mendecak dan melepaskan tangan Nesyval yang

dia genggam, dan Nesyval seketika goyah sesaat, dia benar-benar tak punya

kekuatan untuk menghadapi suaminya.

"Hey, apa kau takut padaku?" Darion mengernyitkan dahinya,

karena merasakan ketakutan istrinya cukup dalam padanya sekarang, membuatnya merasa

jika dirinya memang semengerikan itu.

"Aku tidak tertarik untuk menyakitimu, tahu. Tak perlu

setakut dan sesungkan itu!" Darion menghela nafasnya berat dan melemparkan

bokongnya ke kasur.

Sementara Nesyval menaruh kedua tangannya di depan dadanya,

dia tampak sekali sedang ketakutan. Darion melihat pergerakannya meski tak

menatapnya secara langsung. Dia kemudian menarik Nesyval ke pangkuannya dalam

sekali tarikan, dan berhasil membuat gadis itu memekik kaget. Berakhir di

pangkuan Darion, dengan kedua pasang mata mereka bertemu.

"Kutanya padamu sekali lagi, apa kita perlu melakukannya,

atau tidak?" tanya Darion serius.

"M-melakukan apa?" Dengan gugup, Nesyval menatap Darion

dengan matanya yang gemetar.

"Malam pertama," tekan Darion, dia tampaknya cukup kesal

karena Nesyval balik bertanya.

Nesyval terdiam sesaat. Dia teringat akan pengasuhnya yang

mengatakan jika dia harus melakukan malam pertama dengan Darion, jika ingin benar-benar

menjadi istri Darion. Jika tidak, Darion mungkin akan meninggalkannya di sini.

Dan Nesyval kemudian menganggukkan kepalanya.

"Kau sungguh mengangguk?" Darion mengernyitkan dahinya.

"Ya, T-tuan," ucap Nesyval dengan sedikit gemetar.

"Tuan? Kau pikir aku siapa? Aku suamimu. Tak mungkin kau

tidak tahu nama suamimu sendiri, kan?" Darion dibuat heran dengan cara

memanggil Nesyval pada dirinya.

Nesyval menatap Darion penuh keraguan.

"Darion."

"Apa?" Nesyval mengerjapkan matanya.

"Namaku Darion."

"O-oh, ya. Baik, Darion."

"Bagus. Sekarang biarkan aku melakukan apa yang ingin aku

lakukan dan harus kita lakukan. Aku tahu kau mungkin akan benci ini. Tapi

tahanlah!" tekan Darion seraya menaruh wajahnya di tekuk Nesyval yang

terjangkau olehnya dengan mudah.

Nesyval mengangkat bahunya saat merasakan sengatan listrik menjalar

di punggungnya. Dan pinggangnya menggeliat halus. Nesyval memejamkan matanya,

membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Dia tak ingin memberontak dan membuat

pria ini marah lalu menyakitinya.

Darion kemudian menyeret Nesyval berbaring di ranjang. Dan

tanpa jeda, dia sudah mengungkung tubuh gadis itu di bawahnya. Dipegangnya erat

pergelangan tangan Nesyval, tekanannya membuat kulit sekitarnya memutih.

Tampaknya tenaga pria itu terlalu kuat untuknya.

Darion mengecup lehernya, menikmati setiap inci keindahan

tempat itu. Leher dan bahu menjadi area jajahannya saat ini. Dengan nafasnya

yang memburu, Darion bangkit menjauh. Dilepaskannya tangan Nesyval yang

kemerahannya kembali. Dia menekannya hingga putih, sungguh.

Satu tarikan dari satu tangan kanan Darion berhasil melepas

pakaian atasnya. Menunjukkan tubuhnya yang berotot. Nesyval menatapnya dengan

ngeri. Otot-otot itu bisa melemparnya keluar kastel kapan pun dia mau. Atau

menyakitinya secara langsung.

"Tanggalkan pakaianmu sendiri, atau kau ingin aku

melakukannya?" Darion menatap Nesyval.

