Setelah mengalahkan basilisk sesuai permintaan Duke Arnom, Darion mendapatkan bayarannya yakni menikahi putri Duke Arnom, Nesyval. Semudah itu bagi Duke Arnom memberikan putrinya sebagai hadiah. Akankah Darion bisa menghargai Nesyval yang semudah itu dia dapatkan?
"Tuan Carlous, Nyonya Muda sudah siap di kamar pengantin."
Darion memasuki ruangan yang untuk sekarang disebut sebagai
kamar pengantin. Setelah dirinya dan istrinya mengikat diri dalam sebuah
perjanjian suci dengan Tuhan, dia menghampiri istrinya yang telah disiapkan
untuk santapannya malam ini.
Ditatapnya sosok wanita muda yang tertunduk di sisi ranjang,
dengan gaun malamnya yang berwarna putih dengan sedikit campuran oranye. Wanita
muda itu menatap Darion sesaat dan tertunduk lagi, menghindari kontak mata
dengannya.
"Jika kau tak ingin melakukannya, katakan sekarang!" Suara
dingin Darion memenuhi ruangan.
Dinginnya cukup untuk menusuk kulit sang wanita muda
itu-Nesyval. Tak menjawab dan justru membisu, Nesyval menggenggam erat
tangannya sendiri yang berada di atas pangkuannya.
"Jika kau tidak menjawabku, maka aku akan menganggap kau
menginginkannya. Kau tahu, ini kesempatan terakhirmu untuk mengusirku. Karena
begitu aku mulai, aku tak akan berhenti."
Pria berusia 24 tahun itu lantas berjalan mendekati Nesyval.
Membuat gadis itu mulai semakin gugup untuk menghadapi takdirnya sendiri. Dan
dengan tak sabar, Darion menarik satu lengan gadis itu cukup kasar untuk
bangkit. Dengan mudahnya, gadis itu tertarik, bahkan tampak terkejut dengan tenaga
Darion yang tak main-main.
Mereka berhadapan langsung di sana. Darion bisa melihat
betapa kecil dan lemahnya Nesyval di depannya. Nesyval kemudian menengadah
menatap suaminya yang tinggi besar, dia sangat takut dengan kekuatan Darion
yang bisa melukainya dalam sekali hantam.
Apalagi begitu mata Darion dengannya bertemu, Nesyval bisa
merasakan betapa tajam menusuknya mata itu. Seolah siap untuk menyakitinya
kapan pun dia mau. Dan yang Darion lihat, Nesyval ketakutan setengah mati,
sampai dia bisa merasakan getaran di tangannya.
"Ck!" Pria itu mendecak dan melepaskan tangan Nesyval yang
dia genggam, dan Nesyval seketika goyah sesaat, dia benar-benar tak punya
kekuatan untuk menghadapi suaminya.
"Hey, apa kau takut padaku?" Darion mengernyitkan dahinya,
karena merasakan ketakutan istrinya cukup dalam padanya sekarang, membuatnya merasa
jika dirinya memang semengerikan itu.
"Aku tidak tertarik untuk menyakitimu, tahu. Tak perlu
setakut dan sesungkan itu!" Darion menghela nafasnya berat dan melemparkan
bokongnya ke kasur.
Sementara Nesyval menaruh kedua tangannya di depan dadanya,
dia tampak sekali sedang ketakutan. Darion melihat pergerakannya meski tak
menatapnya secara langsung. Dia kemudian menarik Nesyval ke pangkuannya dalam
sekali tarikan, dan berhasil membuat gadis itu memekik kaget. Berakhir di
pangkuan Darion, dengan kedua pasang mata mereka bertemu.
"Kutanya padamu sekali lagi, apa kita perlu melakukannya,
atau tidak?" tanya Darion serius.
"M-melakukan apa?" Dengan gugup, Nesyval menatap Darion
dengan matanya yang gemetar.
"Malam pertama," tekan Darion, dia tampaknya cukup kesal
karena Nesyval balik bertanya.
Nesyval terdiam sesaat. Dia teringat akan pengasuhnya yang
mengatakan jika dia harus melakukan malam pertama dengan Darion, jika ingin benar-benar
menjadi istri Darion. Jika tidak, Darion mungkin akan meninggalkannya di sini.
Dan Nesyval kemudian menganggukkan kepalanya.
"Kau sungguh mengangguk?" Darion mengernyitkan dahinya.
"Ya, T-tuan," ucap Nesyval dengan sedikit gemetar.
"Tuan? Kau pikir aku siapa? Aku suamimu. Tak mungkin kau
tidak tahu nama suamimu sendiri, kan?" Darion dibuat heran dengan cara
memanggil Nesyval pada dirinya.
Nesyval menatap Darion penuh keraguan.
"Darion."
"Apa?" Nesyval mengerjapkan matanya.
"Namaku Darion."
"O-oh, ya. Baik, Darion."
"Bagus. Sekarang biarkan aku melakukan apa yang ingin aku
lakukan dan harus kita lakukan. Aku tahu kau mungkin akan benci ini. Tapi
tahanlah!" tekan Darion seraya menaruh wajahnya di tekuk Nesyval yang
terjangkau olehnya dengan mudah.
