icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

TEROR ASOKA

Bab 5 Rumah Sakit

Jumlah Kata:1335    |    Dirilis Pada: 22/12/2021

amun pada akhirnya mengurungkan niat. Kepalanya berdenyut nyeri sekarang jika sampai kejadian itu nyata adanya. Bagaimana mungkin wanita yang terlihat lebih matang itu tega melakukan hal itu p

itu sang

erap langkah yang sangat ia hafal dan tak lama kemudian se

n Mas. Kenapa bisa begini? Jantung Ambu rasanya seperti pindah di

atau entah kapan, kamu boleh pergi kalau perasaan Ambu baik-b

atau anggukan dari Asoka. Sejurus kemudian ia merasa lega

dan kelegaan bercampur menjadi satu melihat keadaan sang suami Bam dan menghambur memeluk

elihat Bam. Pria berbadan besar itu tidak berani menegur

Dira yang begitu teringat dengan majikan

Badan Mas s

ng, sejak lahir rasanya maut selalu berusaha merenggut nyawanya dengan cara yang tidak biasa. Seolah keadaan fisiknya belum cukup buruk. Terlahir dengan Sumbing yang secara Ilmu Kedokteran disebut cheiloschisis

sih yakin jika yang ada di depan matanya saat ini sang anak, yang tadi pagi sangat ia khawatirkan dan sekarang masih ada di depan mata dengan keadaan sadar dan cukup

n kanan Asoka yang tampak lecet dan mengusap puncak kepalanya. Ia tak

u mendapat celaka seperti ini,” tambahnya kini dengan isakan yang tak bisa ia tahan. “Ambu benar-benar berusaha nggak nangis tapi bandel banget air mata i

sampai kakak sulungnya datang. Saat ini saja ujung hidung sang bunda tampak merah dan pipi yang sudah basah kuyup bahkan air mata sudah menetes m

yang tergugu. “Ambu kenapa nangis?” tanya Dirandra keheranan dari penglihatannya, sang putra tampak hanya l

mini tanpa memalingkan wajah dari menatap paras menyedihkan sang

n. “Ayah sudah bicara dengan Dokter. Mas Bam sama Asoka bisa pulang sekarang. Untuk uru

yang kini membenarkan posisi tubuhnya dan duduk

ntu sang putra serta membetulkan du

rus kalau muntah gimana? Ujar Kamini khawatir. Memberondong Asoka dengan b

ia merasa tidak nyaman berada di ruang publik dan lebih merasa aman jika mereka segera kembali ke rumah. Seandainya ad

segera ketemu. Aku heran bahkan Bang Edgar belum bisa menemukan mereka.” Sudah 25 tahun berlalu tetapi sampai detik ini dal

saja peneror sudah merasa terdesak dan kini nekat ingin mengebom Asoka.” Seiring perkataan yang keluar dari mulut Diranda. Dirandra sendi

uh, sakit jiwa m

di sini. Kita sama-sama ke parkiran. Tungg

ghubungi Pak Hen

ka. Bagaimana mungkin kamu bisa menjaga dia,” teran

ggilan alam sudah memberikan peringatan. Sekiranya bertemu dengan orang tuanya membu

kamar keci

bangkit saat baru saja meletakkan pan

“Tidak usah. Aso

k?” prot

Kamar kecilnya tidak jauh dari sini. Aman, bu

k Asoka yang sedang fokus pada ponsel dalam saku celananya yang berdering nyaring. Asoka spontan mengerang saat tabrakan tersebut ternyata men

dalah kesalahannya yang tidak melihat jalan semua terjadi karena pandangan tertutup embun ai

Asoka lembut setelah bisa men

terjebak dalam kubangan dendam salah sasaran. Yolanda merasa kepalanya sangat berat untuk tera

sih setia menunduk. Asoka merasa kasihan karena wanita di depannya ini sudah seusia sang ayah dan tampak

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka