(BUKAN) PERJAKA TUA
brak..
dengan kasar. Aku yang saat ini dalam keadaan setengah sadar dari tidur tentu
Mau tak mau aku bangkit dari fase rebahanku, melangkah malas menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci
lek
gg
yang saat itu dalam keadaan tidak siap, tentu saja langsung terpental ke bel
traku menatap dua sosok manusia yang berd
el
aku jijik mendengarnya!" uca
usia tidak
gg
gi-lagi mendapat serangan mendadak, tentu saja tidak bisa menghindar. P
pa? Datang ke rumahku m
kali mendapat bogem mentah membuatku harus lebih s
anusia sok lugu!" maki Melanie sem
i. Bagaimana bisa mengerti jika mereka
u
u sudah memuku
u
u merusak acar
u
asih berani menye
u
tika
n aksi suami Melanie yang terus me
gannya menyentu wajahku yang sudah babak
dan suaminya. Ia berdiri dan aku ta
ak
e. Melihat hal itu tentu s
ak
ie, kali ini aku yang hampir bert
Kau pikir kau ini siapa hah?" tant
ak
t tindakannya, membuatku langsung bangkit
kau!!!" uca
bugg..
erbuatan suami Melanie. Ia boleh menghinaku, boleh memukulku, tapi tidak dengan
erlakuan kasar seperti tadi meskipun Emak salah. Namun, kita s
buggg...
. Entah sudah berapa kali aku melayangkan bogem mentahku padanya. Wajahnya yang semul
rr
ua netraku membola melihat kedatangan Pak Fathoni, ayah Melanie, bersama dua orang
a telah melakukan perbuatan tidak menyenan
piriku. Salah satu dari mereka mengambil borgol di
!" teriak Emak histeris. Emak berl
rena ikut andil saat merusak acara pernikahan anakku
k!!!" teria
Emak juga!" ucapku sembari
eperti itu kepadanya. Terkesan seperti mengejekku atau memang dia suka melihatku memohon seperti i
nya Melanie membuat Pak Fatho
cap Pak Fathoni dengan telunjuk
ih tidak dapat mencerna ucapan Ayahnya ya
u?" tanya M
h akan mengabulkan permintaan mereka? Jangankan mengabulkan, mendengarkan saja Ayah t
kali lagi. Kali ini aku menjatuhkan tubuhku di
engan tindakanku barusan. Namun, ternyata dugaa
ak akan bisa hidup nyaman di penjara nanti. Hahaha
Jika hanya aku yang diseret, aku tidak masalah. Tapi ini juga menyeret
ngahnya disusul Melanie dan suaminya. Mereka
Fathoni saat meninggalkan rumahku. Berbinar sep
." pang
i yang tadi memegangi tanganku berjalan menghampiri Emak. Ia sedikit membungkuk dan bi
olisi. Tenang saja! Kami tidak akan bertindak kasar. Emak jangan takut. Saya pas
berdampingan dengan polisi itu. Akupun bangki
dan wajah babak belur. Sungguh aku seperti
i depan rumahku. Beberapa dari mereka sengaja merekam dan memotret ka
etika kami sudah duduk beri
leh ke arah Emak. Ku lihat Emak kembali mene
ku. Karena aku rasa Emak mem
tidak memaksamu untuk datang ke acara pernikahan Melan
mengusap punggung Emak perlahan
h. Sudah jangan
ak tidak mau masa depanmu hancur, Syarif" ucap
merasa bersalah. Kita jalani saja prosesnya sembari berdoa kepad