Dia Adalah Istriku
Pak
i H
nu namun jumlah atau porsinya sedikit. Sarapan dengan protein, karbohidra
zam, Azam, Tante dan anak laki-lakinya, belum lagi Bi Rusmi dan beberapa pelayan lain. Kediaman yang ter
ah sangat senang merawat beberapa tanaman, melakukan beberapa hoby,
a M
a menggeser kursi dan menunggu
n kerudungnya. Disusul Adik dari Pak Aziz, Tante Herawati atau y
elum tu
ah Yah..Baru jug
sisi lain meja makan, ya j
m, sudah
da itu terlihat dengan teliti mengumpulkan semua kertas yang terpisah da
isaku. Beberapa file sekarang masuk, ia mengerutkan alisnya saat membaca. Paras pria yang terlihat lembut
terus kebawah, secara saat Azam bertanya ia
ia kenakan. Setelah selesai barulah ia menepuk bahunya, merapikan kembali kemeja untuk menghindari kusut. Cermin, yang menampakan bayanganya seakan tidak mau berbohong, pria dengan postur tubuh tinggi jakung, b
jukkan bagaimana ia seorang lelaki yang sedikit bicara, sulit membahas hal yang tidak penting, tidak ingin tahu mengenai hal-hal yang tidak ia perlukan, dan acuh dengan sekitar. Namun ambisinya sebagai pengusaha jangan dia
rcerminya? ini
anya menoleh, menunjukkan wajah datar. ia kembali melihat bayanganya sendiri dan kemudian berlalu. Setelah beberapa
an, kan?" Tanya Azam yang
sudah menyiapkan
" ucap Azam sambil menari
membagi piring
Azam dengan singk
gulas sedikit senyum. Mengamb
ucap Fariz sambi
banyak orang, tolonglah ganti raut wajahmu itu! jangan datar tanpa ekp
k, mulai menusuk pot
yah tidak enggan menyap
t tante dan ibunya sendi
nggu depan menikah. Ayah
" Azam m
kan ekspresi lain dari anaknya. Ta
atang nak?"
kan makan. Ia tidak kenal pak Wahyu, siapa dia juga tidak tahu. Itu h
jang, mereka melanjut
a teguk. Ia kemudian mengelap sisa m
t kerja, mampirla
berisi bingkisan, sudah tertata rapi dan
kini terdiam, melihat tangan ibunya y
agi bu? Azam ti
u kenal!" ucap ibu, memberi pen
a Fariz." melirik ke arah Fariz yang menger
apa-apa Fariz terus, dikit-dikit Fariz
ah dari luar pulau. Keluarga Pak Budi yang pernah berkunjung kesini juga. Sapalah
s tapi ia hanya bisa menunddukkan k
lima menit ayah, satu jam w
rima bingkisan yang sudah ia siapkan. Sambil menepuk pundak Azam, ibu b
i baru pindah kesini, Ayah dan ibu baru bisa menemuinya beberapa hari kedepan. Alangkah lebih baik kalau kamu mengenalkan diri sebagai putra
mang begini, awal-awal saja menolak dan sok cuek. Tap
ukkan tas kerja lebih dulu kemud
kat bu, Assa
ah bu Dwi. Kalau memang ada macet, antar saja pulang
ngan wajah datar ma
lu dikulitku sudah berdiri melihat ka
abat tanganya. "Kamu kan sudah biasa
a bu, meri
k Mama?" Herawati keluar dengan cep
. Kebur
ya...jangan bua
hilangan suaminya, Rahman. Ia ikut tinggal dengan dirumah ini, Herawati adalah adik kandung pak Aziz. Penampilanya lebih nyentrik dari bu Salamah, jika bu Salamah memakai Jilbab panjang dengan tutur kata yang lemah
rempuan juga ya Kak?" Tanyanya
ngan Azam. Dia sedang
.. yah meskipun masih elite rumah ini. Tapi ru
urung menanggapi kalau apa-a
uh
kit rasa kesalnya dimobil ini. Dasinya yang sudah
etir mobil hany
iar cepat selesai dan tidak ada yang menggang
ang dengan mobilnya. Membelah jalan di
