KOTRAK CINTA DENGAN CEO TAMPAN
perempuan menangis. Hentikan tangisan
ngkan suara tangisannya. Dave semakin serba salah melihat peremp
an tangisannya?" Dave mengusap wajahnya kasar. Ia bingung apa yan
t tertegun saat Dave duduk tak jauh dari dirinya. Davina semakin mengeratkan selimut hingga
enggut kesuciannya itu benar-benar sangat cantik. Mata bulat dengan bulu mata yang panjang dan lentik, di
l dia baru bangun tidur, tapi kecantikannya me
ak gitu, sih. Pasti pikirannya
aku kayak gitu?" Davina ber
ngeliatin kamu?" kilah Dave berbohong. Dave terlihat salah t
rus tanggung jawab!" Davina kembali menangis. Kal
sung membungkam mulut Davina dengan tangannya. "Kamu ini, sedikit-
berbicara karena mulutnya
angannya dari mulut Davina, sehingga
lihat ada bekas gigitan di telapak tangannya dan tampak sediki
an kamu kenceng banget," pekik Dave semb
igitannya terlalu kencang yang m
gian, kamu ngapain bekap mulutku p
u nangis gak usah kencang-kenc
mu bentak-bentak aku terus." Davina kembali terisak. Nam
yak pekerjaan." Dave mencoba mengalah dan berbicara dengan sedikit halus. Ia hanya ingin Davina segera pergi dari
lah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden direktur perusahaannya
ingatnya kembali kejadian semalam, ia benar-benar lupa apa yang telah terjadi tadi malam dan bagaimana ia bisa berada di da
ersihkan dirimu dan segera pulang ke rumahmu?" Dave bingung menghadapi perempuan
avina terpaksa keluar dari rumahnya yang seperti neraka baginya. Rumah peninggalan orang tuanya yang seharusnya menjadi harta satu-satunya yang
ak kesal. "Ayolah, apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa cepat keluar dari rumah ini? Aku ada rapat p
ni? Kenapa kamu mengambilnya?" Akhirnya, Davina meng
ertimu, tidak ingat apa-apa. Sudahlah, cepatlah kamu pergi dari rumah ini. Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi." Dave bernanjak dari duduk dan meraih jas berwarna hitam yang
harus pulang kemana,"
dengan air mata yang masih saja mengalir membasahi pipinya. "Astaga, kamu ini makhluk dari mana, sih? Tiba-ti
nya tinggal satu jam lagi, sementara untuk menuju ke kantornya, butuh waktu sekitar tiga puluh menit, itupun jika tidak macet. Biasa
Dave mencoba mencari jalan keluar. Tapi sepertinya itu bukan j
i untuk menatap wajah laki-laki yang telah merenggut kesuciannya tanpa ia sadari. "Pokoknya, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan padaku! Ka
pa, hah? Kamu m