Menikahi Janda
ama, bagaimana dia!" u
bali mengingat awal jumpa dengan Mia. Pikirannya kembali meraba
di mana Mia di rawat. Dia kehilangan janinnya dan sekujur tubuhnya lebam. Pembuluh darah di bagian matanya pecah Ma, sangat
kan luka di keningnya karena tendangan Edo. Anak sekecil itu, harus menyaksikan itu semua? Aku ingin melindungin
berikan padamu, kamu mau memikirkan wanita lain
putranya. Gio, tatapan anak itu selalu membawaku masuk ke dalamnya
melihat kebaikan di mata Mia, dia wanita baik dan sabar, hanya saja nasib
n. "Aku tidak bertanya Ma, terlalu lancang jika aku menanyakan h
perti Nila, ada juga yang seperti Mia. Buka hatimu Fan, Mama juga sudah tidak saba
ai dari sekarang, tumbuhkan rasa ingin berkeluarga itu. Kamu butuh seseo
g sejatinya tengah rapuh dan merindukan sang suami. "Mama jangan bersedih, sege
nya. "Kamu mau mengangkat Gio sebagai
gapai hati anaknya. Bukankah itu ide yang baik?" Al
tuk menyembuhkan luka hati karena pria brengsek itu. Kamu harus menjadi obat dari
air matanya luruh. Jadilah pria yang sesungguhnya yang menjadi pelindung wanita
n berdua Ma, Alfan sayang Mama,"
nuhi hatinya kala anak semata wayangnya tumbuh dan memiliki semua sifat sang suami.
*
satu Minggu dari semenjak kejadian di Mal
eli sedari pagi lumayan banyak dan membuatnya mengabaikan peke
i menipis untuk warung. Mia mulai merasakan pusing karena kebutuh
r, apa sebaiknya memang aku tidak berjualan sesuatu yang bisa dihutang?' batinnya
o yang tiba-tiba saja menjadi ane
sibuk bekerja. Besok kalau Gio sudah pakai seragam TK, paman baik pa
arungnya seorang diri. Selesai dengan itu semua ia kemudian mengambil se
lebih besar daripada keuntunganku selama berdagang 5 bulan ini. T
ran dengan perutnya yang bersusun bata. Alfan datang dengan menggunakan baju
laikum!" s
udian menutup bukunya lalu membukaka
tanya Mia dengan
cang adalah mengenai kasus Edo. Mia hanya takut namanya terse
asukkan kedua tangannya dalam saku celananya. "Gio mana?" tanya
tidur Pak,"
"Em, jangan panggil aku dengan sebutan Pak.
" ralat Mia sa
Alfan mengulurkan tangannya, ini sudah pertemuan mereka yang k
erima uluran tangan A
kedarnya, pusingnya kepalanya memikirkan semua kebutuhan keluarga kecilnya membuatnya
u, maaf sebaiknya s
" jawab Alfan yang menge
gnya. "Maaf, saya belum terbiasa hanya
uga saya lebih muda. Maaf kalau nantinya saya
ia bertanya-tanya dalam hatinya. Ada sedikit rasa takut, khawat