PIERRE: Cinta Terlarang
am-diam mengirimkan pesan pribadi pada Evyta, Bernard akan mar
isnya jelas dan indah, bola matanya hitam pekat, bibirnya merah pucat. Senyumnya tak mengurangi karismanya. Hari ini
ng targetku hanya Sidorfa University yang jaraknya bisa kutempuh tak lebih dari satu jam dari rumahku. Foto-foto yang kucetak dengan mesin cetak
. Daun-daun tampak hijau ranum dan sedikit menghalangi pandanganku. Aku menanam beberapa pohon jeruk di halaman dan
tetapi udara di kampung jauh lebih baik. Tak ada pabrik makanan yang membuang limbah sembarangan, tak ada bengkel kendaraan yang membuat
ayan rendah. Aku berlari menuruni anak-anak tangga dan tak sabar untuk menangkapnya. Daun pintu kubuka dengan buru-buru, namun sialnya justru
n rumah. Dasar rumahku memang dibangun dengan model agak tinggi dari permukaan tanah. Aku mengendap agar burung itu tidak takut ke
melanjutkan ke universitas. Tugas-tugas belajarku juga masih banyak, aku masih harus bekerja lebih keras di j
lancar lancar menunjukkan puluhan informasi tentang hutan yang melindungi pantai, lokasinya dikenal sebagai Wisata Alam Bulawa
akah aku gila hingga berharap makhluk tak kasat mata itu memiliki media sosial. Mungkin benar kata Charly jika Evyta mengeditnya tanpa sepengetahuan siapapun, siapa
salah satu studio foto terbaik di Sidorfa. Evyta sama sepertiku, Ia memiliki minat pada foto ini. En
ku untuk berkonsultasi tentang fotografi, tetapi mereka saling berpanda
Ia muncul di hasil jepretannya. Saya dan teman-teman saya yang lain
tu dari mereka mengambil cetakan foto seka
ungkin satu tim. Aku menahan diri untuk tidak dulu bercerita tentang bagaimana foto itu diambil. Aku tidak ingin orang-orang menganggapku gil
anya salinan tapi studio kami memiliki alat yang canggih untu
n gambarnya?" lelaki di sebelahnya --yang
wabku. Seperti dugaanku, tidak
pi peminat," gumamnya den
ir pantai, meski pemerintah setempat terus menggembor-gemborkan
onten berita? Ngomong-ngomong studio kami juga bekerjas
ya jadi konsumsi publik," tanggapku. Enak saja, aku tidak
mata yang memunculkan diri di frame fotoku. Aku lega sekaligus semakin penasaran. Beberapa kali aku membuka fotonya saat menumpang
diriku? Apakah hal itu juga yang menyebabkan hutan Bulawanong sepi pendaki? Hutan yang medannya perb
tara kami bertujuh juga nihil. Tidak ada pembicaraan apapun setelah
a tentang foto itu di sana, wajah diriku juga terpampang jelas. Rasa geramku seketika membuncah, aku mengu
dari redaksi opini-opininya aku yakin Evyta-lah di balik penulis anonim itu. Platform beritanya pun bukan milik studio itu. Jika bena
*