Dalam Belenggu Pengkhianatan Cinta
elas lagi. Ah!" batinnya menolak karena sejak menemukan Milfa pingsan, dir
tudi---Pak Heru---memberi izin dirinya untuk pergi menemui mah
r. Namun, tetap memaksakan diri untuk kembali ke
Dua orang mahasiswi menyapa dengan salam dan senyum manis. Amar berusaha menetralkan rasa ke
besarannya. Amar basa-basi meminta maaf karena sedang ada keperluan denga
. Amar sengaja berdeham untuk membuyarkan lamunan mereka. S
i?" tegas Amar karena sudah men
kemana. Akhirnya, mahasiswi itu saling melirik. Seorang yang berpakaian kemeja polos berwarna monokrom s
Sheila dan ini teman saya, Winda." Wanita itu menoleh sekilah pada Winda dan melanjutkan, "Jadi, kedatangan kami ke sini mewakili himpunan mahasiswa dari Prog
lnya, Pak." Wanita berkemeja polos itu meny
saya akan baca dan memberi kabar secepatn
eila," sahut perempuan berrambut panjang
eka. Ia hanya ingat segelintir mahasiswa dan mahasiswi yang pernah mengikuti mata kuliahnya dengan kriteria khusus,
sar akan diingat Amar. Meskipun baru tiga tahun menjadi dosen di perguruan tinggi tersebut, job mengajar Amar sangat padat karena ti
kedua tamu pergi. Ia menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Tubuhnya melorot di sana membuat posisi setengah dud
" teria
ri. Ketiduran selama lebih kurang dua puluh menit. M
nalnya ketika dirinya dan Milfa sedang bergandengan tangan di sebuah taman
baru tadi bertemu dan menolong gadis itu. Ah, justru mungkin karena baru saja berju
gar dirinya meneriakkan nama Milfa. Lega, sepertinya beberapa rekan kerja yang ada di ruang dosen tidak ada yang mendengar atau merasa c
di. Ah, paling cuma karena tadi aku sempat nolongin j
rkejut, tetapi segera menyesuaikan diri. Pintu
karta yang hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya. Namun, su
Pak. Saya siap-siap
iki istri dan dikaruniai seorang anak. Bahkan, karirnya pun sangat baik. Bagi seorang lelaki yang
n mendapatkan keturunan, calon istri saja ia tidak puny
wanita yang mendekati bukan hanya dari kalangan kampus, tetapi di luar kampus pun ada yang dengan terang-terangan pernah melamar dirinya. Namun, Amar merasa bel
mengajar lagi. Pergi ke kamar mandi untuk membasuh
*
at manusia bersemangat melakukan aktivitas rutin. Namun, ti
t ke kamar untuk memeriksa kondisi kesehatannya, ia selalu memohon untuk diizinkan pulang. Jawaban peraw
seperti biasa. Milfa membalas dengan seulas senyum. Wanita berseragam
saya sudah
ulang, ya? Nanti dokter datang sekitar
mama Milfa juga keluar dari kamar mandi. Milfa memberitah
likasi hijau. Milfa langsung mengetik balasan. [Ya, ke sini aja, Ren. Aku
tikan semua baik-baik saja. Mengizinkan Milfa untuk
sihkan diri, mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Baru membayangkan tubuhnya terguyur air saja, rasa segarnya seperti sudah terasa
kit hingga pagi ini. Papanya belum bisa menjenguk karena masih sibuk
ndi sambil mengusap-usap rambut dengan handuk tanpa memperhati
sini, lho," sahut lela
Sejak kapan di situ?" Tadinya ia berpikir yang duduk di sana adalah Mama Hania. "Terus Mama kemana?" Me
ah cengengesan dengan pandangan mata ke satu titik. M
ajah Rendi. "Aku serius ta
k menggubris ucapan Milfa malah asyik m
nggapi pertanyaanya, tapi justru semakin terlena. Ia menghampiri Rendi---waj
lan mendekatinya. Spontan membuka mata dan bagian dada Milfa tepat di depan wajahnya. Posisi Milfa
lan saliva dengan sukar. Hal tersebut membuat Milfa heran dan mengikut
i bagian dada dengan handuk yang ada
embenenarkan dua kancing bagian atas blus polos yang dik
t," tuduh Milfa sambil membalikkan badan menghadap ke arah pria yang tid
adi yang narik handuk di mukaku. Udah bagus aku