My Ex, My Husband
Hazmi itu dengan tatapan nelangsa. Mata tajam itu ti
maksa Aesya menerima kamu padahal dia sudah memiliki tambatan hati." Rasa bersalah terlihat
tiba-tiba saja menjadi kacau seperti ini. Bukannya sudah setuju jika kami be
m lagi. "Jangan menyalahk
a. "Saya tidak akan menyer
Aesya bahagia dengan pilihannya. Kau juga
Tidak ada guna bernegosiasi dengan papanya Aesya itu lagi. Dia akan me
salahnya. Seharusnya dia tidak memaksa Aesya mene
Mateo di lobi. Aesya berniat mengacuhkan, tapi lelaki itu malah me
an, Mateo!"
lut dan mendorong m
a!" tukas Mateo d
kitan di mana ia berusaha melepas tangan Mat
ubungan
dak ada hubungan apapun. Jadi gu
inta sa
n kuat lantas kemudian mendorong Mateo sehingga lelaki itu memberi jarak kepada Aesya. "Gue yakin lo bakalan bisa men
bersama air mata yang jatuh. Dia menang
ukup kuat membuat Halim yang se
?" Halim berdiri
tidak bersalahnya seraya
in papa k
Mateo datang ke perusahaan, tapi ia tidak ingin jika papanya mengamuk
Halim seraya mengedarkan pa
shop." Aesya membela calon suaminya, padahal kenyataan yang sesungguhnya berbed
on sebelum ponsel
r itu seka
da tidak pernah sekasar itu bicara padanya walau tetap dingin dan
yang akan digunakan saat acara pernikahan kalian. Kita
r katalognya Aesy bawa ke Randa."
sud
epada Aesya sebagai Wedding Organizer. Aesya memilih sendiri apa yang diinginkan oleh
semenit setelah WO itu pergi. Mobil yang dik
aligus orang kepercayaan Randa itu memulai percakapan
tanya Aesya p
h, itu orangnya!" tunj
m pelukan Randa atau tepatnya
n. Berat b
n itu. Kedua tangannya tet
i jarak. "Untung gue pintar ngeles.
an." Jarak semakin jauh. Randa melepas celemekny
dari WO-nya. Lo
alog itu dan meleta
han kita sederhana saja, jad
tuh dekor, Randa.
"Percayalah, kita
t. "Kenapa gak butuh
KUA, gak butuh dek
ang didengar oleh telinganya jika pernik
tapi
a?" Randa men
pun, asalkan bersama lo,
rtinya lo sangat berani
t?" Aesya seo
kut." Randa mena
an bekas dari tangan Mateo t
"Kenapa?" Memperhatikan
idak berkedip dari Randa. "Gak nyangka
ikkan bibirnya. "Ja
e mobil dan di s
ana? Gue
akalan tah
diam saja. ya, dia memang akan diam, tapi tidak tahu setelah melewati beber
ar besi sekitar setengah meter. Aesya menoleh kepada Rand
ninggalkan Aesya yang masih memutar o
but mereka. Jika dipikir-pikir, tidak ada kemiripa
n melihat-lihat rumah
mengan
nyata Randa berencana pindah da
ak baik untuk tinggal di t
sai berurusan dengan lelaki tua itu. Dia tidak in
m. Mulai dari kamar tidur hi
um memutuskan." Pemilik ru
"Bagaimana?" tanya
n pipi. "Kenapa har
tinggal di ko
a. Kan ruah
ap lo buka
ambek. "Kita tinggal di sana saja. Nyaman da
rumah bokap lo, silakan
gitu!" pek
. Walau pernikahan kita ini didasari paksaan dari lo, tetap saja gue sebagai
rdiam. B
lihan di