Nesyval mengangkat bahunya saat merasakan sengatan listrik menjalar
di punggungnya. Dan pinggangnya menggeliat halus. Nesyval memejamkan matanya,
membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Dia tak ingin memberontak dan membuat
pria ini marah lalu menyakitinya.
Darion kemudian menyeret Nesyval berbaring di ranjang. Dan
tanpa jeda, dia sudah mengungkung tubuh gadis itu di bawahnya. Dipegangnya erat
pergelangan tangan Nesyval, tekanannya membuat kulit sekitarnya memutih.
Tampaknya tenaga pria itu terlalu kuat untuknya.
Darion mengecup lehernya, menikmati setiap inci keindahan
tempat itu. Leher dan bahu menjadi area jajahannya saat ini. Dengan nafasnya
yang memburu, Darion bangkit menjauh. Dilepaskannya tangan Nesyval yang
kemerahannya kembali. Dia menekannya hingga putih, sungguh.
Satu tarikan dari satu tangan kanan Darion berhasil melepas
pakaian atasnya. Menunjukkan tubuhnya yang berotot. Nesyval menatapnya dengan
ngeri. Otot-otot itu bisa melemparnya keluar kastel kapan pun dia mau. Atau
menyakitinya secara langsung.
"Tanggalkan pakaianmu sendiri, atau kau ingin aku
melakukannya?" Darion menatap Nesyval.
"Ya?" Nesyval tak mengerti apa yang Darion ucapkan barusan
karena agak melamun.
"Ck." Tanpa bertanya lagi, Darion menatapi tubuh di bawah
kungkungannya itu yang masih berlapis gaun malam.
Tangannya perlahan menyentuh atas lututnya dan mendekatkan
tubuhnya lagi untuk mengecup Nesyval. Belum sempat menyentuh wajahnya, tangan
Darion mengusap paha Nesyval, semakin atas dan semakin ke dalam.
"T-tunggu!" ucap Nesyval cepat begitu merasakan geli tak
tertahankan.
"Apa?"
"K-kau tidak boleh menyentuh itu."
"Menyentuh apa?" Darion tak memberikan ekspresi, dia menatap
Nesyval dengan enteng.
"Kau tidak boleh menyentuh paha bagian dalamku. Itu... area
terlarang. Ibuku bilang tidak boleh ada yang mendekati area terlarang itu. Dan
kau berusaha mendekatinya," ucap Nesyval.
Darion menyimak dan menganggukkan kepalanya. Kelihatannya
ibunya sangat perhatian.
"Lalu bagaimana pengasuhmu memandikanmu selama ini?" Darion
mengangkat alisnya, putri bangsawan pasti selalu dimandikan oleh pengasuh dan
pelayannya.
"Itu kan, boleh, karena dia punya keperluan. Sementara
kau... Aku sendiri bahkan tak menyentuhnya selain untuk membersihkannya!" ucap
Nesyval.
"Ya, benar, ucapan ibumu memang benar. Namun ada
pengecualian di dalamnya. Suamimu. Kau milik suamimu. Dan tentunya, semua
tubuhmu milik suamimu. Suamimu berhak menyentuhmu di mana pun dia ingin," ucap
Darion.
"Oh, begitu..."
Darion mengangkat sisi kanan bibirnya. Kelihatannya gadis
ini tumbuh dengan baik karena didikan ibunya. Karena sempat terjeda dengan
obrolan itu, Darion hendak melanjutkan. Kali ini dia mulai tak sabar dan
langsung menarik gaun malam gadis itu ke atas. Darion bahkan sempat mengangkat
sedikit tubuh Nesyval untuk memudahkannya menanggalkan gaunnya.
Nesyval spontan melebarkan matanya dan menatap Darion kaget.
Darion menatapi tubuhnya. Tangan Nesyval seketika menyentuh wajah Darion.
"K-kau tidak boleh melakukan itu! Tubuh perempuan berbeda
dengan tubuh laki-laki!" pekik Nesyval seolah tak terima dengan apa yang Darion
lakukan.
Darion berhenti dan menatap Nesyval yang sedang dia pegangi
punggungnya. Nesyval berusaha menutup tubuhnya di sana.
"Ibumu yang memberitahumu lagi? Kali ini apa?" Darion
mengeram pelan, sebenarnya dia kesal.
"Kau bisa melepas bajumu sesukamu, tapi tidak denganku.
Tubuhku-"
"Ya, berbeda dengan yang lain dan ibumu memberitahumu untuk
tidak melepaskan pakaianmu di depan pria? Dan perlu kau ketahui lagi, suamimu
adalah pe-nge-cu-a-li-an." Darion mengejanya.
"A-aku... membuatmu kesal, ya?" Nesyval menatap ke arah lain
dengan gugup.
"Hah, sial! Ibumu memang benar tentang semuanya. Tapi
kutekankan sekali lagi, kau sekarang milikku. Kau mungkin merasa tak nyaman,
tapi tahan sebentar!"
Darion kemudian mencondongkan tubuhnya lagi pada Nesyval.
Nesyval menatapnya dengan canggung. Begitu bibir Darion menyentuh tulang
selangka, Nesyval mulai menggeliat. Dengan tak sabar, Darion menahan bahunya.
Dan begitu Darion turun dan semakin turun, Nesyval memejamkan matanya erat, entah
kenapa dia hanya ingin ini segera berakhir karena rasa tidak nyaman.