Ranjang Panas Tuan Muda
in melihat siapa yang tengah
sembari melihat plat mobil t
u dengan kecepat yang tinggi
," gumam Amoera sembari menatap sambi
sebuah rumah yang sederhana di tepi hutan, mobil hitam
rumah dengan pintu yang terbuka leb
.. t
gat hati-hati dan mata yang cukup jeli ia men
capnya dengan cepat dan langsung menatap ruangan berwarna hitam. M
siapapun disana. Tangannya perlahan membuka tirai dinding itu, seketika bola mata gadis be
gan sengaja. Matanya tertuju pada sebuah foto disaat iya tersenyum mendapatkan kotak hitam itu. "Siapa
aki seorang pria yang terdengar semakin mendekat. Amoera gadis itu ter
gil ku?" Tanya seorang pr
n cepat keluar dari tirai itu entah kenapa bak
hitam berjalan mendekatinya, detak jantung yang tidak karuan me
ria itu sembari mera
pria itu yang sangat tidak terlihat jas karna tirai dan p
oera yang masih berusah
dengan lembut seraya mendekatkan wajahn
tangannya sudah dipegang oleh pria itu membuat gadis itu hanya bisa di
a itu hanya diam dan mengus
itu membuat A
p.
ak ada penolakan dari gadis itu, manik hitam saling bertatapan dengan cah
pphh
al. Tidak ada jawaban atau tindakan yang menandakan pria itu ingin menyudahi kegiatannya,
.. mmm
oera dengan lembut walaupun tertutupi t
oera yang basah akibat ulahnya terlihat jelas dari tira
memberikan mawar merah yang
matanya. Ingin rasanya gadis itu langsu
sembari melepaskan tangan Amo
oera menatap kep
seperti ada yang menarik sehingga
ukannya dan melempar ke sembarang arah. Ia masih terlihat bingung dengan tirai putih
dan. "Bajingan!!!!" Teriak Amoera dengan kesal dan berlari m
*
duduk di ruangan kerja Saras serta beberapa berkas yang berserakan di meja kerj
ya Saras sembari memijit pelipisn
moera," ucap Ria
sa cucuku," ujar Sara
u akan hancur nyonya dan aku jamin Nona Amoera
nmu," Tukas Saras sembari meraih
ci Tuan Joy, Kejadian itu membuat dia menyalahka
i memperlambat proses semuanya, Paman dan Nyonya berpikirlah cara
Rina dan Saras han
isi Nyonya, Paman," pam
mu," sahut Rian sam
cap Saras yang dijawa
*
rna hijau, ia menatap lekat garis polisi yang membatasi jurang. Sebuah baliho
. Helaan nafas seraya berjalan mengambil jedai yang berada di saku celana
a Nona Andini Latifa." Kalimat singk
gadis. "Apa kau tidak bisa melawan bajingan itu? Kenapa kau tidak berteriak meminta tolong? Kenap
seorang pria yang baru saja k
Amoera membulat ma