harus aku c
meminta pekerjaan apa saja. Yang pe
palagi memulai pembicaraan. Tapi kalau ditanya ya
.ada
gan tangan kirinya, m
kak. Karena kita di bisnis fashion beberapa kalangan jadi beberapa orang berharap per
empu
blik mengenai berita perusahaanya. Ia terlih
fashion untuk kelua
dah tidak diminati kak, baca deh salah satu komentar. Gay
aaf..itu jokes me
dang memulai hal baru aku harus segera mencari beberapa designer ternama. Kalau bisa akui
bilnya, ia mulai memas
a menit? Setelah bekerj
nghitung. "Aku akan memberi keringan
h jam aku harus sele
umah, rumah yang cukup me
n mobil, menunggu Fariz m
mpit, sebuah masjid, sebuah madrasah meng
masa sekol
ambul menente
an." Ucap Azam yang mulai menyeber
di halaman, mencuci mobil
kum." Sapa Fa
amata hitamnya, menung
jak sopir dengan us
capnya sambil mengamb
begini." Suara pak sopir masuk kerumah itu
ri di ruang tamu,
anya Fariz sambil
m dengar mereka me
a, padahal duduk juga
..ada
e ibu-ibu khasnya. Wajahnya masih terlihat muda, dengan lipstik merah mero
h! Duduk
at melihat waja
engirim pesan katan
ap Fariz sudah
tegap dengan wajah yang terlihat datar. Sebenarnya memang pembawaan
saya Azam."
ante datang ke rumah orang tuamu hanya sempa
h kuliah S1 di luar negri ta
liar. Wajahmu yang imut dan tampan mudah dii
salam dari Ayah dan Ibu un
Bahumu lebar seperti yang kebanyakan orang bilang, saat menyebut nama Ayah dan ibumu semua orang tak
berapa kali, ia kemudian be
tanganya. Ia melihat ke arah Fariz,
bentar lagi.
bingkisan kemari." Omel bu Dwi
satu barang antik yang aku bawa dari lua
iz sudah meraih bingkisan itu
asih banyak yang mau tante ceritakan lo, Azam pasti
g baru datang, bibi di r
an dim
mentara Azam masih dengan sikap yang sama
Suara gadis dari dalam membuat s
dengan hati-hati, sementara Azam hanya m
a..
u menabrak beberapa benda d
-hati. Kunci
Teriakan d
mu, diatas m
tamu? Siapa yang meletakkanny
u Dwi mengge
r rambutnya dengan tangan. Kalau di sandingkan dengan tante Herawati sepertinya b
na sambil merapika
ulu..ad
melihat siapa yang tenga
h melambai
memba
, dengan outer panjang cream, celana jeans dan sepatu tinggi, rambutnya yang terurai berwarna hita
a melambai
dan kembali mel
mana?"
!" Menunjuk
empat itu, me
a. eh siap
menurutnya pemuda itu lebih n
ng nyelonong saja begitu!" B
ak Aziz, sa
urkan tangan pada Fariz, mere
angan Anna, meskipun singkat dan hanya menyentuh uj
lihat berbinar membuat A
ergi kuliah. Salam
rdiri, menjabat
dimana?" Fariz
ka. Aku mahas
yang sama dengan pendidikan
Azam. Pria itu juga menatapn
aku mengambil beberapa kelas.
n cepat, ia melihat
aksa. "Ma.. berangkat ya. Aku tidak mau telat
ulang!" ucap Ibu s
enyambar kun
ke tempat biasanya! Maaf ma." Melamba
ndiri. Dia tidak punya teman seusianya disini, tapi dia
kan sekampus." Fariz terus mengucapkan kata basa-ba
ang baru nyaman di sekitarnya, karena dia suka dengan lingkungan luar. Lihat tuh..buku
Ia melihat tumpukan buku baru di pojok ruang tamu. G
dah cukup disini. Saya dan kak A
lian. Pak Budi juga sudah ke kantor pagi sekali,
Dwi pada me
. Dengan s
s Fa
." Ucap Azam mening
menara yang tinggi, kalau malam pasti menara itu menyala den