"Ya?" Nesyval tak mengerti apa yang Darion ucapkan barusan

karena agak melamun.

"Ck." Tanpa bertanya lagi, Darion menatapi tubuh di bawah

kungkungannya itu yang masih berlapis gaun malam.

Tangannya perlahan menyentuh atas lututnya dan mendekatkan

tubuhnya lagi untuk mengecup Nesyval. Belum sempat menyentuh wajahnya, tangan

Darion mengusap paha Nesyval, semakin atas dan semakin ke dalam.

"T-tunggu!" ucap Nesyval cepat begitu merasakan geli tak

tertahankan.

"Apa?"

"K-kau tidak boleh menyentuh itu."

"Menyentuh apa?" Darion tak memberikan ekspresi, dia menatap

Nesyval dengan enteng.

"Kau tidak boleh menyentuh paha bagian dalamku. Itu... area

terlarang. Ibuku bilang tidak boleh ada yang mendekati area terlarang itu. Dan

kau berusaha mendekatinya," ucap Nesyval.

Darion menyimak dan menganggukkan kepalanya. Kelihatannya

ibunya sangat perhatian.

"Lalu bagaimana pengasuhmu memandikanmu selama ini?" Darion

mengangkat alisnya, putri bangsawan pasti selalu dimandikan oleh pengasuh dan

pelayannya.

"Itu kan, boleh, karena dia punya keperluan. Sementara

kau... Aku sendiri bahkan tak menyentuhnya selain untuk membersihkannya!" ucap

Nesyval.

"Ya, benar, ucapan ibumu memang benar. Namun ada

pengecualian di dalamnya. Suamimu. Kau milik suamimu. Dan tentunya, semua

tubuhmu milik suamimu. Suamimu berhak menyentuhmu di mana pun dia ingin," ucap

Darion.

"Oh, begitu..."

Darion mengangkat sisi kanan bibirnya. Kelihatannya gadis

ini tumbuh dengan baik karena didikan ibunya. Karena sempat terjeda dengan

obrolan itu, Darion hendak melanjutkan. Kali ini dia mulai tak sabar dan

langsung menarik gaun malam gadis itu ke atas. Darion bahkan sempat mengangkat

sedikit tubuh Nesyval untuk memudahkannya menanggalkan gaunnya.

Nesyval spontan melebarkan matanya dan menatap Darion kaget.

Darion menatapi tubuhnya. Tangan Nesyval seketika menyentuh wajah Darion.

"K-kau tidak boleh melakukan itu! Tubuh perempuan berbeda

dengan tubuh laki-laki!" pekik Nesyval seolah tak terima dengan apa yang Darion

lakukan.

Darion berhenti dan menatap Nesyval yang sedang dia pegangi

punggungnya. Nesyval berusaha menutup tubuhnya di sana.

"Ibumu yang memberitahumu lagi? Kali ini apa?" Darion

mengeram pelan, sebenarnya dia kesal.

"Kau bisa melepas bajumu sesukamu, tapi tidak denganku.

Tubuhku-"

"Ya, berbeda dengan yang lain dan ibumu memberitahumu untuk

tidak melepaskan pakaianmu di depan pria? Dan perlu kau ketahui lagi, suamimu

adalah pe-nge-cu-a-li-an." Darion mengejanya.

"A-aku... membuatmu kesal, ya?" Nesyval menatap ke arah lain

dengan gugup.

"Hah, sial! Ibumu memang benar tentang semuanya. Tapi

kutekankan sekali lagi, kau sekarang milikku. Kau mungkin merasa tak nyaman,

tapi tahan sebentar!"

Darion kemudian mencondongkan tubuhnya lagi pada Nesyval.

Nesyval menatapnya dengan canggung. Begitu bibir Darion menyentuh tulang

selangka, Nesyval mulai menggeliat. Dengan tak sabar, Darion menahan bahunya.

Dan begitu Darion turun dan semakin turun, Nesyval memejamkan matanya erat, entah

kenapa dia hanya ingin ini segera berakhir karena rasa tidak nyaman.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku