Pesona Ibu Susu Anakku
ke dadanya, lalu menepuk-nepuk bokong
aya berdiri. Tangan gadis itu
inya ngga
bayi mungil itu, tak ada udara yang berhembus. Lalu
ingkan bayi itu pada boxs, kemudian menyentuh
ng, bayi itu juga te
ayi Anda meninggal dunia, Pak," kata
masih berbaring itu. Matanya terlihat berkaca-kaca dan tak lama keluar buliran
ma mengelus pundak gadis
yang teramat dalam. Dia sendiri tak bisa membayangk
kini berbalut selimut putih itu kepada Bima. Pria itu tampak bi
dia menatap mata Bima yang baru saja melihat ke arahny
itu. Perlahan dia manarik napas, lalu me
tetapi cukup menyentuh hati gadis i
ada setitik rasa senang di hati
aku bingung harus senang atau sedih. Tapi aku yakin ... ap
zan, Bima pun mengecup sel
ya, Dok?" Bima tersenyum lalu me
ia laki-l
enghuni surga. Om ya
urusan." Bima tersenyum sambil membujuk sed
ma kasih yang sempat dia lupa ucapankan sebelumnya. Tetapi ny
? Meskipun dia sudah meningg
*
a berada di depan pintu UGD. Bertanya pada seorang suster yang baru saja
ila Adriana Prad
l." Bima m
ruang perawatan bayi
Papa
aya anta
sampai di ruang perawatan khusus bayi dengan nomor 111. Setelah meng
tidur. Bayi cantik itu tengah tertidur pulas di atas sana, dahinya tert
hat semua itu sungguh sangat menyakitkan. Bayi itu hanya membutuhkan ASI langsung
untuk Kaila, Pak. Semua susu formula tidak cocok untuknya. Bahkan se
kan mencarinya la
n berjalan keluar lalu mengambil ponselnya di dalam kantong
ada info yang mau jadi ibu susu
mencari ibu susu anaknya, padahal informasi itu sudah diseb
i tak mau sebab belum jelas jika asal ASI itu dari orang sehat atau tidak
sa ibu susu saja, dan tentu nantinya akan diper
anti saya sebar lua
Mungkin dia mau menyusui Kaila, Bud? Aku ngg
Kalau ada saya pa
an telepon, kini Bima ber
o, R
engar seperti mengeluh saat menjawab telepon
ain saja kamu seharian? Dan kenapa kamu
u ini lagi live Instagra
ikan begitu saja, tidak sopan sekali. Padahal sua
ra! Memuakkan banget!" berang Bima sambil meremmas ponselnya. Dia sangat emosi
yusui Kaila," lirihnya dan tak lama cairan bening itu mengalir, tetapi dengan cepat Bima
ang dulu aku kenal lagi! Kamu berubah!" Bima menjambak rambutnya dengan frustasi, la
si dengan penggemarnya, entah mengapa rasanya Bima sudah tak meng
mbagi waktu dan porsi yang sama dengan dunia nyata. Tetapi nasehat itu seperti hanya masuk ke kup
engan suara pelan. Dia dokter yang sama yang berada
eh. "Boleh, Do
ta yang baru melahirkan dan mempunyai ASI cukup banyak. Sekarang Bapak ke tempa
rasa kasihan melihatnya yang marah-marah. Dokter wanita itu juga salah satu
ermisi kalau begitu." Bima langsung berl