Love is Love (Love)
napas dalam yang kemudian terasa berat. Mencoba memejamkan mata, berharap kantuk datang. Aku lelah. Aku ingin istirahat. Na
iri. Terutama setelah hampir semua orang tahu aku pengguna narkoba. Bahkan, yang lebih membuatku minder, sebagian teman dan keluarga menganggap aku pe
ggu atau bahkan bulan untuk meyakinkan semua orang bahwa aku adalah pria normal. Aku pec
ak
ar. Belingnya berhamburan. Seba
h, resah, dan cemas ikut terembus dengan udara yang keluar dari rongga dada. Namun, semakin mencoba aku melawan semua resah, justr
g bersamaan dengan wajah Papa y
mana dengan Mama? Adakah waktu Mama buat keluarga?" Su
Papa tahu sendiri pekerjaan Mama bany
ereka! Atau jangan-jangan itu hanya alasan Mama supaya bisa bersen
uh Mama s
ma selingkuh? Mama sen
di mata Mama kepada Papa. "Sudah deh, Pa. Mama capek. Mau istirahat!" M
r dengan memutar roda kursi. Pintu kamar dibanting. Kea
osi Papa yang labil dan Mama yang terkadang tidak menghargai jasa-jasa Papa selama ini semakin membuat rumah terasa panas. Sungguh, aku muak de
pa adalah salah satu pengusaha muda sukses di Blitar. Namun, usahanya bangkrut lantaran ditipu oleh rekan bisnisnya sendiri. Sementara itu, Mama hanyalah seorang ibu rumah tangga. B
. Mama mulai membuka cabang di Surabaya, kemudian melebarkan sayap ke Jakarta. Yang terbaru membuka cabang di Medan, tempat k
gi laki-laki. Sedang subur dia menempel, tetapi ketika lelaki mengalami kesulitan, dia akan pergi. Tak peduli lagi. Jangankan berpikir perempuan mau membantu, justru akan membuat semua yang mas
ku mengacak-a
. Akan tetapi, sebelum mati, aku ingin membunuh dulu si Samuel. Ya, karena d
h perhitungan saat membantu. Bisa dibilang dia royal, bahkan dialah yang memberikanku tempat tinggal dan pekerjaan
pa dan Mama sering berantem. Dari hal sepele saja menjadi masalah besar saat mereka berbeda pendapat. Waktu itu
man-teman dan hampir saja mati di pinggir jalan. Beruntung, ada seseorang yang membawaku ke rumah sakit. Jika tidak, mungkin aku sudah mati. Ya, seseorang itu adalah Samuel, laki-laki berwajah oriental
ntraktirku minum-minum. Aku tak menyangka kalau ternyata Sam
lampu kota yang bertebaran tidak beraturan. Aku menarik napas dalam. Sekilas lampu-lampu itu seperti bintang-bintang yang berjatuhan
yarkan lamunanku. Aku menole
Ri?" uca
awatir dengan kondisinya. Kata Bi
pertengkaran Mama-Papa waktu itu, aku tidak tinggal di rumah. Bahkan, aku juga memutuskan berhenti kuliah dan pe
, yuk!" ajak Samuel sambil mer
m ini. Segera aku hapus pikiran negatif tersebut. Aku lepaskan tangannya
nnya mengelus pundakku. Aku segera berbalik. "Ka
ia berusaha memeluk
ri kita nikmati malam ini. Biar semua beban hatimu lenyap
-teman yang lain."Lu hati-hati sama si Samuel. Dia itu
" Aku ta
aja. Jangan mau diajak ke ma
apa maksud uca
-macam, Samue
el terus berusaha memelukku. Bahkan, sangat kasar. Tentu saja aku membela diri. Aku jijik! S
el!" teria
mencintaimu!" Sa
u g
, kamu juga menyukaiku, 'kan? Jika tidak, kena
cam Samuel. Aku menarik tubuh ke belakang untuk menghindari kontak badan dengan Samuel karena posisi kami berdua cukup dekat. Sebenarnya aku tidak ma
gkulan Samuel melingkar di pinggang. Kali ini aku tak ta
tidak, maka kita akan selesaikan ini
aku keluarkan. Kemudian aku segera keluar dari kamar dan pergi. Ketika tanganku memegang pegangan pintu, Samu
kir apa maksud dari kata-katanya, ak