icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Hasrat Sang Petualang Ranjang

Bab 4 Seorang Murid (Nakal)

Jumlah Kata:1482    |    Dirilis Pada: 19/01/2022

untuk menepati janji pada Syida. Selesai menjemur, dia membawa kembali ember ke dapur, m

. “Kerjaan rumah udah beres semua. Kamu gak usah nganterin aku hari ini, u

ri di depan pintu kamar dengan ta

apa?” ta

Cowok,” sahut

-ganti cowok, apalagi dib

wok yang jemput, aku tetap dikatain pelacur.” Himeka telah me

melengkapi penampilan gadis yang tengah tersenyum sendiri di depan cermin. Setelah melapisi seragam dengan jaket parka berwarn

lewati Syida. Bertepatan saat seorang pria yang baru dikenalnya sebulan tera

ya pria yang tak mem

dilepas akan membuat jilbab sekolah ataupun rambutnya menjadi berantakan. Usai pria itu memutar balik sepeda motor

ang pertama kalinya. Saat memasuki jalan raya, pria it

intah Himeka yang

ukulan pelan mengenai kepala pria yang memboncengnya be

ahkan jari telunjuk pada tempat yang dimaksud, berbanding

lewat karena sekolah yang ditunjuk Himeka h

di depan gerbang, Himeka ya

pria itu melepaskan helm kemudian m

asa dibawa ke kelas? Atau kamu yang mau nganterin lagi helm-nya pulang ke

lasan buat jemput pulang, Kek?” godanya yang me

hoodie abu-abu tua itu menjadi salah tingkah, terlebih saa

erpamitan, tak lupa melambaikan tangan sebelum berpaling dan berlari memasuki

ua. Di sekolah ini, lantai satu merupakan kelas-kelas serta kantor untuk tingkat Tsanawiyah, se

rempuan berhijab lebar sudah menunggunya. “Himekaaa! Pakai jaket lagi

li tangga menuju kantin yang terletak di sudut kanan belakang untuk menghindar. Na

memasuki kantor. Hingga bel pertanda jam pelajaran perta

i mengajar memanggil Himeka. Setengah terpaksa Himeka bangkit menuju meja guru di depan kelas. Suasa

a berseragam yang bangkit dari duduk

belakang tanpa sempat merapikan buku dan alat-alat tulisnya di meja. Vina, teman seban

erletak di antara dua kelas pada sisi kiri dan kanannya itu tampak telah ada beberapa guru lain. Dengan luas tak seberapa, meja-meja guru ditata mengel

ang menumpuk, kepalanya menengadah menatap kipas angin besar yang terpasang pada langit-langit ruangan. Saat mengalihkan pandangan ke sisi kanan, jendela besar memperlihatk

or. Himeka membenarkan kembali posisi duduknya dan menarik n

kup menduga bahwa akan ada hal k

ke kantor ini?” tanya Bu Lia, gur

ahunya karena yakin tak me

i Minsta bisa saja mence

akai seragam sekolah. Tak ada yang akan tahu juga saya masih seorang murid, murid dari

mahram di tengah hutan, yang terlihat saja sudah memalukan, bagaimana perilaku kamu yang tidak terlihat? D

ni, saya pergi bukan hanya berduaan, tapi rame-rame. D

yang

semakin memicu ketegangan di ruangan. Himeka mengem

i tanpa kejelasan? Lalu, tujuan saya dipanggil untuk apa? Ditegur, diberikan nasehat, a

engahi dengan angkat bicara. “Maaf, Himeka. Kami di sini bukan bermaksud seperti itu. Kami hanya

ada guru sekaligus kepala sekolah yang baru saja bersuara itu. “Lagipula, kalau memang han

mana sebenarnya di sana? Guru-guru itu cuma gak mau anak muridnya jadi cewek gampanga

ng matanya melayangkan tatapan sinis ke arah gu

ra sepeda motor di jalanan, serta suara tawa Himeka yang tak terlalu keras. Hampir sem

i pembicaraan yang melenc

u, wali kamu seperti kakak juga boleh,” tanya Bu

Himeka bertanya dengan tenang s

bawa orang t

yenangkan dari Bu Rani tadi cukup membuatnya kehilangan nafsu makan ataupun keingin

duduk kembali ke kursi. Beberapa murid perempuan lain pun tampak berk

ngeluarkan ponsel dari saku roknya, dengan lincah jari-jar

Hai, Kek. Aku boleh minta tolong, gak? Lusa aku disuruh

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka