Wanita Sang Presdir
rharap semua ini hanya mimpi dan khayalan. Namun foto sang ibu yang telah tertidur damai menjadi bukti nyat
melonjak di dada. Ia menangis tergugu di bagian dapur. Tersandar dengan kaki lem
da bibi itu. Tentu bukan bibi yang memiliki kuasa. Asha hanya berharap bib
u ke dalam koper. Tak peduli ini larut malam ia tetap harus berangkat
Air matanya terus menerus bercucuran
kukan itu supaya aku bisa bertemu dengan ibu. O
irinya yang tak bisa menilai situ
kan hal itu ia akan menjadi kebal terhadap rasa sakit. Namun ternyata tidak. Deti
pingsan karenanya. Sebelum berangkat
ll, An. Aku harus pulang malam
rut berduka, sayang.
Tangan Asha masih gemetar h
mpatmu sekarang!"] Saud
a." Tidak ada waktu untuk itu Anna. Tidak perl
gera ke bandara. Ia pun merasa takut jika semakin menangis keras di depan A
usap air
mu."] Suara wanita itu t
kuat-kuat. Mencoba melegakan dada. Nam
mit, uj
hati, A
dan Asha telah memb
kan penerbangan paling awal agar bisa kembali ke tempatnya berasal. Kembali ke negara yang telah
u yang cukup banyak. Berjam-
bergegas naik taksi. Ia sudah menyerahkan lembar uang sebagai pembayaran. Tak terhitung berapa banyak tetes a
mpat terlarang baginya. Padahal rumah itu tempat
ngkah yang mengusik penghuni. Rumah itu ramai. Sangat ramai dan sosok tua de
h dimandikan?" tanya Asha dengan suara tercekat. Tak peduli
tega memakamkannya tan
galkan ibumu hingga membuatnya
k hingga nafasnya terengah. Asha mengge
ak ke sana sekarang aku bisa memanggilkan sopir-dia pergi."
semua orang. Padahal aku ingin mencium ibu sebelu
makin tak sudi memperbaiki hub
tapnya dari kejauhan. Dengan tangan terkepal. Denga
*
rusaha tegar, Asha merapalkan mantra itu. Harus tegar, hentikan tangisa
yang bertuliskan nama sang ibu. Tangisnya pecah. Harapan kecil yang ia bayangkan dengan imajin
ang selalu ditinggalkan. Bah
rasanya kehabisan nafas, sang oksigen yang memberi kehidupan baginya yaitu sang ibu telah tiada. Tid
ak dewasa dan menangis begini." Asha menangis kecil m
t bajunya kotor. Digenggamnya ta
kam sang ibu de
aja, Asha akan hidup sehat dan panjang umur. Asha juga akan menjalan
Namun rasa kehilangan yang berdenyut di dada me
lihat. Bagaimana Asha sekarang. Selama ini ibunya berusaha membuatnya bangk
sekali tidak siap. Sekalipun Asha tak pernah membayangk
ngkit. Asha baru saja hendak berbalik ketika sebuah
n kau akan t
yata masih memberikan efek yang sangat dalam terhadap sikap tubuhnya. Miris s
ukan pergi ke tempat yang bisa kau kunjungi lagi.
etengah tahun berlalu sosok dibalik punggungnya itu masih saja mengeluarkan aroma yang sama. Aroma Cendana.
siap menantang Asha berbalik. Sekej
gan tubuh tinggi 175 cm itu menjulang di depannya. Sika
-tiba menggelegak dalam jiwanya ketika mengingat lelaki di depannya ini. Karena lelaki ini dulu p
a lalu mulai membalas manik mata
angat tegas. Dia berhasil membuat suaranya tinggi dengan dagu yang terangkat. Mani
aki di depannya ini sedang berlama-lama memperhatikan diri
icara ia memilih melewati tubuh tegap yang seakan menghalangi jalannya itu. I
mah. Beliau memberi titah agar
menjauh. Dia melangkahkan kaki lebar-lebar membenarkan letak kacamatanya. Hebat s
tangan menariknya dan membuat tubuh
h. "Jangan keterlaluan Asha, jaga bicaramu.
akitinya. Bodohnya dia berpikir lelaki itu sama dengan yang dulu. Lelaki itu telah berubah. S
Aku bukan lagi gadis penurut bodoh, yang mengiyakan segala kemauan orang-orang yang bahkan tak berarti dalam hi
yang mengiyakan segala kemauan Alfa. Yang dihadiahi oleh goresan luka. Alfa telah me