I Hear(t) You
setelah bergelut sendiri di tengah hingar bingar malam ibukota, aku membuktikan kebe
ng sudah lelap di balik selimut tebal, tidak lebih dari pukul delapan malam.
ngan suami yang terus saja menumpuk utang demi menggapai impian. Mimpi jadi pengusaha kaya raya yang sepertinya hanya se
karena terus-menerus didatangi para penagih utang. Sama persis de
dak mungkin kalau terus mengharap pemberian dari orang lain. Menggelar tikar di terminal dekat kontrakan, a
m hari? Aku menggelar tikar kecil selepas magrib dan selalu pulang di atas pukul
hingga siang hari setelah Alma berangkat sekolah, aku masih bisa
i besar dengan pakaian serba hitam, l
ana, Om? Tolong, jan
a itu. Termos, tikar, dan barang dagangan berserakan di atas tanah. Pria i
ng terus datang menagih ke kontrakan. Mereka seolah menjadikan ak
," ratapku dengan
ia lagi menunggu di sana. Para renternir yang selama ini datang
Jadi, digenapin aja di delapan ratus juta. Kami beri waktu tiga hari. Kamu harus bisa bayar lunas. Kalau tida
enunduk. Dari mana aku bisa mendapatkan uang seban
. Terserah!" teriak salah satu pria di sana sa
ri!" teriak pria lain yang kemudian melayangk
ngsung memukuliku. Mereka memukul tan
i terluka!" teriak
mereka meninggalkan tubuhku yang babak belu
lah satu pria terdengar sedang berbicara dengan seseorang via telepon s
a aman, tidak kami puku
mbahas itu? Kucoba untuk bergerak, tetapi tid
ara pria, mulai
pat membayangkan hal yang lebih menyeramkan diband
berusaha untuk duduk. Celaka! Dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu untuk
ir itu. Aku memunguti barang-barang yang berserakan, baru kembali ke kontrakan. Untungnya, dini
n agar Alma tidak sampai terbangun. Kupandangi wajah polos Alma yang baru
nderitaan ini. Kamu jangan, Alma.
amat letih. Dalam kondisi seperti ini, tidur menjadi salah satu pelarian yang paling mudah serta palin
an single yang terhampar di kontrakan sempit berukuran tiga kali tiga meter. Kamar
pa?" Alma menatap kha
awuran antar kelompok punk di dekat terminal dan aku jadi terkena dampaknya. Sudah risi
di depan gang. Ngantuk banget soalnya." Aku berusaha
ah ngijinin aku untuk ngebantu." Alma memegang daguku
inal. Terminal bukan kawasan aman untuk gadis kecil
sana. Nanti telat, lho." Kudorong pelan tubuh Alma agar
arapan di istirahat pertama, sekitar pukul setengah
tiga jam tadi pagi. Ditambah lagi, badan rasan
rmi
ahkan diri. Lelaki berusia sekitar empat puluhan tahun dengan se
Gumi