Senja
lelaki itu terlihat damai. Tak seperti Senja, dalam diamnya banyak keresahan yang menyelubungi isi kepalanya, sehingga membuat Senj
engaruh obat, mungkin nanti malam baru siuman." Sister Ana mengantarkan
yadari kedatangan perempuan itu. "Nanti malam... mungkin aku akan pergi l
n untuk menjalani berbagai macam pengobatan juga untuk menjalani terapi dan konsultasi. Apa lagi ayahnya Senja bukan hanya mengalami penyakit jantung saja, namun banyak penyakit yang Pak Arman alami, sehingga pihak rumah sakit
ba meminta bantuannya, siapa t
nya, belum lagi setiap bulan perempuan itu harus membayar cicilan akta rumah yang ia gadaikan. Demi semua itu Senja hampir setiap hari bekerja, bahkan sampai larut malam. Prestasi yang ia dapatkan di tempat kerjanya bukan karen
gajinya sudah besar, mengingat banyaknya yang h
an pinjamkam." Ucap perempuan itu, kemudian suster Ana pun menyuruh Senja untuk makan, dan beristirahat. Raut wajah Senj
*
kosong menatap ke arah jendela, yang menunjukkan hari sudah mau gelap, di tambah awan kelabu
lebar tepat di atas kepala ayahnya Senja lambat laun terlihat buram, berha
itu saja yang saat ini bisa Senja minta pertolongan. "Tapi apa harus dia? Kenapa aku tak punya siapa-siapa? Kenapa aku tak mempunyai ses
tika Senja teringat, tasnya masih ada di kantornya. Karena itu, dengan segera Senja menghubungi Evan, bahwa dirinya ada urusan di luar. Senja meminta Evan seg
japun segera pergi dari rumah sakit, dan melajuk
mulai berkurang karena memang sudah waktunya jam pulang. Hanya ada be
an di depan lift. Perempuan biru baru saja kelua
Senja dengan suara lemah, na
masalah
berlama-lama di sini. Nanti deh..." Tiba-tiba pintu lift terbuka, sehingga Senja semakin terburu-buru. "Nanti aku ceritain, sekarang aku harus ma
mun sesampainya di sana Senja baru ingat, kunci lakinya ada pada Sasa, sontak saja Senja langsung menelponn
mudian menutup telponnya dan mencari kontak Pak Sam. Tak lama kemudian Senjapun menelpon P
UG, dan menunggu dengan tidak sabaran ketika lift meluncur ke tujuan. Sesampainya di UG Senja langsung keluar dan berjalan dengan langkah cepat, perempuan itu mengedarkan pandan
arkiran, Pak. Ba
. Kunci sudah saya titipkan, Bu Senja ke pos UG saja, kuncinya ada di
namun ia pun tak bisa berbuat apa-apa, karena itulah Senja a
ahnya tampak tak sabaran, apa lagi hari sudah gelap dan hampir tidak ada orang di parkiran itu. D
, Pak Sam menitipkannya kepada s
mobil Rolls-Royce mewah yang masih terparkir di sana. Rupanya CE
dan menerima tawarannya sebelumnya? Tapi, bagaimana kalau lelaki itu membatalkan tawarannya? Senja pasti akan sangat ma
bahkan Senja mencari-cari ke luar parkiran menyisir samping gedung hingga tubuh Senja terguyur hujan yang masih begitu deras. Dengan langkah kak
u menunggu dengan cemas, karena malam sudah semakin larut, dan dirinyapun dalam keadaan basah
lama kemudian pintu parkiran terbuka, dan sosok lelaki yang saat ini ten