icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Silent Wounds

Bab 4 Kebencian Yang Kian Membara

Jumlah Kata:1868    |    Dirilis Pada: 08/07/2022

kubuat kamu menjadi wanita

terbuka penuh rasa tak percaya. Aska melamarnya. Tepat di ulang tahun Nala.

r matanya mengalir yang kemudian

a

baru terjadi kemarin, bukannya dua tahun lalu. Saat ini, Nala juga menangis sama sepe

imana bisa menghilang membuatnya bebas meraun

pada pisau dapur yang bisa dilihatnya dari kursi di ruang tamu tempatnya berada. Rumah Nala kecil. Hanya seperti satu

ekat ke tempat pisau di dapur. Jemarinya mantap menggenggam gagang pisa

nya, membuat pisau yang dia pegang terlepas lalu jatuh menghantam lantai

enci karena dirinya terlalu lemah. Dia benci sikap pengecutnya. Mengapa dirinya tak pernah bisa berubah? Jik

*

Kelap-kelip lampu disko menambah heboh goyangan di lantai dansa, seolah merasuk

inuman. Dia tampak menikmati suasana sekelilingnya. Tapi siapa yang menyangka, lelaki itu hanya berusaha

HH! Br

ang-orang yang menari di sekelilingnya berh

alan yang kian memuncak, dia membelah keramaian lan

mun dia tidak bertanya, hanya menyesap rokoknya tak peduli. Dia sudah be

udah tahu ada yang mengganggu pikiran Aska. Namun sahabatnya it

yang tak tahan memendam masalahnya sendiri tanpa menceritakannya pada Aska, sahabatnya

elas yang ada di sini," geram Aska

ai jangan harap gue masih d

nap

amuk, ngamuk aja di rumah sendiri

esal. "Lo sama sekal

cuma nambah masalah aja. Lagian kapan lo minta pendapat gu

tangan menyerah. "Tumben am

a hanya meneguk minumannya seben

a terdiam. Namun akhirnya Aska

etemu

natap Aska yang menunduk memperhatikan bibir gelas

Manta

menga

eli tampak di bibirnya. "Kenapa memangnya? Na

gue gak ada kerjaan lain? Yang ada gue tambah muak d

di itu yang lo rasain sekarang? Lo liat Nala b

nya di restoran lalu berubah menjadi tangis tanpa suara d

gnya b

ba-tiba dia menggebrak meja,

lo!" ump

dia pura-pura bisu. Dengan aktingnya itu, ditambah sikapnya yang kayak cewek lemah, bikin dia jadi pusat perhatian. Bikin orang-orang di sekelilingnya

. Maksud lo.

meneguk minumannya untuk m

erpikir, "Lo yakin dia gak kecelakaa

gnya lo pernah denger ada ora

ak s

i ketipu sama aktingnya. Liat aja. Baka

ari dulu dia tidak pernah setuju dengan perlakuan Aska pada Nala. Tapi Raffi tidak

, dia memilih hanya menjadi pengamat sambil bertanya-tanya dalam hati, apa akhirnya na

*

a. Tapi keningnya berkerut saat pelayan yang menghampirinya bukan Nala. Dia bahkan sa

ingin memesan, saya p

hkan perhatian pada si pela

at Aska sebagai lelaki yang sempat membuat keributan bebe

nap

ekarang?" tampak jelas si pelayan tidak i

Aska segera berdiri. "Mendadak aku

endak memukul belakang kepala Aska dengan buku menu di tangannya. Aska menyadari

kan mesin mobil. Dia duduk diam lalu tib

kusentuh? Dia pikir

alu melajukannya kembali ke perusahaannya seraya meng

*

ja. Mereka mendesak Nala untuk pergi berobat namun Nala menolak dengan

merasa lebih baik," tulis Nala di buku kec

kau harus berob

meja nakas samping ranjangnya yang b

a Nala memang benar-benar sudah baikan." Anton diam, menunggu semua mata menga

uuu

ung-ujung

pecinta

ng harus makan. Dia pasti bel

akan yang sakit

apa? Soto, ya

awa melih

sul Mita, seketika disambu

pada manggut-manggut kayak

ak beracun dan masih sebangsa

cil Nala yang biasanya sepi. Membuat Nala

, Na? M

g bayar k

l," sahut

ea

sy

mbuat banyak tangan langsung mengincar lengann

ur saat yang lain terus menyakitinya bahkan menikmati rasa sakitnya, masih

*

at mereka berjalan di antara kegelapan menuju warun

kit kepayahan untuk berjalan. Rasanya seluruh tubuhnya remuk. Tapi demi meyakinkan tema

nggu kamu." Mita mendesah. "Sayang yah. P

E

pai yakin Nala benar-benar hancur. Lalu rasa sakit itu kembali mencengkeram dada N

alah ng

a. Teman-teman mereka yang lain berjalan sambil

itu, ya?" tebak

u Nala m

menebak dengan tepat. "Berarti

melangkah. Lalu dia mencari-cari buku ca

aja. Aku

orang dokter yang pernah ditemuinya bilang itu akibat keengganan Nala untuk bicara. Lebih karena trauma,

gerak bibirnya atau menunggu dia selesai menulis saat dia ingin menyampaikan sesuatu. Tapi entah mengapa dia tetap tak bisa mengeluar

u ngelam

menunggu. Lalu buru-buru dia menggerakkan bibirnya dengan jelas. "Tolong jang

lupakan dia. Malam ini kita makan dan bersenang-senang. Selagi

lambat sekali

menjulurkan lidah. Lalu di

mereka dengan tajam dari balik kaca depan mobil. Jemari

ukup gue kasih lo kebebasan, Na. Udah waktu

---------

ya Emi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka